NovelToon NovelToon
ACADEMY ANIMERS

ACADEMY ANIMERS

Status: tamat
Genre:Akademi Sihir / Fantasi Isekai / Anime / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Reinkarnasi / Tamat
Popularitas:203
Nilai: 5
Nama Author: IΠD

👑 Academy Animers, sekolah elit untuk pelajar berkekuatan unik dan bermasalah mental, dijaga Kristal Kehidupan di Crown City. Dipimpin Royal Indra Aragoto, akademi berubah jadi arena Battle Royale brutal karena ambisi dan penyimpangan mental. Indra dan idealis (Akihisa, Miku, Evelia) berjuang mengembalikan misi akademi. Di lima kota inti, di bawah Araya Yamada, ketamakan dan penyalahgunaan kekuatan Kristal merusak moral. Obsesi kekuatan mendorong mereka menuju kehancuran tak terhindarkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IΠD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Shirayuki Sakura : Royal Indra Aragoto

Waktu berlalu dengan cepat di padang rumput yang jauh dari Benua Glacio yang bersalju.

Beberapa minggu Indra tinggal di rumah Nia Sayaka di sebuah pedesaan kecil yang damai, tempat yang dikelilingi oleh pepohonan rindang dan udara hangat.

Nia Sayaka, dengan kelembutan yang sangat familiar, merawat Indra yang ia temukan. Ia memberinya pakaian bersih, makanan hangat, dan yang paling penting, keheningan yang menenangkan.

Indra hanya terdiam, menghabiskan sebagian besar waktunya dengan duduk di tepi jendela, menatap ke luar. Perang, Arch Guardian, Iblis, dan Kerajaan Sakura terasa seperti mimpi buruk yang baru saja berakhir.

Di dalam hatinya, ia sangat merasa sedih namun senang :

Sedih, karena ia kehilangan Evelia, Araya, dan semua orang yang ia cintai. Pengorbanan Araya masih terasa segar, sebuah harga yang tak terbayangkan untuk kebebasannya.

Senang, karena ia selamat, dan kini berada di tempat yang damai, aman dari takdir. Ia memiliki kesempatan untuk menepati janji pada mereka semua: untuk hidup bahagia.

Nia Sayaka terus merawat Indra seperti anaknya sendiri. Ia tidak pernah menanyakan masa lalu Indra, ia hanya memberinya cinta dan perhatian tanpa syarat. Kelembutan Nia Sayaka adalah obat terbaik.

.

.

.

.

.

.

.

Suatu sore, saat Indra sedang melamun di teras, Nia Sayaka menyajikan teh hangat.

"Kau melamun lagi, Nak," kata Nia Sayaka, duduk di sampingnya. "Aku tahu kau membawa beban berat. Tapi di sini, kau hanya perlu menjadi dirimu sendiri. Tidak ada yang menuntut apa pun darimu."

Indra menatap Nia Sayaka, melihat bayangan ibunya. Ia mengangguk pelan, menikmati momen kedamaian yang terasa asing dan berharga. Ia tahu, di suatu tempat di dunia ini, ia harus mencari Shiera, dan menghadapi ujian perpisahan dari Namitha dan Royale sebelum ia bisa sepenuhnya menjadi 'orang biasa'.

.

.

.

.

.

Indra mengambil napas dalam, memegang cangkir teh hangatnya. Rasa ingin tahu tentang dunia baru ini mulai mendesak, mengalahkan kesedihannya.

"Nyonya Nia," panggil Indra, suaranya pelan. "Maafkan saya. Sejak saya sadar, saya tidak tahu di mana saya berada. Bisakah Anda memberitahu saya, saya berada di mana?"

Nia Sayaka tersenyum lembut, menatap ke kejauhan. "Kau berada di Benua Hanie, Nak. Lebih tepatnya, di bagian timur Wilayah Hamel," jawabnya. "Daerah ini damai, meskipun agak terpencil."

Nia Sayaka memperhatikan raut wajah anak muda di hadapannya yang terlihat bingung, seolah-olah nama-nama itu sama sekali asing. Ia merasakan ada kesamaan duka di mata Indra.

Ia mulai bercerita jika ia dulu pernah memiliki suami namun sudah meninggal karena kalah melawan Demon.

"Aku mengerti kebingunganmu," kata Nia Sayaka. "Aku dulunya tinggal di kota, tapi aku kehilangan suamiku beberapa tahun lalu. Ia adalah seorang Knight yang baik, tapi ia gugur melawan Demon saat melindungi wilayah kami."

Kesedihan melintas di mata Nia Sayaka.

"Aku... aku juga kehilangan calon anakku setelah itu," lanjutnya, suaranya bergetar sedikit. "Itu adalah masa yang sangat sulit. Aku hancur, Nak."

Nia memaksakan senyum. "Tapi aku tahu, aku tidak bisa terus-terusan bersedih. Kehidupan harus berlanjut. Aku pindah ke sini untuk memulai lagi."

Nia memandang langit yang cerah "Aku kini punya putri angkat, Risa. Dia adalah gadis yang ceria dan pintar. Dia yang memberiku semangat untuk hidup." Nia melanjutkan "Sayangnya, dia sedang bertugas di perbatasan. Dia gadis yang mandiri."

Indra mendengarkan dalam diam. Kisah tentang kehilangan, Demon, dan pengorbanan begitu akrab, tetapi juga sangat berbeda. Ini adalah dunia abad pertengahan yang ternyata tidak sepenuhnya damai, tetapi setidaknya, Demon-nya terdengar berbeda dari Iblis yang ia kenal.

.

.

.

.

.

.

.

Indra yang terhanyut dalam cerita Nia Sayaka tentang kehilangan dan Demon, tersentak kembali ke realitas oleh pertanyaan lembut Nia.

Namun Nia menanyakan Nama Indra, menyadari bahwa setelah berminggu-minggu, pemuda di hadapannya itu tidak pernah memperkenalkan dirinya.

Nia Sayaka mencondongkan tubuh sedikit, matanya dipenuhi perhatian, bukan paksaan.

"Nak," ujar Nia Sayaka pelan. "Aku sudah banyak bercerita tentang diriku, tentang suamiku, dan Risa. Tapi kamu sendiri belum pernah memberitahu aku nama mu. Siapa kamu sebenarnya?"

