NovelToon NovelToon
Beauty To Crystal

Beauty To Crystal

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Anak Lelaki/Pria Miskin / Romansa
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Reenie

Di atas kertas, mereka sekelas.
Di dunia nyata, mereka tak pernah benar-benar berada di tempat yang sama.

Di sekolah, nama Elvareon dikenal hampir semua orang. Ketua OSIS yang pintar, rapi, dan selalu terlihat tenang. Tak banyak yang tahu, hidupnya berjalan di antara angka-angka nilai dan tekanan realitas yang jarang ia tunjukkan.

Achazia, murid pindahan dengan reputasi tenang dan jarak yang otomatis tercipta di sekelilingnya. Semua serba cukup, semua terlihat rapi. Tetapi tidak semua hal bisa dibeli, termasuk perasaan bahwa ia benar-benar diterima.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reenie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27. Giliran Kita

Sore itu, suasana di ruang baca Crystal Valley University terasa lebih sunyi dari biasanya. Brianna dan Kaivan duduk berdampingan, masing-masing tenggelam dalam lautan jurnal dan draft skripsi yang berserakan di meja.

“Kaivan, aku benci bab 4,” gerutu Brianna, menutup laptopnya dengan kasar.

Kaivan tertawa kecil, meski wajahnya sendiri terlihat kusut. “Sama, Bri. Kalau bisa, aku pengen skripsi ini auto-beres pakai magic.”

Mereka tertawa lelah. Di balik keakraban itu, keduanya sama-sama tahu bahwa perjuangan mereka belum selesai. Sisa waktu hanya tinggal beberapa minggu sebelum deadline pengumpulan skripsi.

Setiap malam, mereka menyempatkan waktu untuk ngobrol di grup chat Masa SMA Paling Chaos 🌀. Achazia dan Ciara yang sudah lulus kini menjadi penyemangat utama.

Achazia: “Semangat kalian! Nanti kita rayain kalau kalian wisuda.”

Ciara: “Kita udah siap jadi supporter di tribun wisuda kalian.”

Kaivan: “Siap, asalkan kalian siapin hadiah.”

Brianna: “Zia, Ciara, kalian jangan ketawain muka lelah kita pas wisuda nanti ya.”

Hari-hari berlalu dengan cepat, dan di tengah tekanan skripsi, Brianna dan Kaivan sering menghabiskan waktu di sudut favorit mereka di taman belakang kampus.

“Bri, kadang aku iri sama Zia. Dia udah selangkah lebih depan,” ujar Kaivan sambil menatap langit.

Brianna tersenyum tipis. “Iya. Tapi dia juga masih nunggu kita di ujung jalan, Van. Kita gak sendirian.”

"Lagi pula masa studi kita kan lumayan lama. Beda dari Achazia. Sebentar lagi kita jadi apoteker kok"

Skripsi itu menghantam mental Brianna dan Kaivan. Masih mau menujur gelar farmasi saja sudah tak tahan.

Akhirnya, hari itu tiba. Mereka berdua menyerahkan skripsi mereka dengan tangan gemetar, seakan tak percaya perjuangan itu benar-benar selesai.

“Kita lulus, Van,” kata Brianna dengan mata berkaca-kaca.

Kaivan mengangguk, menahan emosinya. “Kita lulus, Bri. Kita berhasil.”

"Kita tinggal melanjutkan apoteker satu tahun lagi saja. Aku harap kita bertahan" ucap Brianna

Setelah menyandang gelar farmasi, mereka merasa bangga. Ciara dan Achazia hanya mengirim semangat lewat grup. Nanti setelah mereka resmi menjadi apoteker, mereka lalu datang ke wisudanya.

Enam bulan berjalan...

"Haduh, praktiknya susah juga" Kaivan mengeluh

"Iya tapi kan kita harus berusaha. Sebentar lagi kita wisuda. Kamu gak mau jadi Apoteker? Masa mau berhenti ditengah jalan"

Kaivan mengehela nafas. Dia tahu betapa sulitnya menjadi apoteker ini. Bagaimana lah Elvareon yang lebih susah tanpa mengeluh.

Hari demi hari mereka melanjutkan tahapan UAPA (Ujian Akhir Profesi Apoteker). Benar-benar melelahkan. Mereka melewati ujian lisan maupun tertulis. Tak menyangka mereka berhasil melewati itu. Masa-masa yang sangat sulit dan menguras tenaga.

Hari wisuda pun tiba. Aula Crystal Valley University penuh dengan toga hitam dan senyum lega. Di antara kerumunan, Achazia dan Ciara duduk di tribun, melambaikan tangan semangat.

Kringg.... bunyi telepon masuk di ponsel Brianna

"Aku dengar kalian udah mau wisuda ya? Kapan acaranya?

