Serra gadis 24 tahun harus menerima takdirnya menikah dengan seorang pria yang bernama Damar. Tetapi tidak pernah di anggap sebagai istri. Tinggal bersama mertua dan juga adik ipar yang ternyata selama pernikahan Serra hanya dimanfaatkan untuk menjadi pelayan di rumah itu.
Hatinya semakin hancur mengetahui perselingkuhan suaminya dengan sepupu sang suami yang juga tinggal di rumah yang sama dengannya. Segala usaha telah dia lakukan agar keluarga suaminya bisa berpihak kepadanya. Tetapi di saat membongkar hubungan itu dan justru dia yang disalahkan.
Serra merasa sudah cukup dengan semua penderitaan yang dia dapatkan selama pernikahan, Akhirnya memutuskan untuk membalas secara impas semuanya dengan menggunakan Askara paman dari suaminya yang bersedia membantunya memberi pelajaran kepada orang-orang yang hanya memanfaatkannya.
Jangan lupa untuk terus baca dari bab 1 sampai akhir agar mengetahui ceritanya.
follow ainuncefeniss.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonecis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 27 Canggung
Karena tidak ada penolakan sama sekali dari lawannya membuat lidah Askara masuk semakin dalam yang mengabsen setiap rata gigi Serra dengan tangan Askara yang tetap berada di pipi Serra yang semakin memajukan wajah itu agar memudahkannya untuk menelusuri isi mulut wanita yang sejak tadi pasrah.
Serra benar-benar menikmati ciuman itu dengan tangannya yang terkepal, rasa yang baru pertama kali dia rasakan yang mampu menarik seluruh hasrat di tubuhnya sehingga bulu kuduknya berdiri seperti sengatan listrik yang ia rasakan bagaimana laki-laki itu menuntunnya dalam berciuman.
Ciuman panas yang diberikan Askara sepertinya sudah sangat handal melakukan hal itu mampu membuat Serra terbang ke awang-awang dan bahkan melupakan jika dia adalah seorang istri.
Serra juga tidak mengerti dengan dirinya kenapa tubuhnya tidak bisa menolak semua itu, alih-alih menghindar atas apa yang dilakukan Askara yang merasakan yang sangat luar biasa.
****
Serra yang sekarang sudah kembali ke ruangan ibunya dengan posisi dirinya yang berada di kamar mandi menatap dirinya di cermin dan memegang bibirnya yang masih saja basah.
Serra masih terbayang bagaimana mereka berdua berciuman di bawah pohon yang tidak tahu apakah ada yang melihat atau tidak karena pasangan itu sangat menikmati yang membuat mereka berdua tidak peduli.
"Apa ini salah!" ucapnya dengan wajahnya yang tampak tidak tenang.
Jika saat berciuman dia tidak peduli bahwa dia adalah seorang istri dan ketika semua itu usai tiba-tiba saja Serra merasa apa yang dilakukan salah.
Serra seolah tidak ingin memutuskan sendiri apakah yang dia lakukan pantas atau tidak membuatnya menarik nafas panjang dan membuang perlahan ke depan meminjamkan mata sejenak dan berusaha untuk menenangkan diri.
Bagaimanapun dia yang telah membiarkan Askara melakukan hal itu dan Askara juga tidak memaksanya. Tetapi memang dasar tubuhnya menginginkan hal tersebut Jadi mau bagaimana lagi mereka juga sudah terlanjur berciuman dan ciuman itu adalah ciuman pertama kali Serra karena dia merupakan gadis yang tidak pernah berpacaran dan langsung menikah dan suaminya juga tidak menyentuhnya.
*****
Seperti biasa Serra akan pulang ke rumah setelah pagi hari. Ternyata ketika dia pulang rumah sudah kosong yang mana semua orang sudah melakukan aktivitas masing-masing.
Serra juga tidak mau tahu bagaimana keluarga itu tadi pagi apakah sarapan atau tidak dan mungkin saja Niken kembali mengatur semuanya.
Serra menghela nafas yang berjalan ke meja makan yang ternyata meja kosong tanpa ada sisa makanan sedikitpun. Serra mengambil gelas dan menuang air putih kemudian meneguknya.
"Aku harus siap-siap, ini pertama kali aku kembali bekerja," ucapnya.
"Tapi perutku lapar!" ucap Serra yang mengusap perutnya yang tadi memang dia belum sempat sarapan.
Serra mencoba untuk mencari bahan makanan yang bisa untuk dimasak secara singkat. Serra memilih untuk mengambil mie instan dan kemudian dia membuka lemari di bagian atas dan terlihat berjanji tidak mengambil wajan yang tempatnya cukup tinggi.
Serra kesulitan melakukan hal itu dan tiba-tiba saja sebuah tangan sudah muncul dari belakangnya yang mengambil wajan tersebut membuat Serra menoleh ke belakang dengan kepala mendongak yang ternyata pria tersebut yang tak lain Askara.
Serra terlihat canggung dengan wajahnya yang langsung memerah. Serra menelan salivanya. Askara yang sudah mengambil wajan tersebut dan kemudian menutup lemari.
"Ma-makasi tuan!" ucapnya gugup.
"Kamu mau memasak?" tanya Askara yang membuat Serra mengangguk.
