NovelToon NovelToon
Marriage Without Love

Marriage Without Love

Status: tamat
Genre:CEO / Tamat
Popularitas:6.9k
Nilai: 5
Nama Author: Queisha Calandra

Trauma masa lalu, membuat Sean Alarick Aldino enggan mengulangi hal yang dianggapnya sebagai suatu kebodohannya. Karena desakan dari ibundanya yang terus memaksanya untuk menikah dan bahkan berencana menjodohkannya, Sean terpaksa menarik seorang gadis yang tidak lain adalah sekretarisnya dan mengakuinya sebagai calon istri pilihannya.
Di mata Fany, Sean adalah CEO muda dan tampan yang mesum, sehingga ia merasa keberatan untuk pengakuan Sean yang berujung pernikahan dadakan mereka.
Tidak mampu menolak karena sebuah alasan, Fany akhirnya menikah dengan Sean. Meskipun sudah menikah, Fany tetap saja tidak ingin berdekatan dengan Sean selain urusan pekerjaan. Karena trauma di masa lalunya, Sean tidak merasa keberatan dengan keinginan Fany yang tidak ingin berdekatan dengannya.
Bagaimana kisah rumah tangga mereka akan berjalan? Trauma apakah yang membuat Sean menahan diri untuk menjauhi Fany?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queisha Calandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 27.

Sean's Pov.

Sejak kejadian itu, Aku tidak pernah melihat mommy datang menemuiku maupun Fany lagi. Mommy benar-benar kecewa padaku, dan itu sangat wajar. Bahkan sampai saat ini aku belum juga bisa memilih antara istri atau kekasihku. Bahkan sampai usia kehamilan Fany menginjak enam bulan. Tentu saja perut Fany sudah membesar dan semakin sulit untuk menyembunyikannya. Sementara itu Fany masih menolak untuk berhenti bekerja. Sampai saat ini, penghuni kantor tidak ada yang tahu bahwa aku dan Fany adalah pasangan suami istri. Hal itu tentu menyebabkan banyak penghuni kantor yang membicarakan hal buruk tentang istriku.

"Eh, dia kan belum menikah. Perutnya semakin hari semakin membesar. Pasti hamil. Tapi, anak siapa?"

"Tidak tahu juga. Aku tidak pernah melihatnya pergi dengan seorang pria selain pak bos. Tapi, itu tidak mungkin. Pak bos sangat serasi dengan nona Arinka. Mana mungkin mau sama sekretaris Fany yang kalah jauh dari nona Arinka."

Percakapan itu nyaris terdengar olehku setiap hari, sampai aku muak mendengarnya. Mereka terlalu banyak ikut campur dan terlanjur memandang buruk diriku sebelumnya sampai apapun yang dilakukan Fany terlihat salah di mata mereka meskipun sebenarnya akulah yang salah.

"Jaga mulut kalian! Aku dan Sean sudah menikah. Jika aku mengandung anaknya, itu adalah suatu hal yang wajar. Kalian saja yang sudah gila." Itu suara Fany, sejak kapan ia mulai berani menjawab gunjingan mereka? Apa sekarang Fany sudah lebih tegar dari sebelumnya?

"Semua orang juga sudah tahu bahwa pak Sean hanya mencintai nona Arinka. Mereka sudah akan menikah beberapa bulan lagi. Sebaiknya kau pergi pada mereka dan minta maaflah! Kami merasa kasihan padamu yang hanya akan membuat hidup anakmu menderita."

"Ya, sebaiknya kau menyerah dan jangan ganggu mereka lagi!"

"Benar. Jangan sampai kamu gila. Kasihan anakmu nanti punya ibu tidak waras sepertimu."

Mereka sungguh keterlaluan. Aku tidak bisa tinggal diam begitu saja. Walau bagaiman pun Fany tetaplah wanita lemah dengan kondisinya sekarang ini.

"Berhenti bicara omong kosong! Sekali lagi kalian membicarakan hal buruk tentang Fany dan anaknya, kalian akan merasakan akibatnya!" Ujarku menghentikan mereka mem-bully Fany. Fany menatapku dengan tatapan yang sulit ku artikan. Antara ia lega dan kecewa.

