Diceritakan kisah seorang gadis bernama Ellieora Sparkle, gadis muda berumur dua puluh satu tahun yang memiliki sifat bebas dan menghabiskan sebagian hidup nya untuk berpesta setiap malamnya, karena ia merasa kalau dia adalah putri satu-satunya dari pemilik perusahaan ternama.
Namun kebebasan nya sangat di tentang keras oleh ayah nya yang memiliki karakter tegas.
Ibu Ellie adalah seorang yang lembut dan penuh kasih sayang, ia selalu mendukung keputusan yang putri nya buat.
Hingga suatu hari, ayah nya yang sudah lelah dengan kelakuan putri semata wayang nya, yang selalu saja berpesta dan membuat ulah yang tidak masuk kedalam akal nya, ia menikahkan Ellie dengan seorang pria tampan dan kaya raya bernama Tuan Felix Donovan seorang CEO muda yang di rumorkan memiliki kehidupan bebas seperti Ellie.
Tanpa perlawanan Ellie pun setuju untuk menikahi Tuan Donovan, karena ia fikir hobby party nya tidak akan terganggu selama ia menikah dengan pria yang memiliki kehidupan bebas seperti nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggrek Timur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27 SEBUAH FAKTA
Saat sore hari Felix datang ke rumah sakit, teman-teman ku berpamitan pulang.
"Ell kami pulang dulu, sudah ada suami mu ini disini ya" ungkap Jessica yang terlihat sungkan pada Felix
"Hmm..baiklah, Terimakasih ya kalian the best" ungkap ku pada teman-teman ku itu.
Setelah kepergian semua teman ku, aku kembali memikirkan perkataan dari salah satu sahabat ku yaitu Jessica.
Setelah aku cerna semua perkataan nya, aku rasa ada benar nya, kami sudah menikah selama ini tapi aku belum pernah bertemu atau mendengar Felix menceritakan keluarga nya.
Begitupun Papa yang tidak pernah menceritakan tentang keluarga nya Felix.
"Bagaimana ini? Aku harus bertanya langsung padanya atau Aku harus mencari info terlebih dahulu?" gumamku dalam hati, tiba-tiba saja saat aku melamun Felix menghampiriku dan mengecup lembut kening ku.
"Ada apa sayang? Kamu sedang memikirkan apa?" tanya Felix padaku
"Ah...apa?" sahut ku singkat, padahal aku tak mendengar apa yang ia katakan
"kamu sedang memikirkan apa?" tanya Felix sekali lagi dengan nada lembut
"Oh..aku? Aku sedang memikirkan tentang operasi, siapa apa tidak nya aku" sahut ku berbohong.
"Kenapa? Kamu takut?" tanya Felix sembari membelai rambut ku
"Terus terang, takut..tapi sedikit hehe" sahut ku berusaha memecah ketegangan, aku takut saat aku berbohong akan ketahuan oleh nya.
"Kamu harus operasi sayang, supaya sehat lagi" ungkap Felix menyuruh ku untuk tetap menjalani operasi
"Hmm...bagaimana nanti saja hehehe" sahut ku sembari menutup diri menggunakan selimut
"Awas ya kamu, mulai nakal..hehehe" ucap Felix sembari membuka selimut ku lalu ia mencubit hidung ku beberapa kali dan membanjiri wajah ku dengan ciuman dari nya.
"Aku akan duduk di sofa, mengerjakan pekerjaan di kantor tadi yang belum aku selesaikan" ungkap Felix sembari melirik ke arah sofa yang berada saling berhadapan dengan ranjang tidur pasien ku.
"Pergilah..hehehe" sahut ku
Saat melihat nya asik dengan laptop nya, tiba-tiba rasa penasaran menghampiriku lagi, rasanya mulut ku sudah gatal ingin bertanya padanya tentang keluarga nya.
Lagi pula kami sekarang sudah sah menjadi suami istri, jadi wajar saja jika aku menanyakan tentang keluarga nya.
"Ah..lebih baik nanti saja, setelah aku operasi baru aku akan menanyakan nya" gumamku dalam hati, mencari timing yang tepat.
"Sayang...sayang bangunlah..sayang?" ucap Felix berbisik ke telingaku yang ternyata aku tidur sedari tadi tanpa makan dan minum obat terlebih dulu.
"Hmm..maaf aku ketiduran" sahut ku sembari menggosok kedua mata ku
"Tidak apa-apa, hanya saja kamu belum minum obat, makan juga belum..." ungkap Felix sembari menata rambut ku yang acak-acakan.
"Aku tidak mau makan, aku malas.." sahut ku sembari memegangi kedua pipi nya.