Indra terdiam sejenak. Ia harus hati-hati. Ia tidak bisa menggunakan nama lengkapnya, Indra Valerius, karena nama Valerius mungkin akan membawa masalah di dunia ini, mengingat Raja Valerius ada di Benua Glacio. Ia juga harus menyembunyikan identitas Royal-nya.

Namun, ia tahu ia tidak bisa berbohong kepada wanita yang telah merawatnya seperti ibu.

"Maafkan aku, Nyonya Nia," jawab Indra, menatap cangkir tehnya. "Aku... Aku benar-benar lupa. Tapi di sini, aku akan menggunakan nama yang baru."

Indra mendongak, menetapkan tekadnya.

"Nama ku adalah Indra. Hanya Indra."

Nia Sayaka tersenyum hangat, mengabaikan ketidaklengkapan nama itu.

"Indra," ulang Nia Sayaka, memegang tangan Indra. "Itu nama yang kuat. Senang bertemu mu, Indra. Sekarang, ceritakan pada ku sedikit tentang tempat asal mu... jika kamu mau."

.

.

.

.

.

Indra mengambil napas dalam-dalam. Ia tahu, ia tidak bisa menceritakan seluruh kebenaran-tentang Arch Guardian, Kerajaan yang hancur, atau perpisahan dimensi.

Indra mengiyakan permintaan Nia dan menceritakan kehilangan ibunya saja. Ia memutuskan untuk fokus pada duka yang paling nyata.

"Baiklah, Nyonya Nia. Aku akan menceritakan sedikit, tapi hanya yang aku ingat dengan jelas," ujar Indra. "Aku berasal dari... negeri yang jauh di seberang samudra. Aku seorang musafir."

Indra menatap Nia Sayaka, matanya penuh kesedihan yang tulus. "Sejak kecil, aku sudah kehilangan ibu. Ibuku adalah wanita yang sangat baik dan lembut. Setelah ia tiada, aku berpetualang sendirian. Aku terus berjalan, mencoba mencari tempat di mana aku bisa merasa aman dan damai, jauh dari semua masalah yang pernah aku hadapi di negeri yang jauh itu."

Dan menyamakan semesta asalnya dengan mengatakan negeri yang jauh. Kata-kata itu cukup samar untuk menutupi kebenaran dimensinya tanpa berbohong tentang perasaannya.

Nia Sayaka memegang tangan Indra lagi. Nia Sayaka mempercayai perkataan Indra walau ia juga merasakan benih kebohongan di beberapa poin-seperti betapa samar dan sedikitnya informasi yang diberikan. Tapi Nia mengerti jika Indra tidak ingin mengingat masa lalunya.

"Aku mengerti, Indra," kata Nia Sayaka, mengusap punggung tangan Indra. "Aku tidak akan memaksa mu. Setiap orang punya rahasia dan duka yang ingin mereka kubur. Yang penting sekarang, kamu sudah ada di sini. Wilayah Hamel akan menjadi tempat peristirahatan mu yang damai, selama yang kamu inginkan."

Indra tersenyum lega. Ia kini memiliki tempat berlindung. Sekarang, tugasnya adalah menunggu "ujian terakhir" dari Bahamut dan secara diam-diam mencari tahu di mana Shiera berada.

.

.

.

.

.

.

Setelah keheningan yang nyaman menyelimuti mereka, Nia Sayaka menarik tangannya dari tangan Indra. Matanya menatap pemuda itu dengan ekspresi penuh harapan.

.

.

..

.

.

.

.

.

"Indra," kata Nia Sayaka, nadanya lebih serius. "Aku tahu kamu bilang kamu musafir. Tapi aku melihat betapa lelahnya kamu. Dan, sejujurnya... aku merindukan kehadiran seorang anak laki-laki di rumah ini."

Nia Sayaka tersenyum lembut. "Mau kah kamu tinggal di sini bersama aku? Menjadi anak angkat ku? Kamu bisa menjadi adik untuk Risa. Kamu bisa memanggil aku Ibu. Di sini, kamu tidak perlu berlari lagi."

Tawaran itu tulus, sebuah undangan untuk menemukan tempat bernaung yang permanen.

Indra hanya menatap Nia dalam diam sejenak. Matanya yang biasanya memancarkan chi Royal kini hanya memancarkan kebingungan yang hangat. Ia mengingat janji pada Araya dan Bahamut untuk hidup damai. Menjadi bagian dari keluarga ini adalah kedamaian sejati yang ia cari.

Namun, ia juga merasakan kehadiran Namitha dan Royale yang mendesak, mengingatkannya pada "ujian terakhir" yang belum ia hadapi.

Lalu memandang langit. Langit Benua Hanie terasa berbeda, lebih jernih dan jauh dari asap peperangan dimensinya.

"Nyonya Nia," jawab Indra, suaranya tercekat oleh emosi. "Aku... Aku sangat berterima kasih. Itu tawaran yang sangat berharga."

Ia berkata akan memikirkannya. "Aku akan memikirkannya, Nyonya Nia. Bisakah kamu memberi aku waktu sedikit lagi untuk merenungkannya? Aku harus memastikan aku tidak membawa masalah ku ke dalam kebahagiaan mu."

Nia Sayaka mengangguk, menghormati keraguan Indra. "Tentu, Nak. Ambil semua waktu yang kamu butuhkan. Aku akan selalu di sini."

.

.

.

.

.

.

.

Indra tidak ingin menghabiskan waktu merenung dalam kesendirian. Tawaran Nia Sayaka untuk menjadi keluarga telah menyentuh inti dari duka dan harapannya. Ia memutuskan untuk bertindak, membuktikan pada dirinya sendiri dan pada Nia bahwa ia layak mendapatkan tempat ini.

Setelah itu Indra membantu Nia dalam segala hal. Ia menggunakan disiplin fisik yang ia pelajari sebagai Royal dan Arch Guardian-yang kini tanpa chi-untuk melakukan pekerjaan kasar.

Indra membantu Nia di kebun, mencangkul tanah, menanam bibit, dan menyiangi rumput liar.

Indra ikut ke pasar, membantu membawa barang dagangan dan melindungi Nia.

Indra membantu meracik ramuan obat di dapur, belajar tentang herbal dan manfaatnya, sebuah pekerjaan yang mengingatkannya pada ketenangan saat ia belajar Laboratorium Nuita.