"Bukankah ini adalah hari pertama kamu bekerja dan kenapa masih belum berangkat. Kamu ingin membuat peraturan sendiri?" tanya Askara.
"Hmmmm, saya lapar dan ini juga sudah mau siap-siap, masih ada waktu 30 menit lagi sebelum ke kantor," jawabnya.
"Bersiaplah! Aku menunggumu di mobil," ucap Askara yang membuat Serra menurut begitu saja dengan menganggukkan kepala.
Untuk menghindari rasa gugupnya yang membuat Serra memang lebih baik pergi dari hadapan Askara.
Penampilan Serra lumayan formal yang menggunakan kemeja Navy yang dipadukan dengan celana hitam yang mana terlihat Serra sangat elegan dan memang dia sudah sangat terbiasa bekerja di kantor jadi untuk masalah outfit sudah tidak diragukan lagi.
Ketika menjadi istri Damar saja dia tidak terurus dan lebih terlihat seperti pembantu. Askara benar-benar menunggunya di dalam mobil.
"Maaf tuan saya lama," ucap Serra dengan gugup.
"Belum terlambat ke kantor jadi saya memaafkan," jawab Askara yang membuat Serra mengangguk.
"Kamu sarapanlah!" Askara memberikan paper bag berwarna coklat kepada Serra yang langsung diambil Serra yang melihat isinya yang ternyata makanan.
Serra tidak ragu untuk memakannya, walau sejak tadi wajahnya terlihat semakin gugup. Askara melajukan mobilnya dengan kecepatan santai.
Serra dan Askara yang berada di dalam mobil dan Serra yang harus mengirit waktu dengan sarapan di mobil.
"Kamu terlihat canggung berada di dekat saya apa karena tadi malam?" tanya Askara yang membuat Serra terdiam.
"Saya minta maaf atas kejadian itu dan saya terbawa suasana," ucap Askara.
"Tidak perlu meminta maaf, saya juga terbawa suasana dan semuanya sudah terjadi begitu," sahut Serra.
"Kalau begitu jangan canggung lagi kepada saya," ucap Askara yang membuat Serra menganggukkan kepala dengan tersenyum
"Kamu lanjutkan sarapannya!" titah Askara.
Serra yang kembali menganggukkan kepala yang sejak tadi pasti sedang mengatur dirinya dengan jantungnya yang masih tetap saja berdebar dengan kencang.
"Tenang Serra! Kamu harus tenang," batin Serra.
****
Serra yang memang sudah tidak asing lagi dengan urusan kantor dan dia sangat menikmati pekerjaannya menjadi sekretaris Askara.
Serra yang terlihat bekerja dengan baik di depan ruangan Askara. Tiba-tiba saja dia melihat Maya yang berdiri di depan ruangan Damar yang memang dekat dengan ruangan Askara. Maya sengaja berdiri lama untuk mencari perhatian Serra.
Serra mengabaikan hal itu dan kembali fokus pada pekerjaan yang dia tahu pasti Maya ingin memasuki ruangan Damar dan entahlah apa yang akan mereka lakukan di dalam ruangan itu.
Serra yang terlihat menumpukkan satu dokumen ke dokumen yang lain dan tipe-tipe terdiri dari tempat duduknya yang langsung memasuki ruangan Askara.
"Apa dia mengabaikanku?" batin Maya yang masih tetap berdiri di tempatnya yang terlihat kesal kepada Serra.
"Oh jadi dia pikir aku tidak bisa melakukannya. Lihatlah aku akan tunjukkan kepadamu. Jika aku memiliki kebebasan untuk dekat dengan suamimu," batin Maya dengan tersenyum miring yang sengaja membuat Serra kesal.
***
Tok-tok-tok.
"Masuk!" sahut Askara dari dalam ruangannya yang terlihat menandatangani banyak berkas-berkas. Pintu ruangan itu terbuka yang terlihat Maya tanpa kecentilan dengan memakai rok pendek yang sangat ketat dan belum lagi make up di wajahnya sedikit berlebihannya sepertinya sengaja menemui Askara dengan berpenampilan seperti itu agar membuat Askara tertarik padanya.
"Paman memanggil saya," ucapnya dengan tersenyum kecentilan yang sudah berdiri di depan Askara.
"Iya," jawab Askara.
"Apa ada yang harus saya bantu yang tidak bisa dilakukan sekretaris paman?" tanyanya.
"Tidak! dia bekerja dengan baik dan sangat bisa diandalkan. Bukankah saya pernah mengatakan bahwa saya mencari seseorang yang memang bisa bekerja dan saya tidak pernah mempekerjakan seseorang secara sembarangan," jawab Askara yang membuat Serra kesal. Tetapi tetap saja dia masih tersenyum.
"Lalu untuk apa saya di panggil?" tanyanya.
"Ini!" tiba-tiba saja Askara meletakkan surat di atas meja yang membuat Maya penasaran dan langsung mengambil surat tersebut.
"Ini surat teguran untuk kamu agar kamu bekerja jauh lebih baik kedepannya dan bukan sesuai dengan peraturan kamu sendiri!" ucap Askara yang membuat Serra terdiam dengan penuh kekesalan.
Bersambung......