NovelToon NovelToon
Wanita Istimewa

Wanita Istimewa

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Mafia / Single Mom / Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Serena Muna

Berkisah mengenai Misha seorang istri yang baru saja melahirkan anaknya namun sayangnya anak yang baru lahir secara prematur itu tak selamat. Radit, suami Misha terlibat dalam lingkaran peredaran obat terlarang dan diburu oleh polisi. Demi pengorbanan atas nama seorang istri ia rela dipenjara menggantikan Radit. 7 tahun berlalu dan Misha bebas setelah mendapat remisi ia mencari Radit namun rupanya Radit sudah pindah ke Jakarta. Misha menyusul namun di sana ia malah menemukan sesuatu yang menyakitkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Lowongan Baru

Suara riuh sendok dan piring beradu, diselingi tawa riang pelanggan, menjadi melodi harian di Warung Bahagia yang kini menempati ruko baru. Sejak ulasan viral dari food vlogger, warung Pak Raharjo tak pernah sepi. Bahkan, dua karyawan baru yang direkrut pun tak cukup untuk mengimbangi lonjakan pembeli. Antrean tetap mengular, terutama saat jam makan siang.

"Pak, lihat itu. Antrean sudah sampai luar lagi," kata Misha, menunjuk deretan orang yang sabar menunggu.

Pak Raharjo mengusap pelipisnya. Walau lelah, senyum tak pernah luntur dari wajahnya. "Alhamdulillah, Nak. Bapak tidak menyangka akan seramai ini."

Bu Lastri, yang sibuk mengemas pesanan, menimpali, "Iya, Pak. Rasanya piring-piring di dapur tidak pernah berhenti dicuci. Kita butuh bantuan lagi."

Melihat tumpukan pesanan yang belum terlayani, Pak Raharjo mengangguk. "Baiklah, Bapak akan kembali merekrut karyawan. Kita butuh dua orang lagi untuk membantu di bagian dapur dan satu di kasir. Misha, kamu nanti yang ajari mereka, ya."

"Siap, Pak," jawab Misha mantap. Ia senang bisa membantu. Keberadaan karyawan baru akan membuat pekerjaan lebih ringan dan pelayanan jadi lebih cepat.

Malam harinya, setelah warung tutup dan semua sudah bersih, mereka duduk bersama. Sambil menyeruput teh hangat, Pak Raharjo mengutarakan rencananya. "Besok Bapak akan pasang lowongan kerja di internet. Kita cari yang jujur dan mau bekerja keras."

"Semoga kita dapat karyawan yang baik, Pak," doa Bu Lastri tulus. "Seperti Misha."

Misha tersenyum, hatinya menghangat. Ia merasa sudah menjadi bagian dari keluarga kecil ini.

Keesokan harinya, lowongan kerja Warung Bahagia langsung dibanjiri pelamar. Pak Raharjo, Bu Lastri, dan Misha melakukan wawancara. Mereka mencari orang-orang yang tulus ingin bekerja, bukan hanya mengejar viralitas Alhamdulillah, Pak, kita dapat tiga orang yang baik," kata Misha. "Mereka semua punya semangat yang tinggi."

Pak Raharjo mengangguk. "Benar, Nak. Bapak yakin mereka bisa membantu kita."as warung. Setelah beberapa hari, mereka menemukan tiga kandidat yang cocok.

Ada Riska, seorang gadis muda lulusan SMK Tata Boga yang ingin mencari pengalaman. Kemudian ada Bima, pemuda tangguh yang butuh pekerjaan untuk biaya kuliahnya. Dan terakhir, Ibu Siti, seorang ibu rumah tangga yang ditinggal suaminya dan butuh uang untuk menghidupi anak-anaknya.

"Alhamdulillah, Pak, kita dapat tiga orang yang baik," kata Misha. "Mereka semua punya semangat yang tinggi."

Pak Raharjo mengangguk. "Benar, Nak. Bapak yakin mereka bisa membantu kita."

****

Hari-hari selanjutnya, Warung Bahagia menjadi semakin sibuk. Misha melatih Riska dan Bima di dapur, sementara Bu Lastri mengajari Ibu Siti di kasir. Mereka bekerja sama sebagai sebuah tim yang kompak. Suasana kerja penuh kekeluargaan. Tidak ada yang merasa senior atau junior. Semua saling membantu.

Riska, dengan keahliannya, membuat proses memasak lebih efisien. Bima, yang cekatan, membantu mengantar pesanan dengan cepat. Dan Ibu Siti, dengan keramahannya, membuat pelanggan merasa nyaman saat membayar.

Antrean yang mengular kini lebih cepat bergerak. Para pelanggan tidak perlu menunggu lama lagi. Mereka bahkan sering memuji kinerja para karyawan baru.

Suatu sore, Rendy datang mengunjungi warung. Ia tersenyum melihat Misha dan tim barunya yang bekerja dengan gembira.

"Misha, saya lihat warung ini semakin sukses," ucap Rendy.

Misha menatap Rendy. "Iya, Pak. Berkat Pak Rendy juga."

"Bukan, Misha," jawab Rendy. "Ini berkat kerja keras kalian. Kalian pantas mendapatkan ini."

Misha tersenyum tulus. "Semua ini mengajarkan saya, Pak. Bahwa setelah badai pasti ada pelangi. Setelah penderitaan, pasti ada kebahagiaan."

