NovelToon NovelToon
TERJEBAK DALAM LUKA DAN HASRAT

TERJEBAK DALAM LUKA DAN HASRAT

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Romansa
Popularitas:7.5k
Nilai: 5
Nama Author: Reetha

Sudah 12 tahun sejak Chesna Castella Abram tidak lagi pernah bertemu dengan teman dekatnya saat SMA, Gideon Sanggana. Kala itu, Gideon harus meninggalkan tanah air untuk melakukan pengobatan di luar negeri karena kecelakaan yang menimpanya membuat ia kehilangan penglihatan dan kakinya lumpuh, membuatnya merasa malu bertemu semua orang, terutama Chesna. Di tahun ke 12, saat ia kini berusia 27 tahun, Gideon kembali ke tanah air, meski kakinya belum pulih sepenuhnya tapi penglihatannya telah kembali. Di sisi lain, Alan saudara kembar Chesna - pun memiliki luka sekaligus hasrat mengandung amarah tak terbendung terhadap masa lalunya sejak lima tahun silam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reetha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26 Kedatangan nenek

Sore di taman keluarga Sanggana terasa begitu damai, seakan waktu sengaja melambat hanya untuk dua insan yang duduk bersebelahan di bangku kayu itu.

Angin mengelus lembut dedaunan. Chesna duduk dengan tenang di sisi kiri, rambutnya bergerak mengikuti semilir angin, sementara Gideon di sebelahnya tampak lebih rileks dari biasanya.

Tak ada kata yang perlu diucapkan; cukup tatapan singkat yang saling bertemu di antara jeda napas mereka. Ada rasa nyaman, sedikit mengulang kembali apa yang pernah mereka lewatkan bertahun-tahun lalu, sebelum dunia sempat memisahkan.

Namun, keindahan sore itu terhenti seketika ketika suara tongkat menghentak pelan dari arah jalan setapak.

Suara itu begitu khas, pelan tapi menekan, seperti ketukan waktu yang tidak bisa dihindari.

Gideon menoleh, dan senyumnya langsung memudar. Dari arah rumah, sosok perempuan tua berjalan perlahan, rambut peraknya disanggul rapi, sorot matanya tajam namun dingin.

Nyonya besar Sanggana, sang nenek yang selama ini lebih dikenal dengan ketegasannya, juga kasih sayangnya, berdiri di depan mereka dengan ekspresi yang sulit diterka.

Tatapannya bergeser dari Gideon ke Chesna, lalu kembali lagi pada cucunya. “Aku kira, setelah semua yang terjadi, kau belajar untuk berhati-hati, Gideon,” ucapnya datar, tapi dinginnya mampu menembus dada siapa pun. “Dan kau, Nona Abram… sungguh berani datang ke rumah ini.” Kata-katanya seperti duri yang halus tapi dalam, membuat udara di sekitar mereka mendadak menegang.

Gideon menunduk, menahan diri agar tidak terpancing, sementara Chesna hanya diam, mencoba menenangkan debar di dadanya yang tiba-tiba tak karuan.

Sang nenek melanjutkan, kali ini suaranya sedikit bergetar, bukan karena lemah, tapi karena kemarahan yang sudah lama dipendam. “Kau tahu, dulu cucuku hampir kehilangan nyawanya karenamu. Kecelakaan itu bukan hal kecil, dan sampai hari ini… luka itu belum sepenuhnya sembuh. Aku tidak akan membiarkan sejarah berulang.” Tatapan tajamnya menancap langsung ke arah Chesna.

Gadis itu hanya bisa membalas dengan pandangan tenang, meski hatinya remuk.

Angin sore yang tadi lembut kini terasa dingin, menusuk kulit. Semua ketenangan, tawa, dan rasa hangat di taman itu seketika lenyap, digantikan kesunyian yang berat.

Gideon menggenggam tongkatnya erat, matanya menatap lurus ke depan tanpa suara, antara ingin membela dan takut melawan. Dan di tengah bentangan cahaya senja yang semakin pudar, satu hal terasa jelas, tidak semua luka bisa disembuhkan oleh waktu, terutama luka yang terus diingatkan oleh orang lain.

Gideon berdiri perlahan, tongkatnya menekan tanah, mencoba menstabilkan tubuh yang mendadak terasa lemas. Tatapannya terarah pada neneknya, wanita yang sepanjang hidup ia hormati, tapi kini menjadi satu-satunya penghalang antara dirinya dan perempuan yang begitu ia sayangi sepenuh hati.

“Nenek…” suaranya pelan, nyaris seperti bisikan, tapi cukup untuk memecah keheningan yang kaku. “Tolong jangan bicara seperti itu.” Nada suaranya berusaha tenang, namun jelas ada getar di ujungnya, tak sanggup membiarkan nama Chesna diinjak di depan matanya.

Nyonya besar menatap cucunya dengan pandangan menusuk. “Kau sudah lupa, ya? Luka yang ia bawa dulu hampir merenggut hidupmu! Dan sekarang kau membiarkan dia masuk lagi ke rumah ini seolah tak ada apa-apa?”

Chesna, sejak awal, memilih diam. Bukan karena takut, melainkan karena tahu, tak ada kata yang bisa melunakkan hati yang telah lama membeku. Ia menunduk, menahan perih di dada.

Udara di sekeliling terasa berat, seperti langit sore yang sebentar lagi akan menumpahkan hujan. Gideon melangkah maju, sedikit gemetar tapi tegas.

“Nenek, aku yang memintanya datang,” katanya, menatap lurus tanpa berani menantang. “Aku yang ingin dia tetap di sisiku untuk menyelesaikan terapi ini. Semua yang terjadi di masa lalu, aku pun bagian dari kesalahan itu.”

