Revana Arnelita...tidak ada niatan menjadi istri simpanan dari Pimpinannya di Kantor. namun kondisi keluarganya yang mempunyai hutang banyak, dan Ayahnya yang sakit-sakitan, membuat Revana menerima tawaran menjadi istri simpanan dari Adrian Wijaksana, lelaki berusia hampir 40 tahun itu, sudah mempunyai istri dan dua anak. namun selama 17 tahun pernikahanya, Adrian tidak pernah mendapatkan perhatian dari istrinya.
melihat sikap Revana yang selalu detail memperhatikan dan melayaninya di kantor, membuat Adrian tertarik menjadikannya istri simpanan. konflik mulai bermunculan ketika Adrian benar-benar menaruh hatinya penuh pada Revana. akankah Revana bertahan menjadi istri simpanan Adrian, atau malah Revana menyerah di tengah jalan, dengan segala dampak kehidupan yang lumayan menguras tenaga dan airmatanya. ?
baca kisah Revana selanjutnya...semoga pembaca suka 🫶🫰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fauzi rema, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27. Bab 27
Adrian duduk di kursi sambil memegang ponselnya di tangan. Wajahnya serius tapi tenang. Ia menekan nomor ayahnya.
Suara Gerald terdengar di seberang
^^^“Adrian? Malam-malam begini, ada apa, Nak?”^^^
Adrian menarik napas panjang.
“Ayah… Mama… besok pagi aku akan menikah dengan Revana. Menikah secara agama dulu, di sini, di kampung kedua orangtua Revana.”
Hening sejenak. Lalu terdengar suara Maria, ibunya, dari seberang sambungan, nadanya penuh keterkejutan.
^^^“Apa? Besok? Kenapa mendadak sekali, Adrian? Mama dan Ayah besok sudah janji bawa Alesya sama Andrew ke Singapur. Mereka dari kemarin sudah merengek minta jalan-jalan.”^^^
“Iya, Adrian. Ini benar-benar mendadak. Tidak bisakah ditunda dulu?”
Adrian tersenyum tipis, meski hatinya berat.
“Tidak, Ayah. Aku harus segera menghalalkan Revana. Aku sudah berjanji pada kedua orangtuanya. Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Tapi tenang saja… Ayah, Mama, dan anak-anak tetap pergi saja ke Singapur. Nikmati waktu bersama mereka. Sepulang dari sana, kita bisa adakan pesta kecil di rumah untuk merayakan pernikahan ini. Aku janji, semuanya akan tetap istimewa.”
Di seberang, Maria terdengar menarik napas panjang, setengah pasrah tapi juga masih cemas.
^^^“Kamu ini, Adrian… selalu membuat keputusan yang mengejutkan. Tapi kalau itu memang sudah niatmu, Mama hanya bisa mendoakan. Semoga langkahmu benar dan membawa kebahagiaan.”^^^
^^^“Kami percaya sama kamu, Nak. Tapi ingat, tanggung jawabmu besar. Jangan main-main dengan hati siapa pun. Kami akan doakan dari sini. Dan nanti, setelah pulang dari Singapur,kita rayakan bersama keluarga besar.” ^^^
Gerald mendukung penuh keputusan Adrian.
Adrian tersenyum lega.
“Terima kasih, Ayah, Mama. Doa kalian yang paling penting buat aku. Sampaikan juga ke Alesya dan Andrew, Papi sayang mereka… dan sebentar lagi mereka akan punya Mommy yang baru.”
Terdengar suara Maria di seberang, pelan tapi jelas.
^^^“Baiklah, Nak. Jaga Revana baik-baik. Mama akan selalu kirim doa dari jauh.”^^^
Adrian menutup telepon dengan wajah tenang. Ia lalu menatap langit malam dari jendela, membayangkan esok hari yang akan menjadi awal barunya bersama Revana.
⚘️
⚘️
“Saya terima nikah dan kawinnya Revana Arnelita binti Gavin Ahlan dengan mas kawin tersebut dibayar tunai.”
dengan satu tarikan nafas, suara Adrian mantap mengucapkan ijab kabul pagi ini.
Sesaat suasana hening, lalu saksi serempak berkata,
“Sah.”
"Sah."
"Alhamdulilah..." gumam seorang ustad yang menuntun prosesi ijab kabul itu.
Tangis haru pecah. Revana yang duduk di samping ibunya menunduk, air mata menetes tanpa bisa ditahan.