"Kamu mau makan apa? Coba sebutkan siapa tahu aku mengabulkannya hehehe" ungkap Felix membujuk ku untuk makan
"Hmmm..enggak, aku gak selera" sahut ku
"Tapi kamu harus meminum obat nya, bagaimana dong...?" tambah Felix yang memasang wajah sedih.
"Aku ingin makanan rumahan" sahut ku tiba-tiba saja ingin memakan masakan rumah
"Kamu bosen ya dengan makanan rumah sakit yang terasa hambar hehehe..baiklah aku akan menyuruh pelayan ku untuk membuat kan nya" ungkap Felix sembari menciumi tanganku beberapa kali
"Tidak usah, kamu hubungi saja Mama..biarkan Mama yang memasak makanan nya untuk ku, karena dari kecil setiap kali aku sakit Mama akan memasarkan makanan enak untuk ku" terang ku menjelaskan keinginan ku untuk memakan masakan Mama.
"Tapi sayang, ini sudah malam..kasihan Mama nanti capek" sahut Felix menanggapi perkataan ku sembari melihat ke arah jam tangan nya.
"Begini saja, untuk makanan yang sekarang aku akan meminta pelayan memasak nya kamu tinggal sebutkan saja ingin di masakan apa, untuk makanan besok Mama yang memasak nya, bagaimana..?" ungkap Felix memberikan ku alternatif.
Aku menganggukan kepalaku beberapa kali, dan menyetujui usulan Felix.
"Baiklah, sebentar aku akan menelpon pelayan dan Mama dulu ya di luar" ucap Felix lalu ia pergi keluar dari ruangan ku.
Setelah beberapa menit, Felix kembali masuk ke dalam kamar ku.
Lalu ia kembali menghampiri ku dan berkata
"Aku sudah menelepon ibu mertuaku, katanya oke..hehe" ungkap Felix seakan mengejek ku
"Ibu mertua mu itu siapa nya aku..hehe" tanyaku sambil bercanda dan ku lingkar kan kedua tangan ku diatas pundak nya.
"Ibu mertuaku itu Mama nya istriku hehehe" sahut nya, ternyata Felix bisa juga bercanda.
Padahal yang selama ini aku lihat dia selalu serius dan keseharian nya amat lah tertutup.
"Pergilah beristirahat, kamu sudah seharian bekerja" perintahku pada nya, karena yang ku lihat dari wajah nya terlihat seperti nya ia kelelahan.
Sudah pasti ia sangat lelah, karena tiap hari nya kurang tidur, dan pekerjaan nya di kantor sangat menumpuk, belum lagi ia juga harus mengurus dan menjagaku di rumah sakit.
"Baiklah, aku akan mandi sebentar.." sahut nya, setelah berkata ia akan membersihkan badan nya lalu ia mencium bibir ku dan pergi mengambil peralatan mandi nya.
Saat Felix di dalam toilet, aku meraih ponsel ku dan berencana akan menelepon Papa untuk menanyakan info tentang keluarga nya Felix.
"Halo Pah..." sapa ku di telepon saat panggilan ku diangkat oleh Papa
"Ada apa sayang..? Kapan operasi nya? papa belum bisa ke rumah sakit, besok Mama saja yang kesana ya" sahut papa panjang lebar
"Jangan menanyakan itu dulu pah, aku mau bertanya keluarga nya Felix bagaimana sih kok satu pun tidak ada yang datang untuk menjenguk ku! Apa Felix lahir dari belah batu Pah?" tanyaku dengan kesal pada papa
"Huss..kamu tidak boleh seperti itu, Felix itu sudah tidak memiliki ayah dan ibu, ia hanya tinggal bersama Nenek nya dan adik nya" jawab Papa yang melarang ku berbicara sembarangan.
"Yasudah pah..nanti aku telepon lagi" ucap ku menanggapi pernyataan nya papa, lalu dengan segera aku menutup telepon ku.
Setelah menelepon aku merasa aku telah melakukan kesalahan, aku sudah salah faham kepada nya, aku kira felix tidak ingin mengenalkan ku pada keluarga nya, ternyata dalam keluarga nya hanya ada nenek dan adik nya saja.
Tapi kemana mereka? Kenapa Felix dibiarkan sendirian.
Setidak nya walau tidak menjenguk ku, ada pihak keluarga yang memberi nya semangat.
"Ah..lebih baik aku bertanya pada asisten nya saja langsung" terlintas ide dalam fikiran ku, aku akan bertanya langsung pada asisten nya Felix.
Dengan segera aku langsung mengembalikan ponsel ke atas meja di sisi ku.
