NovelToon NovelToon
Menuju Sukses Bersama Ayahku

Menuju Sukses Bersama Ayahku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:999
Nilai: 5
Nama Author: Monica Wulan

seorang anak perempuan bercita-cita untuk sukses bersama sang ayah menuju kehidupan yang lebih baik. banyak badai yang dilalui sebelum menuju sukses, apa saja badai itu?

Yok baca sekarang untuk tau kisah selanjutnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Monica Wulan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pergi

Aisyah menarik napas dalam-dalam, mencium aroma tanah basah dan dedaunan yang masih lembap pagi itu. Baju batik sederhana yang dikenakannya terasa nyaman, tak kalah nyaman dengan rasa syukur yang membuncah di hatinya. Tas ransel usangnya berisi pakaian seadanya dan berkas-berkas penting, menjadi saksi bisu perjalanan panjangnya menuju mimpi. Mimpi yang kini, terasa begitu nyata.

"Ayah," panggil Aisyah lirih, tangannya menggenggam erat tangan kasar ayahnya, Ramlan. Mata Ramlan berkaca-kaca, senyumnya tipis namun terasa hangat.

"Ya, Nak ada apa?"

"Ayah... Aisyah takut," akunya jujur, suaranya bergetar. Ketakutan bukan karena kota yang asing, tapi karena tanggung jawab besar yang dipikulnya. Tanggung jawab untuk membahagiakan orang tuanya, membuktikan bahwa beasiswa yang diterimanya tak sia-sia.

Ramlan mengusap kepala Aisyah lembut. "Takut apa, Nak? Ayah selalu ada untukmu. Ingat pesan Ayah? Berjuanglah, Nak. Allah selalu bersama orang yang berusaha."

aisyah mengangguk "Iya yah, aisyah bakal berusaha untuk menggapai cita-cita aisyah di sana yah, demi kebahagiaan kita. "

Mereka berjalan beriringan menuju Balai Desa, langkah Aisyah terasa lebih ringan dengan kata-kata penguat dari ayahnya. Di Balai Desa, suasana sudah ramai. Warga desa berkumpul, wajah-wajah ramah menyambut mereka dengan senyum dan ucapan selamat. Caca, sahabat Aisyah, sudah menunggu di sana bersama ayahnya yang akan berangkat ke kota untuk bekerja.

"Aisyah! Kamu udah siap?" seru Caca, memeluk Aisyah erat. Mata Caca berkilau, tak kalah bersemangat dengan Aisyah.

"Alhamdulillah udah nih," jawab Aisyah, senyumnya merekah.

Pak mukhlis, kepala desa, maju ke depan. "Aisyah, Caca... Desa ini bangga pada kalian berdua. Kalian adalah kebanggaan kami. Semoga kalian sukses di kota, raih cita-citamu, dan jangan lupakan desa kita."

"Iya semoga keberuntungan ada pada kalian ya nak "

"Kami disini akan selalu mendoakan kalian agar sehat selalu disana. "

Sejumlah warga lain pun ikut berucap, menyemangati Aisyah dan Caca. Ada Pak Karto yang berpesan agar mereka selalu menjaga kesehatan, Bu Aminah yang berpesan agar mereka selalu berhati-hati, dan banyak lagi lainnya. Setiap kata-kata itu, bagaikan suntikan semangat bagi Aisyah dan Caca.

Info: Di SMA mekar asri itu bukan cuma dari satu desa saja ya guys, tapi banyak anak dari desa lain juga sekolah di sana.

Saat akan berangkat, Aisyah memeluk ayahnya erat-erat. Air mata hangat menetes di pipi ayahnya yang kasar. "Hiks hikss Yah, jangan terlalu cape bekerja, ya? Ayah kan sendirian. Kalau ada apa-apa, hubungi Aisyah, ya?" Suaranya bergetar menahan isak. Ramlan mengangguk, matanya berkaca-kaca. "Iya, Nak Ayah janji kamu sehat sehat di sana ya nak,jangan lupa sholat ."

