Ganti Cover dari NT yah
Mencintai dengan sepenuh hati ternyata belum tentu membawa kebahagiaan bagi Alia Valerie Putri, gadis yang kurang beruntung dalam hubungan keluarga dan ternyata tak beruntung juga dalam urusan cinta.
Setahun berusaha menjadi kekasih terbaik bagi Devan Bachtiar, berharap mendapatkan kisah romansa bak film Drama Korea, justru berujung duka.
Hubungan penuh tipu daya yang dilakukan Devan, membuat luka di dalam hati Alia. Hingga takdir membawanya bertemu dengan Sam Kawter Bachtiar yang semakin membuat hidupnya porak poranda.
Siapa sebenarnya Sam Kawter Bachtiar? Lalu bagaimana kelanjutan hubungan Alia bersama Devan Bachtiar? Akankah Devan menyesali perbuatannya?
Akankah masih ada kesempatan baginya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melia Andari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akan Menghukum mu
"Jadi, apakah mereka masih ada di sekitar mansion ku?" tanya Sam di ruang kerjanya kepada Ardi.
"Benar Tuan, menurut laporan Dimas dan anak buahnya, beberapa orang suruhan Tuan Devan berjaga di sekitar Mansion. Sepertinya Tuan Devan ingin memantau nona Alia, Tuan," sahut Ardi menjelaskan.
Sam menarik sudut bibirnya. Ia merasa puas ketika apa yang dia umpan kan telah berhasil. Devan kini memantau barang milikinya, bidaknya, pion yang ia gunakan sesuka hatinya yaitu Alia.
"Sepertinya Devan sangat penasaran mengapa aku bisa bersama dengan mantan kekasihnya. Biarkan saja mereka Ardi, lebih baik kita pura-pura tidak tahu. Aku masih ingin menikmati momen ini," tutur Sam.
"Baik Tuan," sahut Ardi.
Sam pun teringat akan Alia. Gadis itu masih terkurung di dalam Mansion nya karena Sam belum mengizinkannya keluar. Hari ini ia terlalu banyak pekerjaan, hingga hari sudah larut pun, ia masih ada di kantornya.
Bagaimana kabar kelinci kecilku hari ini? Apakah dia tidak lupa makan wortel?
...----------------...
Alia menjatuhkan dirinya di atas ranjang. Pandangan matanya diarahkan pada langit-langit kamarnya, memikirkan perkataan Devan.
"Mengapa Devan berbicara seolah dia peduli padaku? Apa dia benar-benar menganggap aku wanita gampangan? Setelah mencampakkan aku, apakah dia berpikir bahwa aku hanya bisa mencintai dirinya saja?" gumam Alia.
"Aku yakin satu saat nanti aku akan bisa mencintai laki-laki lain selain dirinya. Entah kapan, tapi yang pasti aku tak ingin terus berada dalam belenggu Sam ataupun Devan."
Alia memutar tubuhnya menjadi menghadap ke samping. Tangannya memeluk guling yang berada tak jauh darinya.
"Sam Kawter Bachtiar, aku sudah tahu bahwa dia adalah pria dingin. Bahkan aku tahu bahwa dia begitu galak dan sering membentak ku, juga marah-marah sesuka hatinya kepadaku. Jadi ternyata, dia memang seperti itu ya?"
Ah Alia, sudah pasti kau hanyalah mainan bagi Sam Kawter. Jadi kau harus pintar-pintar menempatkan diri agar bisa bertahan hidup.
Terlalu banyak berpikir membuat Alia mengantuk. Ia sampai lupa jika Sam belum pulang ke Mansion. Alia pun mulai memejamkan matanya. Namun baru saja terpejam, Alia mendengar ponselnya berbunyi kembali.
Alia pikir itu dari Devan lagi. Alia benar-benar tidak ingin mendengarkan pria itu lagi, karena suaranya akan membangunkan rasa rindu di hatinya. Jadi Alia memilih tak menghiraukan telepon itu.
Namun ketika telepon itu berbunyi lagi untuk kedua kalinya, Alia pun kesal.
"Ishh!"
"Kenapa sih?!"
Alia pun mengambil ponselnya dan langsung mengangkat telepon itu dengan kesal tanpa melihat layarnya.