"Iya, Zia. Acaranya minggu depan"

"Brianna, aku mau jadi MUA kamu"

"Hah? Serius?" mata Brianna terbelalak

"Iya. Tenang aja aku akan datang ke asramamu seminggu lagi"

Tentu saja Brianna merasa senang. Dia bangga dirinya dirias oleh sahabatnya. Dia tak memikirkan itu akan terjadi.

Sehari sebelum wisuda Achazia datang ke asrama Brianna. Dia menginap untuk semalam. Dia membawa peralatan make upnya yang mahal.

"Eh apa tidak masalah kalau pakai make up ini? Ini kan mahal Zia, aku belum punya gaji untuk membayar"

"Ini gratis" ucapnya

Brianna lalu mengangguk dan tersenyum.

Keesokan harinya, mereka bangun lebih awal. Achazia terlebih dahulu menyiapkan make up di wajah Brianna. Dengan hati-hati dia mengoleskan foundation lalu bedak tabur. Berjalan hingga pembuatan eye shadow, maskara, dan blush on.

Ia menata rambut Achazia dengan rapi. Dengan rambut setengah terurai dan setengahnya lagi dikepang. Beberapa waktu kemudian, riasan itu jadi. Brianna tampak cantik.

"Cantik banget. Aku suka, lho. Makasih ya, Zia" ucap Brianna

"Iya sama-sama". Achazia mengangguk.

Mereka lalu keluar dari asrama dan berjalan menuju auditorium.

“Zia! Brianna! Kami di sini!” teriak Ciara.

Brianna dan Achazia tersenyum lebar dari deretan kursi wisudawan. Ada rasa haru yang menyesak di dada mereka, melihat sahabat-sahabat mereka tetap hadir di momen penting ini.

Dalam acara sakral itu, orang tua Brianna dan Kaivan merasa bangga. Anaknya telah berhasil mengangkat derajat keluarga. Walau mereka dari keluarga yang kurang mampu, tapi mereka bisa.

Ayah dan Ibu Achazia memeluknya. Bertanya dari mana dia make up sebagus itu. Brianna memperkenalkan Achazia

"Ini bu, sahabatku Achazia. Dia MUA profesional"

"Halo om, tante" sapa Achazia

"Achazia? Tunggu, kamu dari keluarga Velmorin?" tanya ibunya Brianna

"Iya, bu. Benar"

"Astaga nak, pasti mahal ya make up nya. Kamu bayar pakai apa?" ibunya khawatir

"Tidak bu. Make up nya gratis kok. Aku juga senang bisa merias Brianna diacara wisudanya ini"

Ibunya lalu menangis dan memeluk Achazia. Gadis yang baik hati ini tak meminta imbalan apapun. Dia hanya melakukan tugasnya sebagai MUA.

"Terima kasih banyak, Nak" ucap Ibunya

"Iya sama-sama, bu"

Diacara itu, Kaivan juga dipeluk oleh orang tuanya. Anak yang dibesarkannya sudah menjadi apoteker. Achazia menjabat tangan Kaivan dan mengucapkan selamat.

Di acara yang penuh haru, merupakan momen yang akan dikenang Achazia. Tentu saja, tetap tidak ada Elvareon saat mereka wisuda. Entah pun Elvareon sudah melupakan mereka.

Ciara menepuk bahu Kaivan. “Gimana rasanya, Pak Apoteker?”

Kaivan tertawa. “Belum Pak Apoteker, Ciara. Tapi setidaknya udah gak Pak Skripsi lagi.”

Mereka tertawa bersama, menyadari bahwa meski jalan hidup mereka berbeda, persahabatan mereka tetap utuh.

Di tengah tawa itu, Brianna menarik Achazia ke samping.

“Zia, aku tahu kamu masih mikirin Elvareon. Tapi percayalah, kita akan ketemu dia lagi. Entah kapan, tapi pasti.”

Achazia tersenyum, memeluk Brianna erat.

"Tapi di grup dia gak ada mengirimkan pesan sedikit pun. Kalau sekarang sudah menjelang tiga tahun dia hilang. Aku takut kalau dia menemukan gadis baru apalagi jika sama-sama dokter"

"Tidak. Jangan pikirkan seperti itu. Mungkin Elvareon memang ingin fokus jadi dokter. Aku yakin suatu hari nanti, kita akan kembali bersama Elvareon." Brianna kembali memeluk Achazia.

Mereka lalu berfoto bersama. Saling mengabdikan momen. Foto yang sangat berharga bagi Achazia.

Brianna dan Kaivan berfoto dengan keluarganya.

Setelah semua acara selesai, mereka lalu pulang ke kampung halaman masing-masing. Mereka tetap tidak malu jika menaiki bus.

"Kalau ada apa-apa saling berkabar, ya" ucap Ciara

Mereka lalu mengangguk dan melambaikan tangan. Kini mereka sudah menyandang gelar impian masing-masing. Hanya satu orang itu yang tidak tahu bagaimana kabarnya hingga sekarang.

1
Nana Colen
ceritanya ringan tapi asiiik 🥰🥰🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!