Beberapa waktu kemudian, suasana rumah Revana masih dipenuhi rasa haru. Beberapa tetangga perlahan berpamitan, meninggalkan keluarga kecil itu untuk berkumpul lebih tenang.
Adrian duduk berhadapan dengan kedua orangtua Revana di ruang tengah. Revana duduk di samping ibunya, masih merasa tidak percaya jika Adrian sudah menikahinya, ia sekarang adalah seorang istri...ya...istri kedua.
Adrian berbicara dengan tenang namun tegas.
“Ayah, Ibu… Mulai hari ini, kalian tak perlu lagi mengkhawatirkan soal hutang, aku sudah selesaikan semuanya. Untuk biaya sehari-hari juga, serahkan padaku saja. Aku akan pastikan Ayah dan Ibu hidup dengan layak dan nyaman.”
Ayah Revana menghela napas panjang, menatap Adrian penuh rasa syukur.
“Alhamdulillah… Nak Adrian, Ayah benar-benar berterima kasih. Beban ini terasa sangat berat selama setahun terakhir ini. Tapi sekarang… Ayah bisa bernapas lega.”
Ibu Revana menatap menantunya dengan mata berkaca-kaca, lalu meraih tangan Revana.
“Revana,meskipun kamu istri kedua, tapi kamu beruntung. Adrian ini pria yang tulus, Ibu bisa merasakannya. Jaga dia baik-baik, jangan pernah sia-siakan kepercayaan yang sudah diberikan.”
Revana menunduk, menggenggam tangan ibunya erat. Hatinya campur aduk antara syukur, bahagia, sekaligus canggung dengan status barunya.
Adrian lalu menambahkan dengan nada mantap.
“Mulai sekarang, Ayah dan Ibu juga keluarga aku. Jangan sungkan apa pun, kalau ada yang dibutuhkan, langsung saja hubungi aku atau Revana. Aku ingin Revana tenang bersamaku tanpa harus memikirkan beban orangtuanya di kampung.”
Gavin dan Mira mengangguk, wajah mereka penuh rasa lega.
Setelah suasana sedikit tenang, Adrian kembali membuka suara. Ia menatap Gavin dan Mira dengan penuh hormat.
“Ayah, Ibu… aku meminta maaf. Seharusnya orangtuaku hadir di acara pernikahan tadi. Tapi karena mereka sedang menemani Alesya dan Andrew liburan ke Singapura, aku tidak bisa memaksa mereka pulang. Insya Allah, nanti kalau mereka sudah kembali ke Indonesia, aku akan segera membawa mereka datang ke sini untuk berkenalan langsung.”
Revana ikut menunduk, merasa tidak enak hati. Namun Mira cepat menepuk tangan anak perempuannya, lalu tersenyum menenangkan.
“Tidak apa-apa, Nak Adrian. Kami bisa memahami. Namanya juga keadaan, pasti ada saja kendala. Yang penting niatmu baik, itu sudah cukup untuk kami.”
Gavin juga menyahut.
“Betul. Soal pertemuan dengan orangtuamu, kami bisa sabar menunggu. Justru kami bersyukur sudah melihat kesungguhanmu pada Revana. Itu yang membuat hati kami tenang. Jaga Revana baik-baik Adrian.”
Adrian mengangguk mantap, lalu menggenggam tangan Revana di hadapan kedua orangtuanya.
“Terima kasih, Ayah, Ibu, sudah menerima aku dengan tulus. Aku berjanji, Revana akan saya jaga sebaik-baiknya.”
Mira menatap keduanya dengan senyum haru, sementara Gavin mengangguk pelan. Suasana ruang tamu sederhana itu dipenuhi rasa lega dan kehangatan.
Sebelum berangkat kembali ke kota bersama Adrian, Revana sempat menarik tangan ibunya untuk masuk ke kamar kecil yang dulu selalu menjadi tempatnya beristirahat saat pulang kampung. Pintu ditutup rapat, hanya ada mereka berdua.
Dengan hati-hati, Revana mengeluarkan sebuah amplop tebal dari tasnya. Ia menyerahkan amplop itu ke tangan Mira.
“Ibu… ini ada uang, tolong dipakai untuk kebutuhan sehari-hari dan juga untuk obat-obatan Bapak. Jangan ditolak, Bu. Aku nggak mau Ibu pusing lagi soal biaya.”
Mira menatap amplop itu dengan mata berkaca-kaca. Tangannya gemetar saat menerima, seakan berat hati.
