(follow Instagram ku: @Picisan_Imut94)
rasanya seperti mimpi, melakoni suatu pernikahan dadakan hanya karena salah paham warga yang mengira keduanya telah melakukan mesum di sebuah kedai kopi sederhana.
Kinara gadis penjual kopi ini entah ketiban sial atau sebuah keberuntungan, Tiba-tiba harus merubah statusnya menjadi seorang istri pria asing.
selama ini Kinara hanya mengenal Tara sebagai seorang supir taxi online, dan di luar dugaan Tara ternyata adalah Leonard Dewantara.
seorang pemimpin perusahaan Dewantara Grup.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon picisan imut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
perbincangan Kinar Dan Viona.
Leonard baru saja tiba di kantornya, sang sekretaris pun berlari kecil mengimbangi langkahnya berjalan di belakang Leon, ia ingin bertanya dengan kondisinya namun urung, terlihat jelas dari aura yang terpancar bahwa dia sudah baik-baik saja.
'sepertinya Nona Kinar benar-benar merawat Tuan muda dengan baik.' batin Ivan masih terus melangkahkan kakinya.
Yang terhenti di depan Lift, dan masuk sesaat setelah pintunya terbuka.
"Bagaimana kondisi di rumah utama?" Tanya Leon di sebuah bilik yang sudah tertutup rapat itu, karena sudah lebih dari satu bulan ini, dia tidak pulang ke rumah utama.
"Baik Tuan, namun pak Rudi selalu menanyakan anda. Beliau sangat khawatir dengan makanan yang Anda konsumsi di rumah Nona Kinara." Jawab Ivan yang berdiri di belakangnya. Leon pun hanya tersenyum. "maaf Tuan, apa Anda tidak ada keinginan untuk kembali ke rumah utama?" bertanya dengan sangat hati-hati.
"Sebenarnya, aku pun rindu dengan rumah besar itu. Namun, Aku tidak mungkin pulang dan meninggalkan istri ku di rumahnya sendiri." Ucap Leon, pandangannya kosong menatap lurus ke depan, sembari memikirkan sesuatu yang entah apa.
Sementara itu pria di belakang masih diam saja mendengarkan ucapan sang Presiden Direktur tersebut.
"Ivan?"
"Iya Tuan?"
"Apa kau pernah mencintai seseorang?"
Degg, Ivan mengerutkan keningnya, tidak bisa menjawab.
"Ivan pranata?"
"Saya Tuan? Emmm kalo masalah mencintai seseorang, tentu saya pernah." Ucapnya.
"apa kau pernah menjalin suatu hubungan, sebelum ini?" Tanya Leon, kini nada bicaranya sudah berubah Formal. Dia menoleh kebelakang.
"Iya Tuan, dulu saat saya masih kuliah." Jawab Ivan, ini kali pertamanya mengatakan masalah pribadinya di depan sang Tuan Muda.
"Bagaimana cara mu menyatakan perasaan mu padanya dulu?" Tanya Leon tertarik.
'kenapa Anda menanyakan hal seperti itu sih Tuan?' batin Ivan. "Emmm, anu?" Ragu untuk bercerita.
"Ayo katakan." Leon kini berpindah posisi ke sebelah Ivan. Karena ia ingin tahu seperti apa menyatakan perasaan pada seorang wanita versi Ivan.
Tiiiiing ... Belum sempat Ivan menjawab pintu lift sudah terbuka, sehingga membuat mereka memutus pembicaraannya.
sementara di hadapan mereka ada beberapa orang yang tengah berdiri di depan pintu, membungkuk sesaat selama Leon dan Sekertarisnya melintas, setelah itu mereka pun masuk ke dalam lift tersebut.
Di dalam ruangan kerja Leon, Ivan dengan sigap menyiapkan pakaian lengkap Tuan Leonard yang lantas membawanya masuk ke dalam toilet. Setelah selesai Ivan pun membantu memasangkan jasnya.
Kini tampilan sempurna sang pemimpin Dewantara Group, sudah terpantul di cermin panjang di hadapannya. Membuat senyum tipis tersungging di bibirnya.
"Ivan?" Panggil Leon.
"Iya Tuan?"
"Hari ini ada berapa orang yang melakukan interview?" Tanya Leon, Masih fokus menatap bayangannya sendiri di depan cermin.
"Sekitar, delapan puluh orang lebih Tuan."
"Lumayan juga ya? Cari yang paling berkompeten untuk mengisi beberapa Devisi yang kosong, terutama pengganti Hendrik. Aku tidak mau terjadi masalah seperti waktu itu." Berjalan mendekati meja kerjanya.
"Baik Tuan." Jawab Ivan.
"Dan satu lagi?" Leon menoleh sebelum sampai pada mejanya. "Kasih tau bagian personalia, jika ada calon karyawan bernama Gani, terima saja." ucap Leon tanpa memikirkannya.
"Tunggu, anda Kenal salah satu dari para pelamar itu Tuan?" Tanya Ivan.
"Dia kakak sepupu dari istri ku. Jadi terima saja, cari pekerjaan yang cocok untuknya." Ucap Leon yang sudah mulai membuka-buka berkasnya. Sementara Ivan hanya mengiyakan.
Setelah meeting berdua selama beberapa menit, Ivan pun keluar guna mengecek para calon karyawan baru dan menyampaikan pesan dari Tuan Leonard ke bagian Personalia.
Dan tidak hanya itu, karena Leon meminta pria bernama Gani untuk di terima bekerja di kantor ini, ia pun mengecek langsung CV.nya.
