Anara Kejora biasa di sapa Ana, dia adalah gadis yang baik, penyayang, pintar dan ramah pada siapapun. Dia seorang yatim piatu, papa dan mama nya meninggal sejak ia berusia 10 tahun karena kecelakaan.
Suatu hari dia di usir oleh keluarga bibinya, kemudian dia pergi dan di kontrakan. setelah itu dia mencari pekerjaan di William Group dan di terima bekerja di situ.
Pria itu adalah Sean William. Dia adalah CEO William Group, seorang laki-laki berparas tampan, memiliki bentuk tubuh yang sempurna membuat setiap kaum hawa yang melihatnya terkesima. Namun, dia adalah pria yang dingin, kejam, tegas dan tidak tersentuh. la sangat sulit untuk di dekati, apalagi dengan seorang wanita.
Namun siapa sangka, di balik ketampanannya dia adalah pimpinan mafia terkejam yang cukup terkenal di berbagai negara.
Sean dan Anara bertemu lalu menikah
bagaimana kisah cinta Sean dan Anara?
Akankah mereka hidup bahagia?
Selamat membaca
Jangan lupa like, komen, bintang 🌟🌟🌟🌟🌟
Vote sebanyak-banyaknya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr. Jay H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 Menyelamatkan Anara
Pandangan Ana mulia merasa kabur saat ini. la merasa sesak dan tidak kuat lagi.
Braakk...
"Anaa..." teriak Sean setelah menerobos api yang sudah membesar.
"Sean..." lirih Ana mendengar suara yang sangat familiar di telinganya.
"A-aku di sini..." sahut Ana dengan suara terbata.
Sean yang mendengar sahutan dari Ana itu pun segera menuju kearahnya.
"Anara..." teriaknya saat melihat Ana sudah mulai
lemas di tengah-tengah karena banyak menghirup asap.
Ana tersenyum melihat kedatangan Sean. tidak lama kemudian, dia tidak sadarkan diri.
Sean mencari celah untuk bisa menolong Ana.
"Tuan, pakai ini." ujar salah satu anak buah Sean yang datang menyusul dengan membawa kain yang sudah di basahi.
Sean menerimanya lalu menerobos menolong Ana diikuti oleh anak buahnya tadi.
"Anara... Ana... bangun. Aku sudah datang." Sean menepuk-nepuk pipi Ana dengan perasaan cemas.
"Siapa yang sudah berani menyentuhmu?" Murka Sean saat melihat ada bekas tamparan di pipi Ana dengan sedikit darah di sudut bibirnya.
"Cepat lepaskan ikatannya." Bentak Sean pada anak buahnya yang melepaskan ikatan tali pada Ana.
Akhirnya ikatan tersebut terlepas. "Buka jalan untukku lewat." Perintahnya lagi.
Anak buah Sean pun membukakan jalan untuk membawa Ana keluar dari sana. Kobaran api semakin merambah luas.
Sean membopong keluar tubuh Ana yang sudah tidak sadarkan diri.
Anak buah Sean yang lainnya juga ikut membantu untuk memadamkan api untuk Sean agar bisa membawa nyonya-nya keluar dengan selamat, tapi api sudah terlalu membesar. Mereka kewalahan karena sedikit terlambat tadi.
"Tuan..." ucap salah satu anak buah Sean saat melihat Sean keluar.
Akhirnya Sean keluar dengan selamat. Ia membawa tubuh Ana masuk ke dalam mobil miliknya.
"Apa kalian sudah menangkap pelakunya?" Wajah Sean terlihat menyeramkan kali ini.
"Kami sudah membawanya ke markas tuan." Jawab salah satu dari mereka.
"Jangan biarkan mereka mati terlebih dahulu. Aku tidak akan membiarkan mereka mati dengan mudah." Ucapnya lagi.
"Suruh Erick untuk datang ke mension." Perintahnya lagi. la pun segera menyuruh anak buahnya untuk melajukan mobilnya ke mension miliknya.
Erick merupakan teman dekat sekaligus dokter yang menangani semua anggota Sean. Termasuk dengan Sean sendiri. Sean tidak ingin membawa Ana ke rumah sakit, terlalu banyak musuh diluaran sana.
Mobil melaju dengan cepat sesuai dengan perintah dari Sean.
Tak lama kemudian, mobil pun sampai di mension milik Sean. Erick sudah tiba di sana 10 menit yang lalu sebelum Sean sampai.