"Ikut aku!" Ucapku menarik lengannya dan membawa Fany ke ruanganku.

"Lepaskan aku!" Ujarnya saat kami sampai di dalam ruanganku. Dia memalingkan wajahnya, seakan ia tidak ingin menatapku lagi.

"Fany, kumohon berhentilah bekerja!" Ucapku akhirnya. Jika ia terus bekerja, ia akan terus mendapatkan hinaan dari semua orang yang bisa mempengaruhi psikologisnya.

"Aku tidak bisa." Jawab Fany.

"Kenapa tidak bisa?" Tanyaku.

"Aku tidak bisa membiarkanmu lebih sering membawa wanita itu disini." Jawabnya. Apa yang ia katakan? Oh ya Tuhan. Aku tahu dia masih mengira aku akan menggunakan kesempatan ini untuk membawa Arinka ke kantor.

"Aku berjanji padamu, tidak akan membawa Arinka ke kantor." Jawabku.

"Kau sudah terlalu sering berjanji. Tapi, kali ini aku tidak bisa mempercayaimu." Jawabnya.

"Fany, dengarkan aku!" Ujarku. Dia terdiam dan menatapku, menungguku mengatakan apa yang ingin ku katakan. "Aku hanya tidak ingin mereka terus membully dirimu." Ucapku.

"Itu mudah. Kau tinggal mengatakan yang sebenarnya pada mereka." Ujarnya.

"Aku tidak bisa, Fan."

"Kenapa? Kau lebih suka mereka menganggapku sebagai wanita jalangmu? Kau lebih suka dibicarakan sebagai pasangan yang serasi dengan Arinka? Bagus. Aku sudah mengerti sekarang! Baiklah. Aku akan keluar." Ucapnya kemudian pergi begitu saja meninggalkanku yang merutuki kata-kataku.

Oh ya Tuhan, apa yang harus kulakukan sekarang. Aku tidak tahu siapa yang sebenarnya aku cintai sekarang.

.......

Fany's Pov.

Sean brengsek, Sean kejam, bagaimana bisa ia mengatakan hal itu? Dia benar-benar tidak ingin mengakui bahwa aku adalah istrinya? Baiklah biar aku mengalah untuk kali ini. Aku akan keluar dari kantor. Aku memang sudah muak dengan cecaran mereka. Aku hanya menunggu bagaiamana sikap Sean untuk melindungiku. Tapi ternyata Sean justru menambahkan luka padaku. Bagaimana bisa dia melakukan ini. Apakah benar Sean memang tidak mencintaiku? Apakah benar Sean lebih mencintai Arinka daripada aku?

Aku tidak peduli, mommy sudah bilang akan mendukungku sampai akhir. Dan aku harus bisa mendapatkan cinta Sean. Katakan saja aku gila, aku sudah seperti seorang wanita yang mengemis cinta pada pria tidak tahu malu seperti Sean. Tapi, aku memang sudah gila. Aku gila karena mencintai Sean. Walau bagaimana pun aku tidak ingin hidupku dan anakku berantakan karena wanita lain. Jika harus bersaing dengan wanita itu, aku akan lakukan. Aku harus bisa mengambil hati Sean walau bagaimana pun caranya.

Aku ingat, besok adalah hari ulang tahun pernikahan kami. Aku akan membujuk Sean untuk mengantarku untuk memeriksakan kandunganku ke dokter kandungan agar dia juga tahu bagaiamana perkembangan anaknya di dalam rahimku. Itu akan menjadi hadiah paling istimewa yang pernah ia dapatkan. Ya aku tidak akan melewatkan kesempatan ini. Sean akan menyayangiku, dia akan lebih memperhatikanku dibandingkan dengan Arinka.

"Fan, apa kau di dalam?" Samar-samar aku mendengar suara Sean di luar kamar. Saat ini aku sedang berada di dalam kamar, memikirkan apa saja yang bisa ku lakukan besok untuk membuat kejutan pada Sean.

"Ya, aku disini." Jawabku. Kemudian pintu kamarku terbuka. Sean nampak menatapku khawatir kemudian menghampiriku dan memelukku.

