Cat Liu, seorang tabib desa, tak pernah menyangka hidupnya berubah setelah menyelamatkan adik dari seorang mafia ternama, Maximilian Zhang.
Ketertarikan sang mafia membuatnya ingin menjadikan Cat sebagai tunangannya. Namun, di hari pertunangan, Cat memilih pergi tanpa jejak.
Empat tahun berlalu, takdir mempertemukan mereka kembali. Tapi kini Maximilian bukan hanya pria yang jatuh hati—dia juga pria yang menyimpan luka.
Masihkah ada cinta… atau kini hanya tersisa dendam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Siang itu, matahari menyorot lembut melalui kaca besar kamar VIP di lantai paling atas hotel. Balkon luas dengan pemandangan kota terlihat megah, namun suasana terasa tegang. Maximilian duduk santai di kursi berlapis kulit, mengenakan kemeja putih longgar dengan kancing dada terbuka. Tangannya menggenggam segelas anggur, sementara tatapannya kosong menatap ke arah langit.
Pintu terbuka, dan Cat masuk dengan langkah cepat. Raut wajahnya jelas kesal, matanya menatap tajam ke arah pria itu.
"Tuan Zhang, aku sedang sibuk. Kenapa memintaku pulang?" tanyanya dengan suara dingin.
Maximilian mengalihkan pandangan, meneguk sedikit anggurnya sebelum menjawab tenang.
"Baru pulang sudah emosi. Apakah tidak ada kata-kata lain?"
Cat menyilangkan tangan di dada, menahan gejolak dalam hatinya. "Lalu, apa yang Tuan ingin dengar?"
Maximilian berdiri perlahan, tubuhnya tegap dan aura dominasi terpancar jelas.
"Alasannya mudah sekali. Aku adalah atasanmu. Kalau aku memintamu pergi, kau harus pergi. Kalau aku memintamu pulang, kau juga harus pulang—tanpa banyak pertanyaan."
Cat menahan napas, lalu menggeleng.
"Aku adalah seorang tabib. Tugasku menyembuhkan mereka. Tidak seharusnya aku dipaksa pulang," jawabnya dengan nada penuh penekanan.
Senyum tipis muncul di wajah Maximilian, tapi matanya berkilat ancaman.
"Nona Liu, kau berani membantah atasanmu? Ryan Shen adalah dokter yang hebat. Mungkin saja… aku akan mengirimnya ke kota lain."
Mata Cat membulat, tapi ia tidak mundur. Ia justru melangkah selangkah maju, menatap balik Maximilian.
"Tuan Zhang, bagaimana kalau sekalian saja mengirimku bersama Dokter Shen?" tanyanya dengan nada menantang.
Suasana langsung mengeras. Maximilian mempersempit mata, suaranya rendah namun tajam.
"Kau menantangku?"
Cat tersenyum miring, "Anda adalah atasan saya, mana mungkin saya berani. Saya hanya ingin meluruskan. Dokter Shen dan saya sudah lama bekerja sama. Tuan Zhang baru menjadi atasan kami dan tidak mengerti situasi di lokasi. Di sana bukan cuma butuh ahli medis, tapi juga kerja sama dan kekompakan. Kalau rekan saya dipindahkan, itu sudah salah besar. Setiap perusahaan ada aturannya. Dokter Shen tidak pernah melakukan kesalahan—bahkan hampir tewas karena bertugas. Kami saling menjaga satu sama lain."
Maximilian menunduk sedikit, senyumnya berubah dingin.
"Semua kata-katamu terdengar seperti sedang membelanya. Sepertinya hubungan kalian cukup dekat."
Cat mengangkat dagunya, suaranya lantang.
"Iya, aku dan Dokter Shen sangat dekat. Karena kami selalu berbagi ilmu tentang pengobatan dan saling melindungi. Justru Anda, Tuan, yang tidak bisa membedakan urusan pribadi dengan pekerjaan."
Charles yang berdiri di samping hanya bisa menghela napas panjang. "Setiap kali mereka bertemu, selalu seperti kucing dan tikus," batinnya.
Maximilian tiba-tiba mengepalkan tangan, lalu berdiri dan menghampiri Cat dengan langkah berat. Jarak mereka semakin dekat, hingga Cat bisa merasakan napas hangat pria itu.
"Kau menyukainya?" tanya Maximilian dengan suara rendah namun penuh tekanan.
Cat menatap balik dengan berani, meski dadanya terasa sesak. "Itu urusan pribadiku. Aku berhak diam."
Mata Maximilian semakin tajam, rahangnya mengeras. "Kalau aku tetap akan mengirimnya pergi, apa yang akan kau lakukan?"
Cat menarik napas panjang, menahan emosi. "Aku tidak akan melakukan apa pun. Tapi setidaknya aku sadar, kalau Anda bukan atasan yang profesional."
Maximilian menoleh sebentar ke arah balkon, lalu kembali menatap Cat. Suaranya berubah dingin, penuh kuasa.
"Mulai detik ini, kau tidak bisa ke mana pun tanpa perintahku. Mengenai korban gempa, akan ada tim medis lain yang turun ke lokasi. Negara juga tidak akan diam melihat rakyatnya sengsara."
Cat melotot, tidak percaya dengan kata-kata itu. "Jadi… apa yang harus aku kerjakan, kalau tidak boleh ke lokasi?"
Maximilian mendekatkan wajahnya, matanya menusuk. "Pulang!"
Cat mengerutkan kening. "Apa?"
"Aku tidak akan mengulangi perkataan yang sama," jawab Maximilian, dingin dan final.
Charles buru-buru menengahi, khawatir suasana makin panas. "Nona Liu, maksud Bos, Anda pulang dulu."
Cat mendengus kesal, lalu berbalik dengan langkah cepat. "Tidak masuk akal! Dipaksa tinggalkan lokasi hanya untuk pulang…" gerutunya sambil melangkah pergi.
Maximilian hanya berdiri diam, tatapannya mengikuti punggung Cat yang menjauh. Senyum tipis muncul di wajahnya, samar-samar seperti menyembunyikan alasan sebenarnya.
Charles melirik bosnya, lalu bergumam dalam hati, "Nona Liu, asal kau tahu… Bos mendapat informasi akan ada gempa susulan. Oleh sebab itu, ia memintamu kembali demi keselamatanmu."
Tak lama, Charles memberanikan diri bertanya pelan, "Bos, apakah kita tetap akan memindahkan Ryan Shen?"
Maximilian menegakkan tubuh, matanya kembali dingin tapi suaranya terdengar tegas.
"Tidak perlu! Kalau aku melakukannya, aku tidak tahu apa yang akan gadis itu lakukan."
seru" smua karya mu thorrrr
amazingggggg
tiap karya punya ciri khas sendiri
tiap up nya ga bisa d.tebak
🤣🤣🤣