Beberapa minggu berlalu dengan rutinitas yang damai. Melalui tindakan dan perhatian sehari-hari inilah, ikatan di antara mereka tumbuh dengan cepat.

Nia sudah seperti ibu untuk Indra. Kehangatan Nia, senyumnya saat Indra berhasil memanen sayuran, dan kekhawatirannya saat Indra batuk, semuanya adalah cerminan dari Bunda Amanda dan ibunya sendiri yang telah hilang.

Suatu malam, saat mereka duduk di teras setelah makan malam yang tenang, Indra menatap Nia yang sedang merajut. Dan Indra menyadari hal itu.

"Dia adalah ibuku," pikir Indra. "Dia adalah kedamaian yang Araya dan Evelia pertaruhkan segalanya untuk kucapai."

Rasa syukur, kesedihan, dan penerimaan yang mendalam membanjiri dirinya. Sampai ia meneteskan air mata. Air mata itu bukanlah air mata duka, melainkan air mata kelegaan. Ia akhirnya memiliki 'rumah' lagi.

Nia Sayaka, tanpa bertanya, meraih tangan Indra dan menggenggamnya erat, membiarkan Indra menangis dalam diam.

.

.

.

.

Indra berusaha menahan isakannya. Ia tidak ingin membuat Nia Sayaka khawatir, tetapi air mata yang menetes adalah pelepasan dari berbulan-bulan duka yang ia tahan sejak kehilangan Araya dan Kerajaan Sakura.

Nia Sayaka, yang melihat perjuangan batin Indra, hanya tersenyum lembut. Ia tahu bahwa tangisan yang ditahan akan lebih menyakitkan.

Nia berkata untuk menyuruhnya menangis saja.

"Indra," ujar Nia Sayaka, meletakkan tangannya di bahu Indra. "Kamu tidak perlu menahannya di depan ku. Aku tahu kamu sudah melewati banyak hal berat. Aku adalah Ibumu sekarang. Jadi, biarkan semuanya keluar. Menangis saja."

Nia Sayaka mendorong piring di depan Indra, yang berisi masakan sederhana namun lezat. "Makanlah. Aku tidak akan membiarkan mu kelaparan hanya karena kamu sedang bersedih."

Indra yang sambil menikmati masakan menangis sambil mengunyah makanannya. Ia mengambil suapan, dan air matanya mengalir deras membasahi pipi. Ia makan, menangis, dan merasakan rasa sakit sekaligus kehangatan yang luar biasa. Ia menangisi Evelia, Araya, Liini, dan semua orang, sekaligus merayakan kesempatan hidup baru dan kasih sayang keibuan yang ia temukan pada Nia Sayaka.

Di dalam dirinya, Namitha dan Royale merasakan pemurnian itu. Tangisan ini adalah katarsis, penanda bahwa Raja lama telah mati, dan seorang pemuda baru sedang bangkit.

.

.

.

.

.

Pagi itu, suasana di rumah Nia Sayaka dihiasi oleh aroma herbal yang dikeringkan dan ketenangan pedesaan. Indra sedang membantu Nia memotong kayu bakar ketika mereka mendengar suara langkah kaki cepat mendekat.

Suatu hari yang tenang, Risa tiba di rumah. Ia melangkah masuk ke halaman dengan jubah ranger yang diselimuti debu perjalanan.

Risa adalah petualang misterius yang memilih Hamel sebagai pusat operasinya di Benua Hanie. Pakaiannya praktis, didominasi warna gelap dan memiliki banyak kantong, mencerminkan perannya sebagai mata-mata dan penjaga. Senjata andalannya, Proxy Bow (busur yang hanya manifestasi energi sihir), terpasang di punggungnya. Ia terlihat lelah, namun matanya yang tajam dan fokus langsung memindai setiap sudut halaman. Ia mengemban tugas rahasia sebagai Twilight, memastikan stabilitas Hanie dari berbagai ancaman tersembunyi, mulai dari penyelundup hingga sekte pemanggil iblis.

Secara kepribadian, Risa dikenal dengan temperamen yang dingin, tertutup (introvert), dan sangat fokus pada efisiensi tugas. Ia memancarkan aura 'jangan-ganggu' yang kuat. Ia juga ditemani oleh summon Phoenix api hijau yang ceria, Phonia, yang melayang di bahunya. Phonia mengeluarkan suara tawa lucu yang kontras dengan ketenangan Risa.

Nia menyambutnya dengan lembut. "Risa, Sayang! Kau sudah pulang! Kau pasti lelah. Mandilah, Ibu sudah menyiapkan makanan."

Risa mengangguk dingin, matanya yang tajam kini tertuju pada Indra, yang berdiri kaku di samping tumpukan kayu.

"Siapa dia?" tanya Risa, suaranya singkat dan langsung, mencerminkan efisiensi tugasnya.

Nia Sayaka tersenyum dan memperkenalkannya kepada Indra.

"Indra, ini putri angkat Ibu, Risa. Risa, ini Indra. Ia akan tinggal bersama kita mulai sekarang," kata Nia, penuh kehangatan.

Risa terheran. Ekspresi dinginnya sedikit retak. Ini kesekian kalinya Nia membawa anak laki-laki ke rumah, tetapi ini adalah yang paling misterius.

"Lagi?" tanya Risa datar. "Ibu, tempat ini bukan panti asuhan. Ini pusat operasi."

Nia Sayaka menghela napas lembut, mendekati Risa. "Dia kelelahan dan sendirian, Risa. Ibu menemukannya terbaring tak sadarkan diri di padang rumput beberapa minggu lalu. Dia kehilangan ingatan tentang masa lalunya. Dia perlu perlindungan."

Indra hanya menyimak mereka dengan pendiam. Ia merasakan energi sihir yang kuat pada Risa dan Phoenix di bahunya. Ia tahu, di dunia ini, kekuatan sihir nyata, dan Risa jelas merupakan ancaman. Ia memutuskan untuk tetap waspada, mengamati situasi, dan membiarkan Namitha dan Royale tetap tenang di dalam dirinya.

.

.

.

.

.

.

Risa menanggapi penjelasan Nia Sayaka dengan skeptis. Matanya tidak pernah lepas dari Indra.

Risa berjalan mendekati Indra. Setiap langkahnya tenang, namun penuh ketegasan yang mematikan. Tubuh Risa yang tinggi dan besar-dilengkapi dengan pakaian tempur dan senjata-membuat Indra sedikit takut, meskipun ia adalah seorang Arch Guardian Royal yang telah bertarung dengan Iblis. Insting pertahanan dirinya yang hilang chi berteriak waspada.

