Akibat kesalahan satu malam, ia terjerat dalam sebuah pernikahan dengan seorang pria beristri.
Kebencian istri pertama membuatnya diabaikan, tak dianggap, bahkan dirampas haknya sebagai istri dan ibu.
Mampukah Lula bertahan dengan status sebagai istri yang disembunyikan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Siapa Wanita Ini?
Lula merasakan getaran hebat yang tiba-tiba membekuk tubuhnya hingga merasa kaku dan sulit untuk digerakkan. Matanya melotot tak percaya seakan tak sanggup berkedip. Hawa panas di sekitar tiba-tiba berubah dingin membuat bulu kuduknya meremang.
Kepalanya pun menggeleng demi mengembalikan akal sehatnya yang hampir menghilang. Ia menarik napas dalam-dalam demi memenuhi kebutuhan oksigen dalam paru-parunya. Pembicaraan Alika dan Hito membuatnya seperti tersambar petir di siang bolong.
Lula mematikan ponselnya, kemudian memasukkan ke dalam tas. Kakinya perlahan melangkah mundur. Lebih baik segera pergi, sebelum kedua orang jahat itu menyadari keberadaannya. Terlebih, Lula baru saja mendengar sebuah rahasia mengejutkan yang tak pernah terlintas dalam benaknya.
“Aaaa!”
Tubuh Lula terjerembab ke sisi jalan saat kakinya tanpa sengaja tersandung pada sebuah pot bunga kecil. Perutnya membentur keras ke aspal. Detik itu juga ia merasakan seperti disayat belati tumpul yang menjalar ke perut.
“Argh sakit!” Lula meringis, tubuhnya terbaring dengan tangan memegangi perut. Kelopak matanya terpejam kuat, keningnya berkerut dan alis saling bertaut.
Beberapa orang yang berada di sekitar berkerumun. Ada yang terlihat panik, ada pula yang menatap iba.
“Mas Dirga!” teriak Lula dengan sisa-sisa tenaganya.
Meskipun segalanya tampak berputar dalam pandangannya, namun segenap hati tetap berusaha untuk tersadar. Lula kembali mendesis, rasa sakit itu semakin menjalar tatkala merasakan sesuatu mengalir dari bagian bawah tubuhnya.
Seorang wanita paruh baya memangku kepalanya dan mendadak ikut memucat melihat cairan merah yang mengalir.
“Kamu berdarah, Nak?” Ia menatap dengan memelas kepada orang-orang yang berkerumun. Seolah mereka semua tak tahu harus berbuat apa. Sementara wanita itu terus mengusap wajah Lula demi tetap tersadar.
Di sisi lain, Dirga tiba dengan mengendarai mobilnya. Alisnya berkerut melihat kerumunan orang-orang tak jauh darinya. Juga terdengar teriakan meminta tolong dari salah satu wanita yang berada di sana.
Ia melirik tempat di mana tadi meninggalkan Lula. Istrinya tak nampak di sana, hanya ada troli belanjaan yang ditinggal begitu saja.
“Lula kemana? Kenapa troli belanjaannya ditinggal?" Pandangannya berkeliling, namun tetap tak menemukan. "Apa dia ke toilet?”
Perhatiannya kembali tertuju pada kerumunan. Melalui celah dari tubuh orang-orang itu, ia dapat melihat seorang wanita terbaring dengan pakaian biru navy, yang membuat matanya berair detik itu juga.
“Lula!”
Dirga berteriak, membuka pintu mobil dan berlari kencang. Menerobos kerumunan hingga beberapa orang tampak saling mendorong demi memberinya jalan.
“Lula!” Dirga meraih tubuh lemah itu, memeluknya dalam ketakutan bercampur panik. “Kamu kenapa, apa yang terjadi?”
“Ma-Mas ... perutku sakit sekali,” lirih Lula dengan suara yang terdengar tak bertenaga.
“Dirga ... kamu?” pekik wanita yang tadi memangku Lula. Matanya terbelalak heran menatap Dirga yang memeluk wanita hamil itu.
"Mama ..." Dirga mematung. Ketakutan membuatnya tak dapat berpikir jernih. Ia hanya dapat memeluk tubuh lemah istrinya.
Ia seketika tersadar dari rasa panik yang membekuk akal sehatnya. Melirik Mama Diana yang masih terduduk di hadapannya. Tak peduli lagi jika sang mama akan marah ataupun menolak anak dan istrinya, yang dipikirkan Dirga saat ini hanyalah keselamatan Lula dan anaknya.
"Mama ... kita harus bawa Lula ke rumah sakit!"
"I-iya ... cepat, kamu gendong dia ke mobil!"
Melihat kepanikan yang tersirat di wajah putranya, wanita paruh baya itu pun sudah mampu mengira-ngira dalam hati, meskipun tak berani memastikan. Sebab Dirga tak pernah sepeduli ini terhadap orang asing sebelumnya.
"Mama ikut ya!"
"Iya, Mah."
Mama Diana segera bangkit dan berlari menuju mobil diikuti Dirga yang menggendong istrinya dengan setengah berlari. Wanita paruh baya itu duduk di kursi belakang agar dapat memangku Lula.
Mobil pun melaju kencang menerobos jalan yang cukup ramai. Seolah tak peduli apapun lagi, Dirga menyalip setiap kendaraan di depannya.
Sementara Mama Diana terdiam. Matanya berair melihat kepanikan Dirga yang mengemudi dengan kecepatan di atas rata-rata.
"Pelan-pelan sedikit, Dirga! Tenanglah, Nak!" ucap wanita itu mengingatkan putranya.
Membuat Dirga menarik napas dalam. Mencoba menenangkan diri. Ia pun mengurangi kecepatan.
"Iya, Mah ... Ma-af."
Mama Diana mengangguk, kemudian menatap Lula yang mulai kehilangan kesadarannya. Ia belai rambut wanita itu.
"Siapa wanita ini, Dirga?"
Mendapat pertanyaan itu, Dirga terdiam beberapa saat. Menarik napas dalam sebelum menjawab,
"Lula, Mah ... Dia istriku."
***
kapan ada karya baru lagi Thor
hahahaha