"Aku tidak melihatmu sejak tadi pagi. Aku khawatir kau kenapa-kenapa. Tapi, sekarang aku merasa lega kau baik-baik saja." Ucap Sean. Aku menghela nafas, membuang sisa-sisa perasaan kecewaku padanya.

"Aku baik-baik saja." Jawabku.

"Baiklah. Aku akan mandi sekarang setelah itu kita makan bersama. Aku sudah membawakan menu makanan kesukaanmu." Ucapnya. Aku mengangguk kaku menjawabnya.

Aku harus menyimpan kekecewaanku sekarang. Karena aku tidak akan pernah mendapatkan untung jika mengungkap kekecewaanku pada Sean. Biar aku mencoba untuk menahan semua ini dan berusaha untuk mendapatkan hati Sean sepenuhnya. Mungkin orang akan bicara tentang diriku yang terlalu bodoh karena hanya terpaku pada satu pria yang begitu brengsek dan tidak tahu diri seperti Sean. Tapi, perasaanku tidak bisa dibohongi. Aku tetaplah mencintai Sean. Hanya Sean yang aku inginkan.

Sean selesai mandi dan mengganti pakaiannya setengah jam kemudian. Ia menggiring ku ke dapur dan ia menyiapkan makanan sendiri. Sungguh miris sekali, Sean akan bersikap peduli terhadapku jika kami hanya berdua saja. Tapi, ia akan bersikap acuh saat ia dan Arinka bersama. Entah aku harus senang atau sedih sekarang. Aku merasa hidupku kini seperti lelucon.

"Kenapa? Apa kamu tidak suka makanannya? Kamu mau makan apa? Katakan saja!" Ujarnya saat melihatku yang hanya diam saja. Bagaimana pun aku tidak ingin melewatkan momen seperti ini. Dimana Sean hanya milikku saja.

"Tidak. Aku suka makanannya. Terimakasih!" Ucapku.

"Jika kau ingin makan sesuatu, katakan saja! Aku akan berusaha untuk membeli atau bahkan memasaknya langsung buat kamu." Ujarnya.

"Sean. Besok aku ingin kamu menemaniku ke dokter untuk memeriksakan kandunganku." Ucapku berterus terang. Sean tampak diam berfikir sejenak sebelum akhirnya ia menundukkan kepalanya sesaat dan kembali menatapku.

"Besok aku ada-"

"Baiklah. Aku mengerti. Aku tidak akan memaksamu." Kataku menyahut. Aku sudah tahu apa yang akan Sean katakan. Ia pasti akan menolak. Tidak apa-apa. Mungkin aku akan memberikan kejutan yang lain untuknya.

"Fan."

"Tidak apa-apa, Sean. Aku sudah selesai. Aku akan pergi tidur." Ucapku meskipun aku baru memakan makananku beberapa suap saja. Aku bisa mendengar suara langkah kaki Sean di belakangku. Kemudian Sean menahan langkah kakiku dengan cara memelukku dari belakang.

"Please! Aku minta maaf, Fan!" Ucapnya lirih.

"Aku memaafkanmu Sean. Mungkin lain kali kau bisa menemaniku." Kataku dengan sangat berat hati. Aku memang merasa kecewa Sean menolak untuk mengantarku memeriksakan kehamilanku. Tapi, apa boleh buat? Aku tidak ingin memaksanya.

"Kau tidak marah? Sungguh?" Tanyanya sambil sambil memutar tubuhku menghadapnya. Aku mengangguk. "Kau baru makan sedikit. Habiskan makananmu! Anak kita bisa kelaparan di dalam sana." Ucapnya.

"Aku sudah kenyang. Tidak apa-apa." Jawabku. Kemudian aku berbalik dan meninggalkannya menuju ke kamar. Aku mendengar suara ponsel Sean berdering, detik berikutnya aku mendengar suara Sean menjawabnya. Bahkan Sean juga pergi ke ruang kerjanya untuk sekedar berbicara dengan seseorang melalui panggilan itu. Sean terserah apa yang kau lakukan saat ini. Tapi, nanti, kamu tidak ku izinkan berpaling dariku.

Bersambung ....

1
Drezzlle
aku mampir nih kak
iqbal nasution
menarrikk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!