“Revana, Nak… kamu ini sudah banyak berkorban untuk keluarga. Sekarang kamu baru saja menikah, Ibu tidak mau membebani kamu lagi.”
Revana langsung menggenggam tangan ibunya erat-erat. Wajahnya serius, tapi penuh kasih.
“Bu, jangan bilang begitu. Aku nggak pernah merasa terbebani. Justru aku lega karena sekarang ada yang bisa menopang aku, menopang kita. Adrian orangnya tulus, Bu… aku percaya sama dia. Jadi, mulai sekarang Ibu dan Ayah nggak boleh khawatir lagi soal kebutuhan.”
Mira menatap wajah anak sulungnya itu, kemudian air matanya menetes. Ia mengusap pipi Revana dengan lembut.
“Ibu sebenarnya sedih, melihat kamu mejadi istri kedua, Revana… Tapi ibu akan selalu berdoa, semoga Allah selalu menjaga rumah tanggamu. Ibu hanya ingin kamu bahagia, itu saja.”
Revana ikut terharu, lalu memeluk erat ibunya.
“Amin, Bu… doakan Revana bisa jadi istri yang baik. Bisa membanggakan Ibu dan Ayah. Jangan khawatirkan Revana Bu, Revana akan baik-baik saja bersama Adrian, orangtua Adrian sangat baik padaku, mereka sayang aku.”
Pelukan itu berlangsung cukup lama, menenangkan keduanya sebelum akhirnya Revana harus berangkat kembali ke kota bersama Adrian.
---
Mobil mewah Adrian melaju dengan tenang di jalanan yang mulai lengang. Revana duduk di sampingnya, masih larut dalam pikiran tentang pernikahan sederhana yang baru saja di laluinya. Sesekali ia mencuri pandang ke arah Adrian yang begitu fokus menyetir, membuat hatinya terasa campur aduk.
Namun ketenangan itu tiba-tiba terusik ketika ponsel Revana bergetar. Nama Anton muncul di layar. Revana sempat ragu untuk mengangkatnya, tapi akhirnya ia menekan tombol hijau.
“Halo, Pak Anton?”
Suara Anton terdengar agak terburu-buru.
^^^“Revana, kalian berdua ada di mana sekarang? Aku sudah cari Adrian dari tadi. Nomornya nggak aktif.”^^^
Revana melirik sekilas ke arah Adrian, raut wajahnya mulai tegang.
“Kami… masih di perjalanan pulang dari luar kota, Pak. Ada apa ya?”
Anton menarik napas sebelum menjawab.
^^^“Nadya sejak pagi datang ke kantor, mencari Adrian. Dia terdengar marah besar karena nggak bisa menghubungi Adrian. Aku sampai repot menahannya supaya tidak bikin keributan di depan staf. tolong bilang padanya, kalau Nadya mencarinya.”^^^
Revana terdiam, jantungnya berdegup cepat. Ia menutup telepon dengan sopan, lalu menoleh ke Adrian.
“Papi, kata Pak Anton. Nadya tadi ke kantor, mencari kamu. Dia marah besar karena sejak semalam ponselmu nggak aktif.”
Adrian tetap tenang, meski garis wajahnya mengeras. Ia tidak langsung menanggapi, hanya mengeratkan genggaman pada setir.
“Biar saja. tumben banget Nadya ribut mencariku, paling juga dia cuma butuh uang, aku memang telah mematikan ponsel semalam. Semalam, aku hanya ingin bersama kamu.”
Revana menggigit bibirnya, hatinya campur aduk antara senang sekaligus khawatir.
“Tapi… aku takut semua ini akan jadi masalah besar. Aku takut jika Nadya sampai tahu…”
Adrian menoleh sebentar, sorot matanya tegas.
“Jangan takut sayang, jangan pedulikan dia.”
Hening sejenak, hanya suara mesin mobil yang terdengar. Revana menunduk, tangannya menggenggam erat roknya sendiri, sementara hatinya terus berdebar memikirkan kemungkinan terburuk yang bisa terjadi.
...⚘️...
...⚘️...
...⚘️...
...BERSAMBUNG...
DAN UTK RANI BUAT DIA SADAR DIRI KERJA JGN NGAREPIN MANTAN KAKAK IPAR UNTUK BIAYA HIDUPNYA BUAT VIRAL👌👌👌👌👌👌👌👌👌👌😈😈😈😈😈😈😈😈😈😈😈😈😈
dia jadi gembel kalau butuh uang harus kerja biar dia tau capeknya jadi adrian kayak mana
MANTAP GK THOR🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣😈