NovelToon NovelToon
Lewat Semesta

Lewat Semesta

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Aulia risti

Anara adalah siswi SMA berusia 18 tahun yang memiliki kehidupan biasa seperti pada umumnya. Dia cantik dan memiliki senyum yang manis. Hobinya adalah tersenyum karena ia suka sekali tersenyum. Hingga suatu hari, ia bertemu dengan Fino, laki-laki dingin yang digosipkan sebagai pembawa sial. Dia adalah atlet panah hebat, tetapi suatu hari dia kehilangan kepercayaan dirinya dan mimpinya karena sebuah kejadian. Kehadiran Anara perlahan mengubah hidup Fino, membuatnya menemukan kembali arti keberanian, mimpi, dan cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aulia risti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17

"kadang orang kayak Fino butuh ruang buat nyerna semuanya dulu. Kamu jangan paksa dia terima apa yang kamu kasih kalau dia belum siap.”

Anara terdiam, mencoba mencerna kata-kata Bagas. Hatinya masih ingin mengejar Fino, tapi langkahnya terhenti.

Sementara Fino terus melangkah pergi hingga langkah yang belum seberapa itu terhenti. Sosok wanita berseberangan dengan nya itu membuat dirinya mengehentikan langkah nya.

“Syafira…” gumam Fino, nyaris tak terdengar.

Cukup lama mereka berhadapan hingga akhirnya mereka memilih duduk untuk mengobrol

“Lama tidak bertemu, Syafira,” suara Fino terdengar kaku, nyaris canggung.

Syafira mengangguk pelan. “Emm… lama sekali.”

“Aku pikir kamu ada di luar negeri?” tanya Fino, mencoba memecah hening.

“Aku sudah pulang,” jawab Syafira singkat.

Fino menarik napas dalam.

“Aku dengar kamu yang membantu Anara dan Bagas untuk mencariku. Kenapa… kenapa kamu tidak menyapa aku waktu itu?”

Syafira terdiam cukup lama. Tatapannya merayap ke wajah Fino yang tampak letih.

“Kamu masih membenciku?” tanya Fino pelan.

Air mata tiba-tiba jatuh di pipi Syafira. “Iya, aku sangat membencimu.” Suaranya pecah, nadanya getir.

Fino terdiam, menahan gejolak di dadanya.

“Aku benci kamu… karena kamu terus melindungi aku,” lanjut Syafira, suaranya bergetar.

“Hanya itu yang bisa aku lakukan, Syafira. Dan aku… nggak masalah.”

“Tapi itu yang bikin aku terus merasa bersalah!” tangis Syafira pecah.

“Kebakaran itu… karena aku. Tapi kenapa kamu yang harus menanggung semuanya?”

Fino menunduk, suaranya berat.

“Aku nggak keberatan sama sekali. Lagipula… aku sudah dibenci sejak awal. Jadi ini bukan apa-apa bagiku.”

“Kenapa kamu bisa bilang begitu, Fino?!” teriaknya pelan.

“Saat semua orang jelas-jelas membenci kamu… kenapa kamu masih tega menyangkal rasa sakitmu sendiri?”

“Aku bukan menyangkal, Syafira…” suaranya rendah. “Aku cuma… sudah terbiasa.”

Syafira terdiam. Hanya isak tangisnya yang terdengar.

“Aku tahu, dari awal aku nggak pernah benar-benar diterima. Jadi waktu orang-orang mulai nunjuk aku, mulai bilang aku pembawa sial… aku terima aja. Mungkin memang itu aku.”

“Fino…” suara Syafira bergetar, matanya memohon.

Fino tersenyum tipis, hambar. “Dan aku nggak nyesel pernah jagain kamu. Kalau waktu bisa diulang, aku tetap akan lakukan hal yang sama.”

Tangis Syafira semakin pecah. Ia menutupi wajahnya dengan kedua tangan, sementara Fino hanya duduk diam, menatap ke depan.

Syafira menghapus sisa air matanya, mencoba menenangkan diri. Tatapannya jatuh pada tangan Fino yang dulu begitu lihai memegang busur.

“Kenapa kamu berhenti memanah, Fino?” tanyanya pelan, hampir berbisik.

“Aku nggak mungkin terus memanah… saat tangan kamu cedera karena aku.” Suaranya lirih, penuh rasa bersalah.

Syafira langsung menggeleng, cepat, seolah tak rela mendengarnya.

“Berapa kali aku harus bilang? Aku cedera karena kebakaran itu. Dan kebakaran itu karena aku. Ini nggak ada hubungannya sama kamu, Fino!”

“Tapi itu terjadi… karena kamu melindungi aku…” ucapnya nyaris tak terdengar.

“Fino…” panggilnya lembut.

“Kalau kamu berhenti di sini… berarti semua yang kita impikan sia-sia.”

Fino menoleh, menatap Syafira dengan mata merah yang lelah.

“Kamu harus lanjutkan mimpimu,” lanjut Syafira dengan suara bergetar. “Mimpi kita, Fino. Kita berdua pernah janji, kan? Kalau salah satu jatuh, yang lain harus tetap berdiri. Jangan biarin mimpi itu mati cuma karena kamu salahin dirimu sendiri.”

“Aku… takut, Syafira,” lirihnya. “Takut kalau aku mulai lagi…aku nyakitin orang-orang di sekitarku.”

Syafira menatap matanya tanpa ragu. “Aku percaya sama kamu, Fino, kamu pasti bisa lewati semua nya.” ucapnya

Sementara itu, di tempat lain, Anara duduk di tepi danau. Angin malam berembus pelan, membuat permukaan air beriak lembut. Ia menatap kosong ke permukaan danau yang memantulkan cahaya lampu taman.

Rencananya berhasil—ia memang sengaja mempertemukan Fino dengan Syafira. Tapi entah kenapa, hatinya terasa sesak. Ada bagian dalam dirinya yang tak bisa tenang.

“Mereka sedang apa ya? Apa mereka sedang…,” gumam Anara lirih, matanya tak lepas dari permukaan danau itu.

Langkah kaki terdengar dari belakang, memecah lamunannya.

“Kamu ngapain di sini, Nar?” suara Bagas terdengar pelan.

Anara menoleh cepat. “Bagas… kagetin aja. Aku cuma lagi… mikir...”

“Mikirin Fino sama Syafira,?” Bagas menebak.

Anara terdiam, jemarinya menggenggam ujung rok seragamnya erat-erat. “Aku cuma takut, Bagas… "

“Takut kenapa, Anara?” tanya Bagas,

Anara menundukkan kepala.

“Kamu takut kalau mereka kembali bersama?” suara Bagas lirih, nyaris seperti bisikan, tapi cukup untuk membuat hati Anara terguncang.

Anara terdiam. Kata-kata itu menancap di dadanya. Ada sesuatu yang ia rasakan, sesuatu yang tak bisa definisikan.

Sementara itu, Bagas tak mengalihkan tatapannya. Sorot matanya begitu dalam, pada Anara.

Kapan kamu bisa melihat aku, Anara? batinnya berbisik, getir. Apakah selama ini… perasaan tulusku nggak pernah bisa kamu lihat?

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!