Risa mulai menginterogasi Indra. Suaranya dingin dan tajam seperti jarum es.

"Kau muncul begitu saja. Tak ada luka. Tak ada cerita yang jelas," ujar Risa, menunjuk Indra dengan dagunya. "Jawab aku dengan jujur. Apakah kamu Dark Elf atau bagian dari sekte sesat yang mencoba menyusup ke Hamel? Siapa yang mengirim mu?"

Indra keheranan. Konsep Dark Elf dan sekte sesat terasa sangat asing. Ia memutuskan untuk menggunakan kejujurannya-satu-satunya senjata non-fisik yang ia miliki di dunia ini.

"Aku bukan Dark Elf dan aku tidak mengikuti hal semacam itu," jawab Indra, berusaha menjaga ketenangan. "Aku tidak tahu apa yang kamu bicarakan. Aku bersumpah, aku tidak sadar jika sudah berada di sini. Aku hanya ingat bepergian dari negeri yang sangat jauh."

Perdebatan singkat terjadi.

Risa mencibir. "Setiap penyusup mengatakan hal yang sama. 'Lupa ingatan', 'negeri jauh'. Kamu berbau berbeda, Indra. Aku bisa mencium sihir yang terkunci di dalam mu."

"Sihir apa? Aku tidak menggunakan sihir!" balas Indra, sedikit panik. Ia tahu Risa merasakan chi purba Namitha dan Royale yang tersegel.

Awalnya, Nia mencoba melerai mereka dengan suara lembut. "Anak-anak, sudah.. Risa, dia anak baik."

Namun, ketika mereka berdua berdebat lebih keras, aura di sekitar Nia Sayaka tiba-tiba berubah. Nia mulai menunjukkan sisi tegasnya. Kelembutan di wajahnya menghilang, digantikan oleh ekspresi kaku dan mata yang menusuk.

"CUKUP!" suara Nia Sayaka tegas dan keras, memutus perdebatan itu. Ada otoritas yang tak terduga dalam suaranya.

"Risa, dia tinggal di sini atas izin Ibu. Dan Indra, Risa adalah keluargamu. Kamu berdua harus belajar hidup berdampingan. Sekarang, Risa, lepaskan busur mu dan makan. Indra, kembalilah memotong kayu," perintah Nia, mengakhiri interogasi dengan satu kalimat mutlak.

Indra dan Risa, terkejut dengan ketegasan Nia yang tiba-tiba, segera mematuhi.

Indra dan Risa, meskipun dipaksa berdamai oleh ketegasan Nia Sayaka, tetap berada dalam kondisi tegang.

Saat Risa duduk di meja makan, ia memberi kode jika ia mengawasi Indra dengan gestur mata dan dua jarinya yang diarahkan dari matanya ke arah Indra. Itu adalah kode Twilight yang jelas: aku mengawasimu. Indra hanya mengangguk kecil, memahami bahwa pengawasan Risa adalah bagian dari kehidupan barunya.

Mereka kembali melanjutkan kehidupan, kini lebih berwarna menurut Nia. Kehadiran Indra membawa energi yang berbeda, dan interaksi yang tegang namun lucu antara Risa dan Indra memberikan kehidupan pada rumah yang tadinya sunyi.

.

.

.

.

.

.

.

Beberapa tahun berlalu, kehidupan mereka tenang. Indra tumbuh menjadi pemuda yang kuat dan terampil berkat kerja keras di kebun dan bantuan di pasar. Indra sangat nyaman di sisi Nia. Ia benar-benar menganggap Nia sebagai ibunya, dan kasih sayang Nia menjadi jangkar yang mengikatnya pada dunia baru ini.

Sementara itu, Risa perlahan menjadi kakak perempuan yang bisa diandalkan. Meskipun ia tetap dingin dan tsundere, perlahan-lahan ia menerima Indra sebagai bagian dari keluarga. Ia tidak lagi menanyakan masa lalu Indra, tetapi fokus pada kemampuannya saat ini.

Dan sesekali Risa melatih Indra berpedang. Risa, yang mahir menggunakan pedang sihir energi murni, melihat potensi fisik yang tersembunyi pada Indra.

"Gerakanmu terlalu lambat, Indra," Risa pernah berkomentar dingin, melemparkan pedang kayu kepada Indra. "Kau bergerak seperti Raja yang lelah. Di Hamel, kelambatan berarti kematian."

Meskipun Indra tidak bisa menggunakan chi atau Royal Magic, memori ototnya sebagai Arch Guardian Royal tetap ada. Latihan ini membantu Indra menjaga kebugaran dan memberinya cara untuk menyalurkan energi yang tersegel di dalam dirinya.

Indra, Risa, dan Nia Sayaka kini adalah sebuah unit, sebuah keluarga yang disatukan oleh kehilangan dan kehadiran Nia yang penuh kasih. Indra sepenuhnya telah menjadi warga Wilayah Hamel, pemuda yang damai-seperti yang diinginkan Araya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Satu tahun kemudian, kehidupan Indra di Hamel berjalan damai. Ia telah sepenuhnya menjadi Indra, putra angkat Nia Sayaka dan adik Risa.

Pada suatu pagi yang cerah, Indra sendirian di rumah karena Nia dan Risa sedang pergi. Nia dan Risa sedang bepergian jauh untuk melakukan kunjungan ke suatu wilayah-sebuah perjalanan rutin yang berhubungan dengan urusan Twilight Risa dan bisnis herbal Nia.

.

.

..

.

Indra sedang memotong kayu bakar di halaman saat ia merasakan perubahan atmosfer yang mengerikan. Udara di sekitarnya menjadi dingin dan berat, seperti beban yang dibawa dari dimensi yang hancur. Ia mendongak ke langit.

.

.

.

.

.

.

.

Lucius muncul dari langit. Bukan Lucius yang ia kenal dalam jas putih rapi, melainkan sosok yang lebih mengancam.

Indra yang melihatnya keheranan. Rasa dingin dan horor menyergapnya, tetapi ia segera menyadari kebenadaran: ini adalah ujian terakhir dari Bahamut. Sosok yang ia lihat bukanlah Lucius yang sebenarnya, melainkan manifestasi dari trauma terbesarnya yang dikirim oleh Sang Pencipta untuk menguji apakah Raja lama telah benar-benar mati.

Namun Lucius tertawa, kini wujudnya menjadi menyeramkan. Tawanya menggema, tidak seperti suara manusia, melainkan seperti derap sayap Iblis.

"Raja Kecil. Kau pikir kau bisa bersembunyi di dalam dongeng yang damai ini?" raung manifestasi Lucius. "Aku datang untuk mengambil nyawamu, sebagai hadiah terakhir untuk Amon!"

Indra merasakan Namitha dan Royale bergejolak di dalam dirinya. Mereka mendesak, siap melepaskan segel, tetapi Indra menahan diri.

Indra tidak punya pilihan, ia mulai serius. Ia menjatuhkan kapaknya. Meskipun tanpa chi, memori gerakannya, kecepatan, dan penguasaan medan perang kembali.

Ia berharap Nia dan Risa masih lama berada di luar wilayah Hamel, jauh dari bahaya.

"Royale, Namitha. Tahan sebentar," perintah Indra dalam hati. "Aku harus mengurus ini. Aku tidak akan membiarkan dunia ini hancur karena masa laluku."

Jadi ia bisa mengamuk dan mengalahkan Lucius-mengalahkan trauma dan masa lalunya, sekali dan untuk selamanya, agar ia layak menerima kehidupan barunya.

.

.

.

.

.

.

.

Indra memandang manifestasi Lucius di langit, aura jahatnya mencemari udara damai Hamel. Ia tahu ia tidak bisa bertarung di sini.

Lalu Indra dengan ketenangan mengajak Lucius untuk berpindah tempat.

"Jika kau ingin bertarung, kita tidak melakukannya di sini," ujar Indra, suaranya tenang, meskipun chi di dalamnya bergejolak. "Aku tidak akan membiarkan kekacauanmu menyentuh desa ini. Ikuti aku, jika kau berani."

Indra berbalik dan berlari menuju padang rumput yang jauh, tempat ia pertama kali terbangun, di mana tidak ada rumah yang akan terbakar atau orang yang akan terluka. Manifestasi Lucius, yang hanya peduli pada pertarungan dan kehancuran Indra, mengikuti dengan tawa mengejek.

Ketika mereka berada cukup jauh dari desa, Indra berhenti.

"Apakah kau akan terus bermain-main dengan nama pinjaman, atau kau akan memanggil Lucifer yang sebenarnya? Bukankah itu yang paling kau inginkan?" tantang Indra.

Lucifer hanya tertawa, tawanya seperti suara gema metal. Ia tidak peduli karena Indra akan berakhir.

"Tidak perlu, Raja Kecil. Aku yang di sini cukup untuk mengakhiri mu," ejek manifestasi itu. "Aku adalah cerminan dari kegagalanmu. Dan kegagalan akan selalu berakhir dengan kematian. Bersiaplah."

Manifestasi Lucius mengangkat pedang hitamnya, bersiap untuk menyerang.

Namun, tepat sebelum itu, Indra berubah ke dalam Berserk Mode-nya.

Tidak ada teriakan, tidak ada ritual. Rasa sakit, penyesalan, dan tekadnya yang murni bertindak sebagai katalis. Energi yang tersegel itu meledak.

Kini berbeda karena gabungan Royale dan Namitha. Kekuatan Arch Guardian Royal yang dingin bersatu dengan Kitsune Namitha yang penuh kasih, menciptakan transformasi yang unik.

Indra tidak sepenuhnya menjadi Arch Guardian lapis baja seperti dahulu; ia kini mengenakan zirah putih murni yang diselingi motif rubah keemasan dan delapan ekor chi putih yang menyala di belakangnya. Di tangannya muncul sebuah Heavy Railgun yang dimodifikasi dan lebih ramping, terbuat dari chi murni.

Lucifer terkejut merasakan kekuatan yang lebih besar. Wajah Iblis di balik jas putihnya dipenuhi kengerian. Manifestasi itu tidak menduga bahwa trauma Indra telah menjadi kekuatan yang terintegrasi, bukan kehancuran.

"Mustahil! Kau telah menembus batas dimensi! Kekuatan ini... kekuatan ini seharusnya tidak ada!" teriak manifestasi Lucius.

"Ini adalah warisanku. Dan ini adalah akhir dari masa lalumu," balas Indra, suaranya kini berlapis, gabungan dari tiga jiwa.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Manifestasi Lucius, yang panik melihat kekuatan chi purba yang terintegrasi pada Indra, tidak menunggu lagi. Ia harus menghancurkan Indra sebelum kekuatan itu lepas kendali.

Lucifer tanpa pikir panjang melontarkan semua serangannya.

Angin jahat bertiup kencang, dan pedang hitamnya memanifestasikan gelombang energi gelap, menembakkan proyektil-proyektil yang seharusnya merobek Arch Guardian mana pun. Ia menggunakan kekuatan penuh dari trauma masa lalu Indra.

Namun, energi yang dihasilkan hanyalah manifestasi ilusi dari masa lalu, bukan kekuatan kosmik Bahamut.

Namun tidak ada yang berhasil mengenai Indra. Zirah Arch Guardian Kitsune yang berwarna putih dan merah itu bersinar, dan kini sembilan ekor chi rubah di belakangnya bergerak cepat, membentuk perisai putar yang membelokkan setiap serangan gelap Lucius.

Indra dengan Berserk Arch Guardian Kitsune hanya mendongak ke atas. Tidak ada rasa takut, hanya ketenangan yang dipimpin oleh Royale dan Namitha. Ia melihat Lucifer mencoba menyerangnya, tetapi upaya itu sia-sia.

"Kau hanya bayangan, Lucius," gema suara tiga jiwa Indra. "Kau adalah kebohongan terakhir yang harus kuhancurkan. Waktumu sudah berakhir."

Indra mengangkat Heavy Railgun-nya. Energi purba mulai terakumulasi di moncong senjata.

.

.

.

.

.

Energi dari Heavy Railgun Indra memuncak, memancarkan cahaya putih keemasan yang menyilaukan. Manifestasi Lucius di udara bersiap untuk menyerap atau membelokkan serangan masif itu, fokusnya terpusat pada moncong senjata Indra.