Sean segera menggendong Ana masuk ke dalam. Sean memilih membawa Ana ke kamar di lantai bawah terlebih dahulu.
"Apa yang terjadi dengannya?" Tanya Sean.
"Sudah periksa saja dia terlebih dahulu. Aku tidak ingin dia kenap-napa." Sarkas Sean. Erick segera memeriksa kondisi Ana yang terlihat lemah saat ini.
"Tenanglah, dia tidak kenapa-kenapa. Untung saja kau membawanya dengan cepat, jika tidak, mungkin dia tidak selamat karena terlalu banyak menghirup asap." Jelas Erick setelah memeriksa kondisi Ana.
"Apa yang terjadi sebenarnya?" Tanyanya lagi pada Sean.
"Dia terkepung dikobaran api di gudang tua. Siapapun itu yang melakukannya. Aku tidak akan membiarkan mereka hidup tenang." Sean terlihat sangat marah kali ini.
la benar-benar marah karena ada yang ingin mencelakai Ana.
"Sepertinya kau sudah mencintainya, Sean." Ujar Erick melihat reaksi yang di tunjukkan pada Sean.
"Apa aku salah jika mencintai istriku sendiri?" ketus Sean.
"Tidak, kau tidak salah. Baru kali ini aku melihatmu seperti ini."
"Beruntung sekali wanita yang mendapatkan cintamu ini Sean. Sepertinya, dia selama ini tidak merasakan bahagia? Apa aku benar?" Tebak Erick melihat wajah Ana.
"Sepertinya memang seperti itu." Jawab Sean. Dia tahu jika selama ini Ana mendapat perlakuan buruk dari keluarga bibinya.
"Kau harus bisa membuatnya bahagia, kawan." Ucap Erick melihat Sean memandang lekat wajah Ana.
"Aku sudah memeriksanya, dia mungkin akan sadar nanti. Aku sudah memberikan obat padanya, biarkan dia istirahat terlebih dulu." Jelas Erick pada Sean.
"Rawat dia dengan baik, jangan lupa untuk memberikan obat sesuai yang aku tuliskan tadi. Aku pamit dulu." Sambung Erick menepuk pelan pundak Sean.
Sean hanya diam tidak menanggapi ucapan Erick. la memandang wajah Ana yang terlihat sedikit pucat.
Tok...
Tok...
"Maaf tuan, ada yang mencari anda." Ucap salah satu maid pada Sean.
Sean segera melangkahkan kakinya keluar dari kamar. la melihat salah satu anak buahnya datang setelah kepergian Erick.
"Ada apa?" Tanya Sean dengan wajah datarnya.
"Lapor tuan, kami sudah mendapatkan siapa dalang di balik penculikan nyonya." Ujarnya.
"Mereka adalah orang-orang suruhan nona muda Audrey." Sambungnya.
Sean yang mengetahui jika itu Jesica, ia semakin murka dengan apa yang di lakukan nya.
"Kurang ajar kau, Jesica." Teriak Sean sambil mengepalkan kedua tangannya begitu kuat.
Selama ini, Sean memberikan kesempatan pada Jesica dan keluarganya setelah apa yang di lakukan nya pada Diva dulu. Dan sekarang, Jesica telah berulah lagi. Dia ingin menyingkirkan Ana.
Tanpa pikir panjang, Sean segera menyuruh anak buahnya untuk membuat keluarga Jesica hancur.
la mengambil ponsel yang berada di saku celananya dan segera menghubungi seseorang.
"James, hancurkan Jesica dan keluarganya. Buat perusahaan milik keluarga Audrey hancur tidak tersisa." Perintah Sean tegas setelah terhubung. Setelah mengatakan itu, Sean langsung saja mematikan sambungan telfonnya.
"Kalian seret keluarga Audrey ke hadapanku." Perintahnya pada anak buahnya.
Anak buah Sean segera melaksanakan sesuai dengan perintah dari Sean.
"Berani-beraninya kau, Jesica." Sean menggertak kan giginya menahan amarahnya yang sudah membuncah.
Kali ini, Sean tidak akan membiarkan Jesica dan keluarganya hidup tenang. Sean tidak peduli jika Daddy dari Jesica merupakan teman karib dari papinya.
Siapa saja yang sudah berhadapan dengannya, maka mereka tidak akan bisa merasakan ketenangan lagi di hidupnya.
