Siapa yang tidak menginginkan harta berlimpah. Segala keinginan dapat diraih dengan mudah. Tak heran banyak orang berfoya-foya dengan harta.
Berbeda dengan keluarga Cherika. Mereka menggunakan hartanya untuk menolong sesama dan keluarga.
Tapi tidak disangka, karena harta lah Cherika kehilangan harta keluarganya. Orang tuanya menghilang sejak mendapatkan kecelakaan. Hanya Cherika yang selamat.
Cherika kemudian tinggal bersama saudara ibunya. Dan tanpa sengaja, Cherika mendengar penyebab tentang kecelakaan orang tuanya.
Kabar apakah itu?
Ikuti jalan ceritanya !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 Toko 99
Nayyara membawa Dini ke toko yang akan segera dibukanya. Dini memperhatikan toko itu. Tampilannya sungguh jauh berbeda dari toko sebelumnya. Tidak terlihat angker seperti di bilang orang-orang.
Toko ini sangat besar. Terdiri dari dua lantai. Lantai pertama diisi dengan berbagai macam karpet dan juga spring bed. Lantai kedua diisi dengan berbagai keperluan rumah tangga seperti aneka sprei, handuk, gorden dan lain-lain.
Dini juga memanggil teman-temannya untuk membantunya bekerja di toko. Beberapa dari teman Dini adalah orang berpengalaman yang dulu juga pernah bekerja di toko Susi. Kenapa Susi sering sekali gonta ganti karyawan karena Susi terkenal pelit dan kasar kepada karyawan.
Nayyara melakukan sesi wawancara dan memberitahu mereka tentang gaji dan bonus yang akan mereka dapatkan dari Nayyara. Setelah tercapai kesepakatan, besok Dini dan teman-temannya mulai bekerja.
Nayyara juga menempatkan beberapa karyawannya yang ada di kantor AZ untuk membantu Dini dalam bidang keuangan dan juga administrasi toko.
...----------------...
Dan akhirnya, launching hari pertama Toko 99 dibuka. Dini mempromosikan Toko 99 di media sosialnya dan dibagikan oleh teman-temannya. Hari pertama pembukaan toko, menawarkan diskon 25 persen di semua barang.
Pembeli berjubel, barang pun banyak yang terjual. Selain harga yang murah, barang-barang di Toko 99 juga berkualitas.
Berita tentang pembukaan Toko 99 tersebar di mana-mana. Berita itu juga sampai ke telinga Susi. Susi melihat isi Toko 99 dari aplikasi tokotok. Susi ingin tahu, toko yang ingin bersaing dengan tokonya. Susi langsung menuju Toko 99 yang jaraknya tidak seberapa jauh dari tokonya.
Susi memakai kerudung dan juga masker. Susi masuk ke dalam Toko 99. Susi mengamati dan mencek harga yang ditawarkan Toko 99. Semua karpetnya premium harganya juga jauh lebih murah.
Susi juga naik ke lantai dua. Di toko Susi tidak ada barang-barang yang dijual di lantai dua. Susi mengambil satu sprei katun jepang yang harganya lebih murah di pasaran. Susi baru menyadari, di Toko 99 barangnya lebih lengkap dan lebih murah. Pantas saja, orang berbondong-bondong datang memborong.
Susi ingin turun ke lantai bawah membayar barang belanjaannya. Susi melihat Dini yang sedang membantu pembeli di lantai dua. Setelah diperhatikan, pembeli itu adalah langganan Susi yang biasa membeli dalam jumlah banyak untuk dijual kembali.
"Oh, ternyata ini rencananya. Membocorkan rahasia harga toko, merebut pelanggan dan siapa di sana, oh, dia juga mengajak teman-temannya yang gue pecat!" Susi bergumam.
Dini menuju tangga hendak turun ke lantai satu. Susi merencanakan sesuatu. Ketika Dini melangkahkan kakinya ke anak tangga pertama, Susi bersiap-siap mendorong Dini. Tapi tak disangka-sangka, Dini ketinggalan sesuatu, langsung berbalik tanpa melihat Susi.
Susi kaget, kehilangan keseimbangan. Susi berusaha berpegangan pada pegangan tangga tapi tidak terjangkau. Susi jatuh berguling-guling dari lantai dua ke lantai satu. Susi tidak sadarkan diri.
Semua orang berkerumun menyaksikan Susi. Satpam dan beberapa karyawan toko membawa Susi yang tergeletak di lantai ke rumah sakit terdekat untuk diperiksa menggunakan mobil operasional toko.
Dini melaporkan kejadian di toko kepada Nayyara. Nayyara meminta Dini untuk pergi ke rumah sakit duluan, mereka akan bertemu di sana untuk menjenguk pengunjung yang terjatuh dari tangga.
Dalam waktu yang bersamaan, Dini dan Nayyara tiba di rumah sakit. Satpam dan dua orang karyawan yang sedari tadi menunggu mereka berdua langsung membawa Dini dan Nayyara ke ruang perawatan. Pengunjung itu sudah sadarkan diri.