Pada saat yang sama, Indra mengaktifkan teknik gerak super-cepat yang diajarkan oleh Araya-gerakan yang dulunya menguras chi kini didukung oleh energi stabil Namitha dan Royale. Heavy Railgun itu hanyalah umpan energi yang tertinggal di tempatnya.

Indra muncul di belakang Lucifer tanpa suara, tanpa gesekan. Ia bergerak dengan kecepatan absolut yang dimiliki oleh entitas purba, sepenuhnya mengabaikan hukum fisika dunia ini.

Indra menggunakan Heavy Railgun yang kini berfungsi sebagai palu energi, memukul punggung manifestasi Lucius. Pukulan itu bukan sekadar kekuatan fisik; itu adalah pelepasan energi chi terintegrasi yang menghantam inti kegelapan Lucius.

Manifestasi Lucius menjerit kesakitan, terlempar dari langit menuju tanah. Zirah putih-merah Indra memancarkan kekuatan absolut.

Pertarungan sengit terjadi. Manifestasi Lucius, yang kini terluka dan panik, menyadari bahwa ia tidak menghadapi Raja yang lelah, melainkan perpaduan kekuatan yang mustahil.

Lucifer yang panik menembakkan banyak bola kegelapan dan tebasan pedang tidak tentu arah. Serangan-serangan itu liar dan tidak terfokus, menunjukkan bahwa ia hanyalah cerminan dari trauma Indra yang sedang takut.

Indra tidak repot-repot menghindar. Ia berdiri tegak, membiarkan perisai ekor Kitsune menyerap semua serangan itu. Ia mendekati Lucius yang kini merangkak, bersiap untuk mengakhiri mimpi buruk ini.

.

.

.

.

Indra, dalam wujud Berserk Arch Guardian Kitsune, bergerak dengan efisiensi mematikan. Ini bukan lagi pertarungan untuk bertahan hidup; ini adalah penghakiman atas masa lalu.

Indra terus menyerang Lucifer dengan teleport, tembakan, hantamannya. Ia menghilang dan muncul kembali dalam sekejap mata, menghukum Lucifer yang menghancurkan Semestanya dengan tiga suara jiwa Indra yang dingin.

"Kau mengambil Evelia!" seru suara Namitha, diikuti hantaman Heavy Railgun ke zirah dada Lucius.

"Kau menipu Arch Guardian kami!" seru suara Royale, diikuti tembakan Beam dari Railgun yang merobek sayap manifestasi itu. Tembakan ini adalah Laser yang kini tanpa batas, manifestasi energi murni yang tidak mengenal ampun.

"Kau menghancurkan rumahku!" seru suara Indra, diikuti teleportasi langsung ke atas Lucius, dan ia menghantam Iblis itu ke tanah.

Lucifer tidak diberi nafas, ia hanya bisa melontarkan serangan sembarangan. Bola-bola kegelapan dan pedang energi terbang tak tentu arah, mengakibatkan para knight bertugas, penduduk desa terkena dampaknya-meskipun Lucius hanyalah manifestasi, serangannya meninggalkan kehancuran nyata di dunia baru.

Melihat kehancuran ini, yang mengingatkannya pada detik-detik terakhir Kerajaan Sakura, tekad Indra mengeras. Ia tidak bisa membiarkan dunia barunya ternoda.

Indra melompat tinggi. Heavy Railgun-nya diisi penuh dengan energi gabungan. Kali ini, ia tidak mengincar pukulan, tetapi kehancuran total.

"Akhiri!" perintah Indra.

Ia menembakkan Beam raksasa yang tidak hanya menyelimuti Lucius, tetapi juga menciptakan kawah besar di padang rumput, memurnikan tempat itu dari segala aura gelap. Manifestasi Lucius menjerit, jeritan itu perlahan menjadi hening. Tubuhnya hancur menjadi debu energi hitam, lalu menghilang sepenuhnya.

.

.

.

.

.

.

.

Kawah yang tercipta dari Beam terakhir Indra berasap. Di tengah kawah itu, di mana manifestasi Lucius telah lenyap, Indra mendarat.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Zirah Arch Guardian Kitsune miliknya masih menyala, tetapi aura purba di sekelilingnya mulai mereda.

Indra bertanya dengan suaranya serak, kembali menjadi suara pemuda biasa. "Royale? Namitha? Apakah sudah... berakhir?"

Namitha dan Royale menjawab dengan tulus. Suara mereka, yang kini hanya terdengar di benak Indra, dipenuhi kelegaan dan cinta.

"Sudah berakhir, Rajaku. Kau telah mengalahkan masa lalu. Kau telah memenangkan kesempatan baru ini," jawab suara Royale, penuh martabat.

"Kau telah memenuhi janji Araya, Sayangku," kata suara Namitha, lembut dan damai.

.

.

.

.

.

.

.

Namun saat terakhir, Namitha dan Royale mengatakan jika ini sudah berakhir dan ini perpisahan mereka. Aura mereka di dalam Indra mulai tertarik, terasa seperti dua bagian jiwa yang ditarik ke dimensi yang berbeda.

"Ini adalah akhir dari persatuan kita, Indra. Bahamut menuntut agar kami, Inti dari dimensi yang gagal, kembali ke alam. Kau harus berjalan sendiri," bisik Royale.

"Jangan bersedih," pinta Namitha. "Kami sudah hidup cukup lama melalui dirimu. Kami bahagia melihatmu mencapai kedamaian."

Namitha dan Royale mengungkapkan perasaan mereka sambil Armor Arch Guardian Kitsune memudar.

"Aku mencintaimu, Evelia-ku yang baru," kata Royale. "Hidupkan kami dalam keberanianmu. Jadilah Pelindung, bukan Raja."

"Aku mencintaimu, Indra-ku yang tersisa," kata Namitha. "Hidupkan kami dalam kebahagiaanmu. Jangan pernah lagi menangis karena duka, tetapi karena sukacita."

Saat kekuatan mereka ditarik, Namitha dan Royale di akhir memberikan hadiah kecil. Mereka mengumpulkan chi purba terakhir mereka. Walau kekuatannya menghilang, mereka memberikan Indra keabadian-bukan keabadian kekuatan, tetapi keabadian hidup. Mereka memastikan Indra akan menjalani hidup yang panjang dan penuh di dunia baru ini, aman dari kematian fana biasa, kecuali ia memilihnya.

.

.

.

.

.

.

.

