Namanya Elisa, dia terlahir sebagai putri kedua dari keluarga Hanggara, namun hal itu tak membuat nasibnya bagus seperti kakaknya.
Dia bahkan dikenal sebagai perempuan arogan dan sangat jahat di kalangannya, berbeda dengan kakaknya yang sangat lembut dan pandai menjaga sikap.
Marvin Wiratmadja, adalah putra dari Morgan Wiratmadja. Terlahir dengan kehidupan super mewah membuatnya tumbuh menjadi orang yang sedikit arogan dan tak mudah di dekati meski oleh lawan jenisnya.
Namun siapa sangka, ketertarikannya justru tertuju pada seorang gadis yang dikenal berhati busuk dan semena-mena bernama Elisa Hanggara.
Bagaimana takdir akan mempertemukan mereka?
Baca episodenya hanya disini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sujie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Diterima
"Berhenti disini saja, Pak," kata Elisa setelah taxi yang ditumpanginya berada di depan gedung yang berderet rapi di pinggir jalan raya.
Ia lalu turun dan memberikan uang, kemudian menengok ke sekitarnya.
Ia juga melihat tempat Arumi biasa jualan kue, namun tempat itu masih kosong.
"Sayang sekali," gumamnya.
Ia kemudian masuk ke dalam gedung Globalindo dan menemui resepsionis yang tengah bertugas disana.
"Permisi, saya Elisa. Saya bermaksud mengajukan lamaran pekerjaan dengan bidang ini," katanya seraya menunjukkan ponselnya. Ia memperlihatkan sebuah gambar yang ia dapat dari internet semalam.
"Selamat pagi Kak. Kakak bisa langsung ke ruang HRD. Tadi ada beberapa orang juga yang sudah kesana. Nanti seorang sekuriti akan mengantarkan Kakak."
Resepsionis yang Lisa tau bernama Rani itu lalu memanggil salah seorang sekuriti untuk mengantarkan Lisa ke tempat yang dimaksud.
Dan tak lama setelah itu seseorang itupun datang dan memandu Elisa ke ruangan HRD. Elisa menyapukan pandangannya mengelilingi gedung besar ini.
Sungguh mewah, mendadak ia menjadi tidak percaya diri dibuatnya. Lisa menyusuri lorong gedung itu mengikuti langkah sekuriti tadi.
Cukup lama juga ia berjalan, hingga akhirnya nampak lah beberapa orang disana yang juga sama seperti Elisa.
Tapi jika dilihat, penampilan mereka tidaklah se-menonjol dirinya. Tas branded, pakaian rapi dan juga wajah yang cantik.
"Ini ruangannya, Non. Non tunggu saja disini seperti yang lainnya!" Ujar sekuriti tadi.
"Terimakasih, Pak," jawab Lisa seraya tersenyum. Ia kemudian membaur bersama beberapa orang yang ada disana.
Elisa nampak cukup tenang, ia menunggu sambil membaca sesuatu di dalam ponselnya.
"Permisi, boleh saya duduk disini?" tanya seorang laki-laki berkacamata yang baru saja datang.
"Silahkan," jawab Lisa ramah.
Lelaki itu pun duduk disampingnya dan mencoba sedikit mengobrol dengannya.
Rupanya hanya penampilannya saja yang cukup culun, tapi ternyata lelaki yang baru saja Lisa ketahui bernama Bimo adalah orang yang ramah dan juga suka bercanda.
Lisa sampai terbahak mendengar celotehannya.
"Ya sudah, Bimo. Aku masuk dulu ya," kata Elisa saat tiba gilirannya diwawancara.
"Semangat Lisa, semoga berhasil," balas Bimo seraya mengepal dan mengangkat tangannya ke atas. Ekspresi nyengirnya membuat Lisa tak bisa menahan tawanya.
Gadis itu melangkah dan masuk ke dalam ruangan saat seorang sekuriti membukakan pintu untuknya.
"Selamat pagi, Pak," sapa Lisa saat masuk. Membuat dua orang yang sedang duduk di belakang meja saling pandang-pandangan.
"Oh ... ya, selamat pagi. Silahkan duduk!" perintah salah satu dari mereka.
Lisa memang berbeda dari beberapa orang yang mereka wawancarai tadi. Penampilan Lisa sangat elegan, rapi dan juga terlihat enerjik dimata dua orang tadi.
Satu nilai lebih telah didapatkan Lisa secara tidak dia sadari.
Dua orang itu kemudian mewawancarai gadis berusia dua puluh tiga tahun itu dengan seksama. Beberapa pertanyaan penting telah Lisa jawab dengan lancar.
Beberapa tes juga dikerjakannya dengan baik, meskipun pada akhirnya nilainya tak lebih dari tujuh puluh.
Dua orang kemudian manggut-manggut setelah pertanyaan terakhir dijawab oleh Lisa.
"Baiklah, kau bisa mulai bekerja mulai besok. Pastikan kau selalu berpenampilan rapi seperti ini setiap hari. Dan juga kau harus banyak belajar lagi nantinya. Kau cukup memiliki kemampuan, tapi kemampuan itu masih perlu banyak dikembangkan lagi. Selamat bergabung dengan perusahaan kami," ujar salah seorang dari mereka, lalu menyalami Lisa satu persatu.
Lisa merasa senang bukan main, ini adalah pengalaman pertamanya. Ia harus bekerja dengan baik. Ya, begitulah tekad Elisa.
"Terimakasih sudah memberi saya kesempatan, Pak," kata Lisa seraya menyambut uluran tangan dua orang yang baru saja mewawancarainya.
Lisa lalu keluar dari sana dengan wajah dihiasi senyuman.
"Gimana?" tanya Bimo yang sudah berdiri, karena akan masuk ke ruangan yang sama dengan yang masuki tadi.
"Aku diterima, Bim!" seru Lisa senang. Tidak tahu bagaimana dua orang itu bisa secepat ini akrab satu sama lain.
"Sukses Lisa, doakan aku juga, ya! Ini pengalaman pertamaku," pinta Bimo seraya berjalan menuju ruangan bertuliskan HRD di di depan pintunya.
"Pasti, sukses ya!" seru Lisa seraya mengangkat tangannya seperti yang Bimo lakukan tadi.
Lisa cekikikan dibuatnya, karena lelaki itu sampai terbentur saat akan memasuki ruangan.
Dengan hati yang merasa lega, Lisa melangkahkan kakinya menyusuri lorong panjang yang akan mengantarkannya ke loby gedung ini.
Ia sangat berharap, ia bisa bekerja dengan baik sehingga bisa menunjukkan pada ayahnya, bahwa dia juga pantas untuk dibanggakan.
Lisa terus berjalan dan tidak menyadari jika Marvin baru saja masuk ke dalam gedung itu bersama sekertarisnya.
hmm🤔, bisa jdi sih..atau mngkin kembaran stevi kh!!??