"Devan! Aku bilang jangan hubungi aku lagi! Kenapa kau...." ketus Alia begitu telepon itu ia angkat.
Ucapan Alia pun terhenti karena mendengar sahutan seberang sana.
"Devan?" suara Sam menggema di telinga Alia.
Sam?
Alia terdiam. Ia menelan saliva nya dengan perlahan.
Mati aku! Apa dia akan marah? Eh tapi tunggu, kenapa dia harus marah? Dia kan nggak pernah melarang aku berbicara dengan adiknya.
"Kau tadi habis telponan dengannya?" tanya Sam.
"Tidak."
"Tidak?"
"Maksudku, dia menelpon ku sebentar, lalu aku menutup teleponnya," sahut Alia.
"Apa yang dia katakan kepadamu?" tanya Sam yang tiba-tiba merasa penasaran.
"Tidak ada," jawab Alia.
"Jadi tadi dia menelepon mu hanya untuk mendengarkan nafas kalian masing-masing?"
Hah, maksudnya?
"Kalian hanya diam hingga telepon terputus, begitu? Apa kalian penganut ilmu tenaga dalam atau telepati?"
Astaga!
"Tidak Tuan, maksudku kami hanya terlibat percakapan singkat," sahut Alia.
Mana mungkin aku bilang kalau Devan menjelekkan dirimu kan?
Sam mengangkat sebelah alisnya, merasa kesal dengan jawaban Alia.
Dia benar-benar tak ingin mengatakannya?
"Baiklah, aku tak akan mengulangi pertanyaan ku. Tapi jawabanmu tidaklah menjawab," sahut Sam.
"Eh?"
"Tunggu aku pulang, aku akan menghukum mu karena berani tidak menjawab apa yang aku tanyakan!"
"Apa??? Tunggu Tu—Tuan, apa kau akan menghukum dengan memukuli aku?" tanya Alia takut.
Hah? Memukul? Aku tidak pernah berencana menghukum dirinya dengan cara memukul, kenapa dia berpikir aku akan memukulnya sih? Apa Devan pernah melakukannya?
"Maaf Tuan, jangan pukuli aku, tubuhku sudah kecil, aku—"
Tiba-tiba saja Sam kesal mendengarnya.
"Hei Wanita bodoh!! Siapa yang akan memukulmu hah?! Memangnya selama ini aku pernah memukulimu?? Kenapa kau berpikir aku akan memukulmu ALIA VALERIE PUTRI?!"
Suara Sam terdengar menggelegar sehingga Alia terpaksa menjauhkan ponsel dari telinganya. Jantungnya serasa mau copot mendengarnya.
Eh? Apa aku salah jawab lagi? Kenapa dia marah-marah? Sungguh membingungkan hidup bersamanya, Tuhan tolong aku.
"Jawab Aku Alia! Kenapa kau berpikir begitu hah??" tanya Sam lagi dengan suara yang masih tinggi, namun tidak menggema seperti tadi.
"Hei kelinci bodoh!! Kau dengar tidak??"
"I—iya Tuan, maaf. Aku...aku hanya ingat ketika bibiku marah dan menghukum ku, ya hukumannya pasti dipukul Tuan," jawab Alia.
"Ohh si tua matre itu ya?" sahut Sam.
'Tua matre?' batin Alia dengan kening berkerut.
"Apakah ada lagi yang memukuli mu selain dia?" tanya Sam.
"Ti—tidak ada Tuan," jawab Alia.
"Kau yakin? Atau aku harus mencari tahunya sendiri?" tutur Sam terdengar mengancam.
"Hmm, aku pernah dipukul oleh Devan saat ia marah padaku karena merasa aku terlalu bodoh," sahut Alia sambil mengingat saat Devan memukul punggungnya menggunakan buku yang tebal hanya karena Alia salah memberikan kunci jawaban.
"Kau memang bodoh Alia! Tunggu aku pulang!!" sahut Sam lalu menutup teleponnya begitu saja.
Ardi melihat tatapan Sam berubah, dari yang sebelumnya terlihat tenang kini berubah jadi sedikit membara.
"Devan Bachtiar, kau laki-laki pengecut sama seperti ayahmu! Beraninya kau memukul kelinci kecilku?"
jangan bertempur dengan masa lalu karena terlalu berat