Lepas dari pelukan ayahnya, Aisyah mendekati Bude Rita yang berdiri tak jauh dari situ, tersenyum ramah. Ia menunduk hormat. "Bude, terima kasih banyak ya, selama ini udah dikasih kesempatan kerja di warung Bude. Berkat Bude, Aisyah bisa bantu ekonomi keluarga." Suaranya tulus, penuh rasa syukur.

Bude Rita tersenyum hangat, mengusap kepala Aisyah. "Sama-sama, Aisyah. Semoga kamu sukses kuliah ya, Nak. Jangan lupa Bude kalau sudah sampai di kota." Aisyah kembali tersenyum, hatinya dipenuhi rasa haru dan syukur. Kebaikan Bude Rita telah banyak membantunya.

Brummmmhh

"Dadah caca aisyah semoga sukses yaa.. " Ucap warga.

Mobil yang membawa Aisyah menjauh, meninggalkan Pak Ramlan berdiri sendiri di depan Balai Desa. Ia menatap jalanan berdebu yang mulai sepi, matanya berkaca-kaca. Angin sepoi-sepoi membawa aroma tanah basah dan dedaunan, mengingatkannya pada hari-hari ketika Aisyah masih kecil, bermain di halaman rumah.

“Aisyah… putriku…,” bisiknya lirih, suaranya serak menahan haru. “Perjalananmu masih panjang nak. Ayah hanya bisa mendoakanmu dari sini. Semoga Allah selalu melindungi dan memberimu kekuatan. Semoga cita-citamu tercapai. Semoga kamu menjadi orang yang berguna bagi bangsa dan agama.”

“Fatima…,” gumamnya lagi, suaranya semakin lirih. “Aisyah sudah pergi ke kota. Dia akan kuliah. Dia akan meraih cita-citanya. Semoga kamu tenang di sana, melihat putri kita telah berjuang aku akan selalu mendoakan mu dari sini sayang...”

Pak Ramlan menghela napas panjang. Ia tahu, kepergian Aisyah adalah sebuah pengorbanan. Pengorbanan untuk masa depan yang lebih baik. Namun, sebagai seorang ayah, ia tak bisa menahan rasa rindu dan khawatirnya. Ia harus kuat. Ia harus menjadi sandaran bagi Aisyah, meskipun dari kejauhan.

Di dalam mobil, Caca memeluk pundak Aisyah.

"Jangan sedih, Yah," ucap Caca, menghibur. "Kamu pasti bisa kok. Kita kan bareng-bareng."

Aisyah tersenyum, meskipun air mata masih mengancam untuk menetes. "Aku cuma...sedih ninggalin Ayah," lirihnya. "Ayah sendirian di rumah."

"Tenang aja, Ayahmu orang kuat kok. Lagian, kamu kan sering telepon dan video call. Nanti juga liburan kamu bisa pulang." Caca berusaha meyakinkan Aisyah.

"Iya juga ya," Aisyah mengangguk, mencoba menguatkan dirinya. "Tapi aku tetep khawatir sama Ayah."

"Khawatir apa? Ayahmu kan selalu kuat. Dia pasti bisa ngurus dirinya sendiri. Lagian, kan ada tetangga-tetangga yang selalu bantuin." Caca mengusap tangan Aisyah.

Aisyah tersenyum tipis. "Semoga aja. Terima kasih ya, Ca, udah nemenin aku."

"Sama-sama, sya. Kita kan sahabat. Kita harus saling dukung." Caca menggenggam tangan Aisyah erat. "Inget, kamu nggak sendirian. Aku selalu ada buat kamu kok."

Aisyah mengangguk, merasakan kehangatan persahabatan yang begitu berarti. Rasa cemas dan sedihnya sedikit berkurang, tergantikan oleh rasa semangat dan harapan untuk masa depan yang lebih baik. Ia menatap pemandangan di luar jendela, melihat desa tercintanya semakin menjauh.

1
caca
cocok deh adik kakak nggak beres thor
caca
astagah ampunn bik otak mu
caca
bik zulaika sumpah ngeselin /Panic/
Proposal
Bagus Kaka🌟💫, jangan lupa mampir karyaku juga yaa🥰🙂‍↔️
Titus
Karakternya juara banget. 🏆
Monica Wulan: makasih kak udah mampir di cerita baruku
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!