Indra sudah tidak tahu harus mengatakan apa. Air mata mengalir deras dari matanya, bukan lagi air mata duka yang pahit, melainkan air mata kehilangan yang manis. Ia hanya mengatakan apa yang ia rasakan sekarang.

"Terima kasih. Aku... Aku mencintai kalian. Aku tidak akan pernah melupakan kalian. Aku akan hidup, untuk kita semua," bisik Indra, suaranya tercekat.

Perlahan Berserk Mode Arch Guardian Kitsune menghilang dan ia kembali ke dalam wujud manusia. Zirah putih-merah itu menguap, dan ia kembali mengenakan pakaian lusuh yang ia pakai saat memotong kayu. Ia berdiri sendirian di tengah padang rumput yang kini memiliki kawah besar sebagai bekas luka perpisahan.

.

.

.

.

.

.

Indra berdiri di tengah kawah yang tercipta akibat Beam terakhirnya, dalam wujud manusia biasa yang lusuh. Ia merasakan keabadian yang ditinggalkan Namitha dan Royale-sebuah kehangatan di jiwanya-tetapi tubuh fisiknya berteriak protes. Ia telah menggunakan energi yang sangat besar, lebih dari yang pernah ia lakukan tanpa adanya chi yang stabil.

Setelah mengenang cukup lama, Indra mencoba berjalan. Kawah itu kini menjadi tanda peringatan di padang rumput yang damai, bekas luka yang ditinggalkan oleh masa lalu.

Indra berjalan di sekitar desa yang sudah hancur-atau setidaknya, di sekitar pinggiran Wilayah Hamel yang terkena dampak serangan liar manifestasi Lucius. Desa kecil tempat Nia tinggal beruntung tidak terkena, tetapi guncangan pertempuran telah terasa jauh.

Ia kelelahan. Setiap langkahnya terasa seperti beban berton-ton. Kepala Indra pusing, dan pandangannya mulai kabur. Setelah beberapa langkah gontai, kakinya tidak bisa lagi menopang tubuhnya.

Saat ia akan pingsan, ia ditangkap. Kali ini, bahunya tidak ditopang oleh Araya yang dingin, namun Nia dan Risa.

Nia Sayaka dan Risa muncul dengan ekspresi panik di wajah mereka. Mereka pasti merasakan getaran pertempuran dan bergegas kembali.

"Indra! Apa yang terjadi di sini?!" Nia berseru, air mata menggenang. "Apa yang kau lakukan?!"

Risa, meskipun biasanya dingin, segera bertindak cepat. Ia melihat kawah besar dan aura kehancuran, tetapi lebih fokus pada kondisi Indra.

"Jangan banyak bicara, Ibu. Dia kehabisan tenaga. Kita harus segera keluar dari sini sebelum bala bantuan musuh atau Twilight lain datang menyelidiki," perintah Risa, membantu Nia mengangkat Indra.

Mereka membawa Indra keluar wilayah Hamel Timur dan segera bergerak ke arah barat daya.

Setelah perjalanan yang melelahkan, mereka membawanya ke wilayah Toura.

.

.

.

.

.

.

.

Toura adalah destinasi pelarian yang aman. Wilayah tersebut terletak di bagian barat daya benua dan unik karena tidak memiliki kerajaan atau pemerintahan sendiri. Meskipun demikian, Toura tidak dikelola secara mandiri, melainkan berada di bawah kendali Kerajaan Hamel. Keunikan inilah yang menjadikannya tempat yang sempurna untuk bersembunyi.

Toura telah berkembang menjadi pusat perdagangan utama di Benua Hanie, menarik para Pedagang dan petualang dari seluruh penjuru. Lokasinya yang strategis menjadikannya simpul penting dalam jaringan ekonomi benua, menghubungkan berbagai wilayah dengan barang dan jasa.

Di tengah hiruk pikuk perdagangan, Indra, bersama Nia dan Risa, mencari tempat persembunyian yang aman, jauh dari mata penyelidik manapun, untuk memulihkan diri.

.

.

.

Toura, pusat perdagangan yang ramai, memberikan anonimitas yang sangat dibutuhkan oleh Indra, Nia, dan Risa. Mereka menemukan tempat tinggal di pinggiran kota, berbaur dengan para pedagang dan petualang yang datang dan pergi.

Nia, Risa, dan Indra akhirnya hidup di Toura dengan rumah baru mereka. Meskipun lebih kecil dari rumah di Hamel, rumah ini terasa aman dan hangat. Nia kembali membuka toko herbal kecil, sementara Risa melanjutkan pekerjaannya sebagai Twilight, menggunakan keramaian Toura sebagai penutup.

Indra masih sangat lemah setelah perpisahan dengan Namitha dan Royale, dan dampak fisik dari pertarungan manifestasi Lucius.

Nia dan Risa bersyukur Indra baik-baik saja, meskipun mereka tidak mengerti asal-usul kawah besar di Hamel. Mereka hanya tahu Indra telah melindungi rumah mereka dari ancaman yang tak terlihat. Terutama Nia sangat takut kehilangan lagi, mengingat duka masa lalunya. Ia merawat Indra dengan intens, memastikan ia mendapatkan istirahat penuh.

Risa, dengan sifat tsundere khasnya, menunjukkan kepeduliannya dengan caranya sendiri.

"Jangan berpikir kau bisa seenaknya melakukan hal gila lagi, Indra," kata Risa, suaranya dingin tapi ada nada khawatir. "Pertarungan itu... Aku tidak tahu apa yang kau lawan, tapi itu berbahaya."

Risa mengatakan ia akan melindungi Indra jika ada yang menangkapnya. "Sekarang kau adalah adikku, di bawah perlindungan Twilight Hamel. Jika ada yang mencoba menangkapmu atau mengganggu kedamaianmu, aku akan mengurusnya."

Indra hanya tersenyum lemah. Ia tahu janji Risa itu tulus. Ia melihat wajah Nia dan Risa, dua wanita yang kini menjadi keluarganya, dan ia merasakan kedamaian yang mendalam. Ia telah membayar harga yang diminta Bahamut, dan kini ia bebas untuk menjalani kehidupan sebagai Indra.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Beberapa minggu setelah pertarungan di Hamel dan pelarian ke Toura, Indra akhirnya pulih sepenuhnya. Keabadian yang diberikan oleh Namitha dan Royale memastikan pemulihan fisiknya cepat, meskipun ia masih menjadi manusia biasa tanpa chi.

