Kisah ini berasal dari tanah Bugis-Sulawesi yang mengisahkan tentang ilmu hitam Parakang.
Dimana para wanita hamil dan juga anak-anak banyak meninggal dengan cara yang mengenaskan. Setiap korbannya akan kehilangan organ tubuh, dan warga mulai resah dengan adanya teror tersebut.
Siapakah pelakunya?
Ikuti Kisah selanjutnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cenning Rara Sang Pemikat
Andi Enre tercengang. Ia masih merasa penasaran, sebab tas ransel itu sudah ada ditangan para mafia tambang, dan mereka adalah orang-orang yang kejam dan dapat membunuh kapan saja, tetapi bagaimana sang istri mendapatkannya?
Sesaat rasa curiga mulai menggerogoti hatinya. "Apakah Daeng tidur dengan mereka demi mendapatkan biji emas ini?" tudingnya pada sang istri.
Jika memilih, ia rela kehilangan dua puluh milyar yang tidak dibayar ketimbang harus mengetahui istrinya tidur bersama pria lain.
Daeng Cening tersenyum dengan sangat tipis, ia tahu apa yang menjadi kekhawatiran suaminya.
"Tenanglah, Lakkai, Daeng tidak akan melakukan hal itu, bagiku kamu adalah lakkai yang istimewa, maka jangan pernah meragukan kesetiaanku. Ayo kita pulang, lakkai akan lihat sesuatu dijalan nantinya," ucap Daeng Cening dengan sangat santai.
Anehnya, Andi Enre seolah cinta mati terhadap sang istri, sehingga ia tidak dapat membantah apapun. Hati dan jiwanya seperti terikat oleh sesuatu yang sangat dalam terhadap sang istri, baginya, Daeng Cening adalah wanita tercantik dan terhebat yang pernah ia temui, sehingga membuatnya tidak menyadari hal aneh sekecil apapun itu.
Andi Enre menganggukkan kepalanya, ia bagaikan kerbau yang dicocok hidungnya, mematuhi segala apa yang dikatakan oleh sang istri.
Ketika Andi Enre didalam kamar mandi, Daeng Cenning beranjak dari tepian ranjang, dan berdiri mematut dirinya sendiri, lalu tersenyum seringai.
Perlahan ia membaca sebuah mantra yang terkenal dari daerah suku Bugis dan matanya tajam menatap pada cermin. Perlahan ia memejamkan kedua matanya, lalu membayangkan wajah Andi Enre yang sedang membersihkan tubuhnya didalam kamar mandi.
"Laku ba’ra ba’ra sai
ba’rana daeng sijalling
kuni jalling kuni toa
ku ni pasa’la rinringang
ata karaeng memmuji ngaseng
Anging lao anging rewe matuppu sepe-sepe
palettukengnga uddanikku lao ri … (Andi Enre)
narekko mattinroi teddurekka, marekko motoi obbirengnganarekko ciyai lao, iya’pa lao Kuniakkangi kuputara nyawanya (Andi Enre) "
Wanita itu membacakan dua mantra sekligus, dan tentu saja hal itu membuat sang pria tak dapat lepas dari Darng Cening.
Apapun yang dikatakannya, dan apapun yang dilakukan oleh sang istri, semuanya adalah kebenaran, tak ada salah sedikitpun dimatanya, ditambah lagi, baginya Daeng Cening adalah sosok wanita tercantik yang pernah ia temui.
Deeeeegh
Andi Enre yang sedang mengguyurkan tubuhnya menggunakan shower terdiam sejenak. Tiba-tiba saja hatinya merasa sesuatu ada yang merasuk dengan cepat dan menetap disana.
"Daeng Cening," bisiknya dengan lirih. Hatinya semakin mencinta, dan tak dapat lepas sejenak pun dari sang wanita.
Andi Enre sendiri merupakan seorang pria tampan dan pekerja keras.
Keluarganya merupakan orang terpandang. Meskipun begitu, ia tidak mengandalkan orangtuanya, ia suka bekerja sebagai pengambil tepung sagu, sedangkan Ambo Uleng sang ayah merupakan penambang pasir.
Akan tetapi, pernikahan Andi Enre dan Daeng Cening tak mendapat restu, sebab sang wanita merupakan orang tak berpunya, sehingga membuat Andi Lalo tak sudi memberikan uang Panai padanya.
Akan tetapi, Andi Enre sudah cinta mati terhadap Daeng Cening, sehingga apapun akan ia lakukan untuk demi menikahi gadis pujaannya, bahkan meninggalkan keluarganya demi sang istri.
