Mempertahankan kebahagiaan pernikahan nyatanya tidak semudah yang dibayangkan. Terkadang apa yang telah diusahakan tidak dinikmati sepenuhnya.
“Tetaplah bersama denganku, jauh darimu rasanya setiap napas berhenti perlahan. Aku mampu kehilangan segalanya asal bukan kamu, Sonia.”
_Selamanya Kamu Milikku 2_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi_Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 : Kejadian Kecil di Sekolah
Sonia sedang jalan-jalan pagi ditemani oleh Sean, perut Sonia sudah mulai membesar karena usia kandungannya sudah memasuki bulan ketujuh. Seperti kehamilan Sonia dulu, Sean selalu menjaga istrinya dengan baik, dia tidak bekerja ke kantor sampai nanti Sonia melahirkan.
Ketiga anak mereka sekarang sudah berusia 5 tahun dan mereka sudah memasuki bangku sekolah taman kanak-kanak.
Zain, Zay dan Zoya tumbuh menjadi anak yang cerdas. Zain dan Zay menuruni sifat dan sikap Sean, dingin serta tegas, mereka selalu melindungi Zoya yang tumbuh menjadi anak yang begitu feminim.
Berbeda dengan Gaby, anak itu sangatlah tegas dan berani, tak jarang jika Gaby selalu melindungi Zoya ketika ada yang mengganggu. Hazi sudah kelas 1 SD, dia juga menjadi anak yang tegas namun lebih ceria dibandingkan Zain dan Zay.
"Nanti kalo mau jemput anak-anak aku ikut ya sayang, soalnya aku mau beli jajanan di dekat sekolah mereka." Sean mengusap lembut kepala Sonia.
"Iya sayang."
Saat akan memasuki gerbang rumahnya, Sonia dipanggil oleh Laura yang saat ini sedang menggendong Benicio, anak bungsu Laura dan Vanno yang saat ini berusia 2 tahun.
"Ada apa Laura?" tanya Sonia.
"Bikin bubur putih yuk Son, aku lagi pengen, semalam aku bikin sendiri eh malah gagal, Benicio ketagihan makan bubur bikinan kamu," ujar Laura.
"Oke deh, kita masak di mana?"
"Di rumah aku aja." Sonia memandang Sean, Sean mengangguk membolehkan istrinya itu memasak ke rumah Laura.
Sonia kali ini hanya hamil anak tunggal, jadi ukuran perutnya tidak sebesar dulu waktu hamil si kembar.
Mereka berdua masak dengan santai sambil sesekali mendengarkan ocehan dari Benicio.
"Udah matang nih, siap kita santap ini buburnya," seru Sonia.
"Yeee." Benicio sangat gembira melihat bubur yang dia inginkan sudah matang.
"Nanti kita main ke rumah Angel yuk sambil lihat baby Hana, dia semalam chat aku, bilang kalau lagi pengen makan bubur putih ini," ajak Laura.
"Boleh tuh, nanti setelah anak-anak kita pulang sekolah aja kita perginya."
"Boleh juga, nanti Vanno aku suruh pulang cepat, biar aku ada temannya."
Angel baru saja melahirkan seorang bayi perempuan, sekarang baru berusia satu bulan. Kebahagiaan Kenzo kini lengkap sudah, dia memiliki anak yang tampan dan cantik, kehidupannya bersama dengan Angel juga begitu bahagia.
"Fian apa kabar ya dia? Apa Naima akan melahirkan juga?"
"Belum Laura, kandungan Naima saat ini baru berusia delapan bulan, mereka baik-baik aja kok."
"Btw anak nya Fian ganteng banget ya si Rayyan."
"Iya, muka si Fian banget yang diturunin, kadang ya kalau aku lagi video call sama Naima, Rayyan nggak pernah mau ketinggalan dan ujung-ujungnya yang bakalan ngobrol ya si kembar sama Rayyan."
Mereka saling tertawa karena memang selama ini hubungan mereka terjalin dengan baik walaupun mereka tinggal berjauhan.
Sedang asik ngobrol, mereka melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 11 siang, mobil Vanno juga sudah terdengar memasuki pekarangan rumah. Sonia dan Laura berjalan keluar rumah, Laura menyambut suaminya.
"Ada apa kamu nyuruh aku pulang cepat sayang?" tanya Vanno yang tadi mendapatkan pesan dari Laura.