Suatu pagi saat sarapan, Indra mengatakan ia ingin berkelana.

"Ibu Nia, Risa. Aku sudah sehat sepenuhnya. Aku rasa sudah waktunya aku melanjutkan perjalananku," kata Indra, raut wajahnya serius.

Namun Risa awalnya khawatir dan tidak setuju karena fisik Indra sedang lemah.

"Apa kau gila, Indra?" tanya Risa dingin, matanya menatap tajam. "Kau nyaris mati beberapa minggu lalu! Fisikmu masih lemah. Toura adalah pusat operasi. Kau aman di sini. Jangan cari masalah lagi."

Namun Indra membela diri jika dirinya sudah kuat sambil memperagakan dirinya melakukan gerakan bela diri. Indra berdiri dan melakukan serangkaian gerakan tinju cepat dan tangkas, menunjukkan kecepatan dan ketepatan yang ia pertahankan dari pelatihan lamanya.

"Lihat, Risa. Aku sudah jauh lebih kuat. Aku tidak lagi lemah," ujar Indra. "Aku perlu melihat dunia ini. Aku perlu mencari tahu lebih banyak tentang 'negeri yang jauh' tempatku berasal."

Nia hanya tertawa melihat mereka berdua berdebat. Ia tahu Indra tidak bisa ditahan. Ia meletakkan tangannya di bahu Indra.

Dan bertanya kepada Indra apa ia yakin. "Kau yakin, Nak? Ibu tidak bisa memaksamu tinggal, tapi Ibu khawatir."

Indra menjawabnya dengan percaya diri. "Aku yakin, Ibu. Aku harus pergi."

"Baiklah, Indra. Pergilah. Carilah apa yang harus kau cari. Tapi berjanjilah pada Ibu, kembalilah jika ada waktu. Ibu sangat sayang kepadamu dan akan selalu menunggumu pulang."

Risa juga berkata demikian dengan sifat tsundere-nya. Ia membuang muka, pura-pura fokus pada makanan. "Terserah kau saja. Aku hanya bilang, jangan mati konyol di luar sana. Dan jangan pernah beritahu siapa pun tentang rumah ini. Jika kamu butuh bantuan, kirim pesan ke jaringan pedagang di pasar Toura. Aku akan menolong mu... jika aku sedang tidak sibuk."

Hingga tiba waktunya. Indra berpakaian sederhana-jubah hitam berkerudung khas musafir-dan menoleh ke belakang, ke arah rumah barunya di Toura. Ia merasakan kehangatan yang baru ia temukan. Ia akan memulai petualangannya.

Nia dan Risa melambaikan tangan dan mereka berkata akan menunggu kepulangannya. Nia melambai dengan hangat, sementara Risa hanya memberi lambaian kecil dan singkat, lalu cepat-cepat kembali ke dalam.

Indra tersenyum. Ia tidak lagi Indra sang Raja yang tertekan. Ia adalah seorang musafir, siap menepati janji terakhirnya: hidup.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Indra telah meninggalkan Toura. Mengenakan jubah hitam sederhana, ia berjalan menyusuri jalan setapak yang menghubungkan wilayah perdagangan itu dengan pedalaman Benua Hanie yaitu wilayah Hamel Utara. Pikirannya tenang, fokus pada pencarian Shiera dan adaptasi pada dunia barunya tanpa chi purba.

Seorang wanita melewatkan menara itu, nalurinya menuntunnya ke arah lain. Wanita itu-rambut merah menyala dan aura kuat-adalah seorang Musafir atau petualang yang memiliki kemampuan sihir tersembunyi.

Ia melompat dari atap ke atap, meninggalkan keramaian Hamel Utara. Hingga pandangannya tertuju pada Indra berjubah hitam yang berjalan sendirian di padang rumput yang luas di tengah senja.

Dari kejauhan, energi mana yang dirasakan wanita ini semakin kuat. Mana tersebut, meskipun bukan chi purba Namitha atau Royale, adalah energi kuat yang ditinggalkan oleh keabadian Indra. Ia tahu, Indra adalah orang yang dicarinya. Seseorang yang tidak seharusnya ada di dunia ini.

Sang wanita turun dari atap, kakinya menginjak rumput, dan ia mulai berjalan mendekat. Langkahnya cepat dan mantap.

Indra menoleh, dan tatapan mereka bertemu.

Indra merasakan lonjakan kecil ketidakpercayaan. Wanita itu rambut merah darah, aura yang akrab dan mengancam, mengingatkannya pada seseorang di Sakura Flurry.

Di hadapan sang wanita berdiri Indra dengan rambut merah darah, yang auranya sangat kuat. Indra yang kini berambut merah darah alami dan kuat secara fisik, memancarkan aura 'keabadian' yang tak bisa diabaikan.

Entah mengapa, insting purba dalam diri wanita ini langsung mengenali kekuatan yang setara, bahkan mungkin melebihi dirinya. Wanita itu merasakan bahwa Indra adalah anomali.

.

.

.

.

.

.

.

.

Sebuah pertarungan singkat tak terhindarkan. Begitu dekat, energi mereka saling berbenturan.

Tanpa kata, keduanya menguji batasan masing-masing, Indra menggunakan kecepatan dan beladiri yang diajarkan Risa, sementara wanita itu menggunakan pedang dan kemampuan sihir yang cepat. Melancarkan serangan yang cepat dan mematikan.

Pertarungan itu berakhir dengan kebuntuan, ketika pedang mereka saling mengunci. Meninggalkan keduanya dengan kekaguman tersembunyi.

Setelah pertarungan usai, sang wanita mengatur napasnya yang sedikit terengah-engah, namun senyum tipis terukir di bibirnya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Namaku Araya Yuki Yamada," katanya, memperkenalkan diri. Nada suaranya dingin, namun matanya yang merah menyala penuh minat. Ia menatap Indra dengan pandangan tajam.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Indra membeku di tempatnya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

End - Continue to Shirayuki Sakura Universe.

1
Dòng sông/suối đen
Susah move on
IND: betul 😭😭
total 1 replies
Kaylin
Bagus banget, sarat makna dan emosi, teruskan thor!
IND: akan ada lanjutannya Shirayuki Sakura judul nya nanti
total 1 replies
Dzakwan Dzakwan
Duh, seru euy! 🥳
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!