Andi Enre bergegas menyelesaikan mandinya, lalu keluar dari kamar mandi, dan sesaat ia melirik sang istri yang sudah selesai dengan berdandannya.
Saat menatap sang istri, Andi Enre merasakan hatinya bagaikan meleleh, tak dapat menahan gejolak cinta yang membara.
"Ayo, Sayang. Kita pulang, ada pembeli biji emas yang sesungguhnya, dan ia akan datang ke rumah," ungkap.Daeng Cening dengan sangat lembut, dan ia menghampiri sang suami, lalu menyesap bibir sang pria, sehingga membuat pria itu semakin tak berdaya.
"Aku mencintaimu, Daeng, jangan pernah tinggalkan aku, karena aku bisa mati tanpamu, separuh jiwaku telah ku serahkan padamu" kalimat itu muncul seketika saat wanita itu melepaskan sesapannya.
Baginya, tanpa Daeng Cening, ia tidak akan pernah dapat menjalani hidupnya, semua hal adalah tentang sang istri.
"Aku tau itu, Sayang. Aku juga mencintaimu, dan kamu adalah pria satu-satunya pria yang bertahta dihatiku, jangan pernah ragukan cintaku padamu."
Mendengar kata gombalan dari sang istri, Andi Enre tak dapat berkutik, dunianya sudah tunduk dibawah kaki Daeng Cening.
Mantra pemikat itu pula yang membuat Andi Enre selalu merasakan kepuasan saat mereka beradu diranjang, baginya, seluruh hidupnya ia serahkan pada sang Daeng Cening.
Bahkan Andi Enre tidak lagi bertanya, mengapa Daeng Cening dapat menemukan pembeli yang katanya akan datang kerumah untuk membeli biji emas hasil tambangnya.
*********
Keduanya meninggalkan hotel, saat diperjalanan, ia melihat bangkai mobil yang sudah hangus terbakar, bersama dengan tiga orang didalamnya yang sudah menjadi abu.
Malam tadi para pemadam kebakaran sudah mengerahkan dua unit mobil untuk memadamkan api, tetapi tidak dapat dipadamkan, begitu juga dengan racun api yang digunakan juga tak dapat memadamkan mobil tersebut.
Saat ketiga orang itu sudah menjadi abu, maka mobil akhirnya padam seniri.
"Ada mobil yang terbakar," ucap Andi Enre sembari mengendari motornya dan menoleh sejenak lalu kembali fokus pada jalanan.
"Ya." bisik Daeng Cening, lalu mengeratkan dekapannya pada suami, serasa dunia milik mereka berdua, dan yang lainnya menumpang saja.
Bisikan lembut ditelinga Andi Enre, membuat ia melupakan segala pertanyaaan yang tadi muncul dihatinya.
Ditempat lain, Andi Lalo sedang menghitung jumlah pemasukan mereka hari ini.
"Ammak, sudah dengarkah tentang kabar abang Enre?" Andi Anni tiba-tiba datang dari arah belakang dengan perutnya yang semakin turun, ia sudah mendekati hari perkiraan lahir untuk sang buah hatinya.
"Ammak tidak mau dengar apapun tentang abangmu! Dia sudah berani membangkang demi perempuang itu!" amarah Andi Lalo terlihat begitu menyala dihatinya, dan jika saja dipantik sedikit, maka akan menciptakan kobaran yang dapat menghanguskan.
"Aku dengar abang sudah punya tambang emas, berarti itu tandanya kalau abang Enre akan jadi orang kaya," ucap Andi Anni dengan bersemangat.
Andi Lalo menatap puterinya. "Kamu tahu dari mana?" tanya wanita itu dengan nada penasaran.
Andi Anni mengambil ponselnya, lalu menggeser layarnya, dan memperlihat sebuah postingan distatus WA abangnya yang memperlihatkan tempat penambangan emas miliknya.
"Bagaimana mungkin ia memiliki alat penambang yang harganya cukup mahal, darimana ia mendapatkan modal itu? Apakah istrinya sudah ada memakan korban ditempatnya yang baru?!" ucap wanita itu dengan sinis.
~Suku Bugis adalah suku Melayu, dan hal ini menyebabkan Bahasa Indonesia diambil dari Suku Melayu, sebab penyebaran Melayu ada hampir diseluruh wilayah Indonesia. Hanya saja, pengambilan Bahasa Indonesia berasal dari Bahasa Melayu-Riau- Dumai pesisir yang merupakan ibu dari Bahasa Indonesia.
~Harap bijak dalam membaca, jangan mengamalkan mantra yang Author tulis untuk hal-hal yang merugikan, ini hanya cerita hiburan, resiko tidak ditanggung.