Sangat teliti dia membaca CV dari pria bernama Gani itu, hingga sedikit gelengan kepala membuatnya terlihat frustasi.
'apa-apaan ini? Tuan muda menginginkan, pria sebodoh ini untuk di terima di Perusahaan berkelas seperti Dewantara Group ini?' Menggerakkan dasinya.
"Bagaimana Tuan Ivan?" Tanya salah seorang perwakilan dari bagian personalia tersebut.
"Nilainya anjlok sekali, belum lagi pengalamannya juga tidak ada." Gumam Ivan.
"Itu yang membuat saya bingung Tuan, sementara yang lebih berkompeten di sini banyak." Ucap Pria yang kita sebut saja Jefri.
"Uji coba saja dulu selama satu bulan, karena ini permintaan Tuan Leonard langsung untuk menerimanya. Dan masukan dia kebagian marketing."
"Baik Tuan." Ucap Jefri mengiyakan.
Sementara Ivan mengamati pria yang tengah sok akrab dengan para karyawan lain, lalu geleng-geleng kepala. "Ada-ada saja Tuan Leon ini." Gumam Ivan yang kembali keluar dari ruangan tersebut, saat melangkahkan kakinya untuk menemui Leon, ia sudah melihat pria itu berlari menuju Lift.
'Tuan muda mau kemana? terburu-buru sekali.' gumam Ivan dalam hati, hingga tak lama sebuah pesan singkat masuk dari Leon, yang memintanya untuk menunda rapat direksi hingga beberapa jam kedepan. Ivan pun menghela nafas, "semoga Tuan Baskara tidak melampiaskan kekesalannya lagi pada ku." pria itu kembali melanjutkan langkahnya.
***
Kembali ke warung milik Kinara.
Kedua gadis itu masih bersitatap, berdiri dengan saling berhadapan.
"Bagaimana? Bisa kita bicara kan?" Tanya Viona.
"Bicara apa? Silahkan bicara saja disini." Balas Kinar.
"Aku ingin tempat yang lebih nyaman, dan tidak kumuh seperti ini. Apa kau bersedia ikut dengan ku, Dan kita bicara di tempat lain?" Tanya Gadis itu dengan pandangan tidak suka.
Mendesah. "Baik, ayo kita bicara Nona." Kinar menyanggupi, dan mereka pun pergi ke suatu kaffe guna berbicara empat mata berdua, setelah dirinya menutup kembali warung kopi tersebut.
Di sebuah kafe ...
Keduanya sudah duduk berhadapan, pandangan wanita itu benar-benar terarah kepada Kinar yang duduk dengan sopan.
"Sebenarnya? Apa yang ingin anda bicarakan?" Tanya Kinar yang sudah tidak nyaman dengan posisi hening ini.
"Soal pria yang hidup bersama mu saat ini."
Degg 'sudah ku duga dia akan berbicara soal mas Tara.' batin Kinar, ia masih saja membalas tatapan di hadapannya.
"Apa kau tidak penasaran, siapa diri ku?"
menarik satu alisnya, "Siapa kau?" Tanya Kinar yang sebenarnya memang sudah penasaran.
"Aku adalah wanita yang ada di hati suami mu."
"Lalu?" Tanyanya santai.
"Aku ingin kau melepaskannya." Ucap Vio.
"Memangnya, Apa hubungan mu dengan suami ku? Sehingga Anda bisa yakin jika di hati suami ku hanya ada Anda, dan meminta ku untuk melepaskannya?" Sedikit berani dia mempertanyakan itu. Karena hingga saat ini, mas Tara belum juga memberitahu dirinya siapa Viona.
Mendekatkan gelasnya lalu mengaduk pelan isinya dengan sedotan. "Aku tahu, aku memang sudah tidak ada hubungan dengannya lagi. Namun, yang perlu kau tahu? Jika di hatinya hanya ada aku."
Kinara tersenyum sinis, 'cih jadi hanya sebatas mantan toh?' batin Kinar yang mendadak merasakan senang setelah tahu kenyataannya.
"Kenapa diam? Kau bisa kan meninggalkannya dan menyerahkan kembali kekasih ku itu, aku ini berbaik hati loh, sebelum kau merasakan sakit hati."
Kinar terkekeh, sementara Vio menatapnya dengan bingung melihat tingkah tidak berkelasnya itu.
Gadis itu bertopang dagu di hadapan Vio. "Jadi maksudnya, kau mengajakku berbicara, hanya untuk membuat ku menyerahkan kembali, seorang pria yang sudah tidak ada hak untuk mu? Hahahaha." Tertawa jenaka, dengan tubuh kembali menyandar.
"Kenapa kau tertawa? Apakah menurut mu itu adalah hal yang lucu?" Tanya Vio datar, menatap dengan sangat tidak suka padanya.
Kinar pun meredam tawanya, lalu kembali mencondongkan tubuhnya, bertopang dagu. "Kalau aku tidak mau, memang kau mau apa?"
"Cih, sudah ku duga. Wanita rendahan seperti mu pasti mengincar hartanya Leonard kan? Sehingga kau sampai tidak peduli jika diri mu hanya di jadikan pelariannya saja."
'Leonard?' batin Kinar, ia sempat bingung siapa Leonard, namun ia lebih fokus pada kata-kata mengincar harta dan pelarian dari mulut Vio itu.
sekarang ingin baca lagi cerita nya bagus
insyaallah akan manis di akhir nya