"Aku mau ajak kamu ke rumahnya Angel, aku pengen liat baby Hana." Vanno mengusap dan mencubit ujung hidung mancung Laura.
"Aku pikir kamu kenapa, tiba-tiba nyuruh cepat pulang." Laura hanya cengengesan.
"Aku pulang dulu ya, aku mau jemput anak-anak."
"Biar aku aja yang jemput Son, biar sekalian."
"Aku aja nanti yang bawa Gaby sama Hazi, soalnya aku pengen nyari jajanan di dekat sekolah anak-anak." Sonia tersenyum.
"Lebihin ya Son." Vanno mengusap kepala Laura saat melihat mata Laura berbinar mendengar jajanan.
"Tenang, aman kok."
Sonia dan Sean bersiap untuk menjemput anak-anak mereka, selama ini memang Sean dan Vanno sering bergantian menjemput anak-anak mereka, karena sekolah mereka sama. Hazi juga sekolah di lingkungan itu karena sekolah anak-anak itu mulai dari TK sampai SD.
Sonia dan Sean turun dari mobil, mereka sudah ditunggu oleh anak-anak di halaman sekolah, Zoya langsung berlari dan memeluk Sean, mata Zoya terlihat sembab.
"Kamu kenapa nak?" tanya Sean pada Zoya, anak itu hanya menggeleng lemah dan menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Sean.
"Papa, tadi Zoya didorong sama Rani dan Nini dari ayunan, itu lutut dan tangan Zoya luka tapi udah diobati kok sama bu guru," jelas Gaby pada Sean.
Anak-anak Vanno memang memanggil Sonia dan Sean dengan sebutan 'mama-papa' begitu juga dengan anak-anak Sean yang memanggil Laura Vanno dengan sebutan 'mommy-daddy'. Karena memang mereka dibesarkan dilingkungan yang sama sedari kecil, jadi mereka layaknya bagaikan keluarga.
"Nanti papa obati Zoya ya, jangan nangis lagi." Sean mengusap punggung putrinya dan Zoya berhenti menangis.
"Yuk kita pulang, nanti kita akan main ke rumahnya Zeno. Siapa yang mau ikut?" seru Sonia, semua anak-anak itu sangat bahagia dan antusias kecuali Zoya yang saat ini ada di gendongan Sean.
Sonia dan anak-anak membeli jajanan terlebih dahulu, mereka makan di atas mobil dengan lahap, Zoya masih terus memeluk Sean yang tengah mengemudi, Sean sama sekali tidak terganggu dengan putrinya, selama ini memang Zoya begitu manja pada Sean.
Sesampainya di rumah, Vanno menjemput Gaby dan Hazi yang turun di halaman rumah Sean.
"Loh, Zoya kenapa? Kok nangis?" tanya Vanno ketika melihat mata Zoya sembab.
"Di jahatin sama temannya," jawab Sean.
"Rani sama Nini lagi?"
"Iya."
"Udah keseringan banget mereka nyakitin Zoya, tegur saja itu, kalau dibiarkan ya nggak bakalan jera mereka."
"Aku sudah bilang sama guru mereka tadi dan mereka sudah dikeluarkan dari sekolah itu." Memang saat Gaby mengadukan apa yang terjadi pada Zoya, Sean langsung menemui kepala sekolah dan meminta agar Rani dan Nini dikeluarkan dari sekolah itu karena hal ini bukan kali pertama mereka menyakiti Zoya tapi sudah kesekian kalinya.
"Baguslah kalau begitu."
"Tadi itu ya dad, aku jambak rambutnya Rani sama Nini dan mereka nangis. Telinga aku sakit dengar mereka nangis, terus aku sumpal deh mulut mereka pake gumpalan kertas." Gaby bercerita dengan bangga pada Vanno yang membuat Sonia, Sean dan Vanno menganga.
"Loh kok anak daddy ikutan jahat juga?"
"Gaby nggak jahat kok daddy, dia malah belain aku tadi dad," jawab Zoya yang sedari tadi hanya diam.
"Kok bisa Gaby bantuin Zoya? Kan kalian beda kelas," tanya Sonia.
"Tadi itu saat Zoya di dorong dari ayunan sama mereka, Fio kasih tau aku mama, terus aku samperin deh mereka, untung aja pas pulang tadi, Zain, Zay sama Hazi balas mereka jadi mereka juga terluka sama kayak Zoya." Sonia dan Sean kini menatap putra mereka, Vanno juga sama, dia menatap Hazi.