Rendy mengangguk, hatinya terasa hangat. Ia melihat Misha, yang dulu rapuh, kini menjadi wanita yang tangguh dan penuh keyakinan. Ia tahu, Misha telah menemukan kebahagiaannya. Ia pun bahagia melihatnya.

****

Ruang sidang yang biasanya hening, kini terasa begitu tegang. Matahari sore menembus jendela, menyorot wajah-wajah yang menunggu putusan. Bu Ratmi duduk di kursi terdakwa, wajahnya tegang dan pucat. Di belakangnya, Bu Endah dan Bu Nanik duduk, menatapnya dengan tatapan prihatin. Misha dan Rendy duduk di barisan depan, hati mereka berdebar-debar.

Hakim mengetuk palu, suaranya menggema di seluruh ruangan. "Sidang dengan terdakwa Ratmi, dimulai."

Hakim mulai membacakan putusan. Suaranya tenang, namun setiap kata bagai palu yang menghantam Bu Ratmi. "Menimbang, bahwa terdakwa Ratmi telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pencemaran nama baik, penyebaran berita bohong, dan perbuatan tidak menyenangkan yang mengakibatkan kerugian materiil dan immateriil bagi korban Misha."

Hati Bu Ratmi berdebar kencang. Ia tahu, ia akan dihukum. Namun, ia berharap hukumannya tidak terlalu berat.

"Menimbang, bahwa terdakwa juga telah terbukti melakukan perbuatan onar di ruang sidang," lanjut hakim. "Maka, berdasarkan pasal KUHP, dan mempertimbangkan perbuatan terdakwa yang tidak menunjukkan penyesalan, majelis hakim menjatuhkan hukuman penjara selama 5 tahun, dan denda sebesar 500 juta rupiah."

Seketika, ruang sidang menjadi gaduh. Bu Ratmi mematung. Wajahnya yang pucat kini memerah. Ia tidak percaya. Ia tidak menyangka hukumannya akan seberat itu. Ia menatap hakim, lalu menatap Misha, dengan tatapan penuh kebencian.

"Tidak! Tidak! Saya tidak terima!" teriak Bu Ratmi, suaranya melengking. Ia menggebrak meja, membuat semua orang terkejut. "Ini tidak adil! Dia yang harusnya dihukum! Bukan saya!"

Hakim mengetuk palu. "Terdakwa, harap tenang! Jika Anda masih membuat gaduh, kami akan perintahkan petugas untuk mengeluarkan Anda dari ruang sidang!"

"Saya tidak peduli!" teriak Bu Ratmi. "Kalian semua tidak adil! Kalian semua dibayar oleh wanita sialan itu!" Ia menunjuk Misha dengan jari telunjuknya yang gemetar. "Kamu puas sekarang?! Kamu puas melihat aku hancur?! Kamu wanita kurang ajar!"

****

Semua pengunjung sidang terkejut. Mereka menatap Bu Ratmi, lalu menatap Misha. Misha hanya bisa menunduk, air mata mengalir di pipinya. Ia tidak tahu, mengapa Bu Ratmi begitu membencinya.

"Dasar wanita ular!" teriak Bu Ratmi lagi. "Kamu sengaja membuat aku seperti ini, kan?! Kamu mau balas dendam, kan?!"

"Diam! Diam!" teriak para pengunjung. "Kamu yang salah! Kamu pantas dihukum!"

Bu Ratmi tidak peduli. Ia terus berteriak, memaki-maki. Petugas pengadilan akhirnya dengan paksa menarik Bu Ratmi keluar dari ruang sidang. Bu Ratmi masih terus meronta, berteriak, dan menyumpahi Misha.

"Misha! Wanita sialan! Semoga kamu tidak bahagia! Semoga kamu hidup menderita!" umpatnya, sebelum pintu ruangan ditutup.

Suasana di ruang sidang menjadi tenang kembali. Hakim mengetuk palu. "Sidang ditutup."

Misha tidak bisa lagi menahan air matanya. Ia menangis, membiarkan dirinya tenggelam dalam kesedihan. Ia tidak lagi merasa marah. Ia hanya merasa kasihan pada Bu Ratmi. Ia tidak tahu, mengapa hidup Bu Ratmi begitu penuh dengan kebencian.

Rendy berjalan mendekati Misha. Ia memeluk Misha erat. "Sudah, Misha. Sudah. Semua sudah selesai," bisiknya.

"Kenapa... kenapa dia begitu membenci saya, Pak?" isak Misha.

"Karena dia cemburu, Misha," jawab Rendy. "Dia tidak bisa menerima kenyataan bahwa kamu lebih baik darinya. Dia tidak bisa menerima kenyataan bahwa kamu bisa bahagia tanpa dia."

Bu Endah dan Bu Nanik datang, lalu memeluk Misha. "Misha... kami minta maaf," kata Bu Endah. "Kami sudah banyak berbuat salah padamu."

Misha tersenyum. "Tidak apa-apa, Bu. Saya sudah memaafkan kalian."

Misha menatap mereka. Hatinya terasa sangat lega. Ia tahu, penderitaannya belum berakhir. Namun, ia tidak lagi sendirian. Ia memiliki orang-orang baik di sisinya. Ia tahu, ia akan baik-baik saja. Ia tahu, ia akan bahagia.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!