Sedangkan di sisi perusahaan milik Daddy Jesica, saham mereka seketika anjlok tidak tersisa. Semua yang berada di sana di buat bingung dan kelimpungan dengan apa yang baru saja terjadi.
James melakukannya dengan kedipan mata, tidak sulit untuknya membuat siapa saja hancur sesuai dengan permintaan Sean.
"Aarrgghh... apa yang terjadi ini. Kenapa semua saham turun drastis seperti ini." Teriak Daddy Jesica tidak terima jik perusahaan yang ia bangun bertahun-tahun seketika bangkrut.
la membuang semua barang-barang yang ada di ruangan miliknya.
Pyaarr... pyaarr...
Braakk...
"Aaarrghh... siapa yang sudah berani melakukan ini padaku." Teriaknya lagi tidak terima. Wajahnya menjadi merah padam saat tahu perusahannya tiba-tiba saja mengalami kebangkrutan.
Tak berselang lama, beberapa orang berbaju hitam menghampiri Daddy Jesica.
"Mari ikut kami tuan."
"Siapa kalian, hah?" Bentak Daddy Jesica melihat kedatangan anak buah Sean.
"Anda tidak perlu tau siapa kami. Anda harus ikut kami." Ucapnya lagi. Ia memberikan kode pada anggotanya untuk menyeret paksa Daddy Jesica.
"Tidak...lepaskan aku." Berontak Daddy Jesica saat
di bawa paksa oleh anak buah Sean.
Anak buah Sean tidak peduli dengan. pemberontakan yang di lakukan Daddy Jesica.
"Mau di bawa kemana aku. Lepaskan aku." Berontak Nya lagi. Namun usahanya sia-sia, kekuatannya tidak sebanding dengan anak buah Sean.
Kembali ke sisi Sean...
Kedua orang tuanya datang setelah mendengar jika Ana sudah ditemukan.
"Sean... bagaimana keadaan Ana?" Tanya sang mami pada Sean.
"Uncle... apa aunty baik-baik saja?" Sambung Diva. Matanya masih terlihat sembab karena sedari tadi ia menangis tanpa henti.
"Ana baik-baik saja. Dia sedang istirahat sekarang." Jawab Sean.
"Siapa yang sudah melakukannya, son?" Sahut sang papi.
"Jesica yang telah melakukannya." Jawab Sean lagi sambil menahan amarahnya.
"Anak itu? Apa yang ia inginkan?" Mami Sean ikut merasakan murka dengan Jesica.
"Lalu, apa yang akan kau lakukan setelah ini, son? Timpal papi Sean.
Papi Sean tahu pasti bagaimana Sean, ia tidak akan membiarkan siapa saja yang sudah mengusiknya akan merasa tenang. Siapapun itu.
"Aku akan membuat mereka tidak bisa hidup dengan tenang." Jawab Sean. Ia mencoba sekuat tenaga untuk menahan amarahnya kali ini.
"Kali ini semua keputusan ada di tanganmu, son. Papi tidak akan melarang mu." Ucap papi Sean.
Sebenarnya, papi Sean juga merasakan marah dan kecewa kali ini pada teman karibnya. Ia juga tidak menyangka jika Jesica akan melakukan hal ini pada Ana.
Sedangkan di kediaman Audrey...
Kediaman tersebut terlihat sangat gaduh karena Jesica dan mommy-nya melakukan perlawanan pada anak buah Sean.
"Lepaskan kami. Siapa kalian, hah?" Bentak Jesica.
Setelah Jesica dari gudang tadi, ia segera pulang dengan wajah yang sumringah karena ia mengira jika usahanya sudah berhasil untuk menyingkirkan Ana.
Namun, siapa sangka. Belum lama ia menikmati pengandaiannya tapi anak buah Sean datang menyeretnya.
"Kalian harus menghadap ke tuan kami, nona." Ucap anak buah Sean.
"Tidak...lepaskan. Jangan menyentuhku." Jesica memberontak hebat.
"Kenapa kami harus menghadap tuan kalian? Kami tidak kenal dengan tuan kalian." Bentak mommy Jesica.
"Kami tidak punya banyak waktu, nyonya." Ucap salah stu dari mereka. Akhirnya Jesica dan sang mommy di bawa paksa oleh anak buah Sean.
Jangan untuk di vote ya guys