"Bu Susi?" Dini kaget saat tahu Susi lah orang yang terjatuh itu.
Nayyara tersenyum. Ternyata Susi datang lebih cepat dari dugaannya.
"Kamu! Kamu yang mendorongku di tangga! Saya tuntut kamu!" Ancam Susi.
"Sumpah! Saya tidak mendorong Ibu!" Dini membela diri.
"Akan saya adukan ke Bos kamu! Biar dia tau, orang macam apa kamu!"
"Bu Nayyara, sumpah, bukan saya," Dini meyakinkan Nayyara.
"Halo Ibu. Saya Nayyara, Bosnya Dini. Bisa Ibu jelaskan bagaimana kejadiannya?" tanya Nayyara.
Dengan berapi-api, Susi mengatakan, Dini dengan sengaja mendorongnya ketika sedang belanja di lantai dua. Dini dendam karena Susi telah memutuskan hubungan kerja dengan Dini.
Susi juga berusaha memprovokasi Nayyara, Dini bukan karyawan yang baik. Dini licik. Dini membocorkan harga toko Susi ke toko lain agar bisa mengalahkan toko Susi. Bukan hanya itu, Dini juga mengambil beberapa karyawan untuk bekerja bersamanya di toko lain.
"Berhati-hatilah, sebentar lagi, Anda akan kehilangan karyawan dan dia akan mengambil semua pelanggan Anda!" Kata Susi penuh amarah.
"Maaf, Bu Susi. Selama ini saya diam karena Anda atasan saya. Tapi, Anda bukan siapa-siapa bagi saya. Semua yang Anda tuduhkan itu salah!"
"Maling mana yang mau ngaku!" Teriak Susi.
"Anda sama sekali tidak bisa menjalankan toko. Karena apa? Manajemen yang buruk, hutang toko yang berlebihan, penetapan harga yang salah," sahut Dini.
Dini yang dulu salah satu orang kepercayaan Susi juga memberitahu Nayyara, uang yang selama ini Susi gunakan untuk memenuhi gaya hidupnya adalah uang hasil penjualan perhiasan. Susi banyak mendapatkan perhiasan warisan. Bukan penghasilan dari tokonya.
Perhiasan? Apa jangan-jangan perhiasan mama? Nayyara bicara dalam hati.
Susi minta pertanggungjawaban Dini dan meminta Dini membayar biaya rumah sakit. Susi juga meminta Dini mengembalikan uang hasil penjualan karpet yang dicurinya.
Nayyara akan mengganti semua biaya perawatan rumah sakit asalkan terbukti itu adalah perbuatan Dini. Nayyara mengambil tab dan memeriksa CCTV Toko 99. Susi terlihat panik dan pucat. Susi sebelumnya tidak memikirkan adanya CCTV di sana.
Nayyara menaruh tab di atas meja samping tempat tidur Susi. Nayyara memutar rekaman CCTV. Susi dan orang-orang yang ada di dalam ruangan. Terlihat dari beberapa kamera CCTV, Susi terlihat ingin mendorong Dini.
"Ternyata Anda yang ingin mendorong saya!" Dini melotot ke arah Susi.
"Bagaimana Bu Susi? Apa Anda akan menuntut Dini? Silakan saja. Dan, Bu Susi juga harus bersiap. Kami akan menuntut balik ibu, atas percobaan penganiayaan, pencemaran nama baik," kata Nayyara.
"Dan, satu hal lagi yang perlu Anda ketahui. Semua percakapan kita, sudah saya rekam. Apakah Anda ingin rekaman ini bocor?"
"Apa kamu juga mengancam saya!" Susi dengan kesalnya menatap ke arah Nayyara.
"Ya, tentu saja. Sebagai pemilik toko, sudah seharusnya saya membela karyawan saya. Saya akan sebar di sosial media, seorang pemilik toko karpet datang ke toko mantan karyawannya. Dia berniat Ingin melukai mantan karyawannya. Bu Susi, sudah siapkah Anda untuk viral?" Nayyara mengernyitkan keningnya.
Susi mengepalkan kedua tangannya. Niat hati ingin membuat perhitungan kepada Dini malah dipermalukan oleh bosnya Dini.
"Baiklah, saya mengaku salah. Saya ingin berdamai," ucap Susi yang terlihat tidak ikhlas.
"Bagaimana Dini? Apa kamu menerima damai dari Bu Susi?" tanya Nayyara.
Dini menatap lama ke arah Susi. Dini masih melihat keangkuhan di wajah Susi. Tidak ada rasa penyesalan sama sekali. Dini membayangkan, seandainya saja dia hari ini terjatuh dari tangga apa Susi mau bertanggungjawab.
"Maaf, saya tidak menerima," jawab Dini.
"APAAAAAAAAAAA!" Susi tersulut emosi.
PRAAAAAANG!
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...