“Diam!” sergah sang nenek. Tongkatnya menghantam ringan tanah, tapi cukup keras. “Kau tak tahu apa yang kau katakan, Gideon. Ia hanya membawa sial. Aku tidak mau melihat gadis ini masuk ke sini lagi!”

Kata “gadis ini” membuat dada Chesna sesak. Sekuat tenaga ia mencoba menahan air mata yang mulai memanas di pelupuk.

Gideon menoleh padanya, matanya memohon. “Chesna, jangan dengarkan. Tolong, tunggu dulu,” ucapnya lirih. Tapi Chesna menggeleng, senyumnya pahit dan getir, seolah ingin mengatakan, biarkan aku pergi sebelum semuanya semakin menyakitkan.

Langkahnya perlahan, tapi pasti. Setiap langkah terasa seperti robekan kecil di dada Gideon. Ia hendak menyusul, namun ketika mencoba melangkah, sang nenek lebih dulu menghalanginya.

“Cukup, Gideon.”

Nada itu dingin, tapi berwibawa. Tongkat di tangan sang nenek kini berdiri tegak di depan tubuh Gideon, seperti palang besi yang tak bisa ditembus.

Gideon menatap ke arah Chesna yang kini berjalan menjauh. Ia ingin berteriak, ingin berlari mengejarnya, tapi tongkat di tangan neneknya tetap tak bergeming.

“Dia bukan untukmu, Gideon,” ucap sang nenek lirih, tapi tajam seperti pisau yang menutup luka sebelum sempat sembuh.

Gideon tak menjawab. Matanya menatap lurus ke arah tempat terakhir Chesna berdiri, lalu menunduk. Dalam keheningan itu, hanya terdengar deru napas tertahan. Gideon merasa benar-benar tak berdaya, bukan karena kakinya, tapi karena kehilangan yang tak bisa ia cegah.

Malam itu, di kediaman keluarga Sanggana.

Gideon duduk di tepi ranjangnya, masih mengenakan kemeja yang tadi ia pakai di taman. Lampu kamar menyorot sebagian wajahnya yang muram.

Di tangannya, tongkat yang tadi sempat dipegang oleh neneknya kini tergenggam erat, begitu kuat.

Ia menatap benda itu lama sekali, seolah di sanalah letak semua ketidakberdayaannya.

“Bahkan untuk menahannya pun aku tak mampu,” gumamnya lirih.

Napasnya terasa berat, menekan dada yang sudah terlalu penuh oleh rasa sesal. Semua kenangan sore itu, tawa kecil Chesna, tatapan lembutnya saat menuntunnya berjalan, berulang kali muncul di kepala, seperti film yang tak mau berhenti diputar.

Ia mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangan, lalu bersandar di kursi roda yang terparkir di sisi ranjang. Pikirannya kacau, tapi satu hal ia tahu, ia tak ingin menyerah.

“Jika kali ini aku diam, aku akan benar-benar kehilangannya,” bisiknya, suaranya parau namun ada tekad di dalamnya.

Di matanya, sekelebat pantulan api kecil mulai tumbuh, api keinginan untuk memperjuangkan apa yang membuat hidupnya berarti lagi.

Sementara itu…

Di dalam mobil yang melaju pelan di bawah langit malam, Chesna duduk diam di belakang setir.

“Kenapa harus sesakit ini…” ucapnya tanpa suara. Air matanya tumpah begitu saja.

Bayangan Gideon kembali muncul, tatapan mata yang memohon, wajah yang mencoba tersenyum di tengah amarah neneknya.

Ia tahu Gideon tidak bersalah. Ia tahu Gideon bahkan mencoba melindunginya. Tapi kenyataan tetap menamparnya keras, ia tidak diterima.

Dan yang paling menyakitkan, ia harus pergi sebelum sempat mengatakan, “Aku juga ingin tetap di sisimu.”

Mobil berhenti di lampu merah, dan sejenak Chesna memalingkan wajahnya ke luar jendela. Di sana, sepasang kekasih berjalan bergandengan di trotoar, tertawa ringan, seperti dunia mereka hanya berisi kebahagiaan.

Pemandangan sederhana itu membuat dadanya makin sesak.

Ketika lampu hijau menyala, mobil kembali melaju. Tapi di hati Chesna, langkahnya terasa semakin berat. Ia menatap langit malam yang luas, mencoba tersenyum getir sambil berbisik,

“Kalau memang kita ditakdirkan, mungkin waktu akan menuntun kita lagi.”

___

Bersambung ya kak.. oke tambah 1 lagi malam ini mohon di pantau.

1
RaveENa
aku kira neneknya chesna sama kek neneknya gideon/Grin/
Reetha: 🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
RaveENa
ini kenapa sihh para nenek2 kepo bgt,ikut campur bgt.
bukannya nikmatin hr tua,ehh malah ikut campur urusan cucu2 nya/Left Bah!/
thor lidya biang gosip ya,apa2 selalu aja tau/Facepalm/
Reetha: 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
Dar Pin
haduh bangun tidur dibuat spot jantung 😄💪
Nurminah
sudah bau tanah aja bikin rusuh ceptin mati aja Thor nenek peot nya nyusahin aja
RaveENa: bikin emosi ya kak tu nenek2
total 1 replies
Dar Pin
haduh ada aja yg ngalangin 🤣
Nurminah
lanjutkan makin seruuuu
Eva Karmita
so sweet nya 💓💓💓💓💓💓💓😍
Mela Nurmala
slalu ingin baca... utk alan diperbanyak jg ya thor. penisirin pengen alan cepet2 tau klo di pny anak ternyata😄
Dar Pin
meleyot Thor hatiku tunggu gebrakan Alan nih ayo jangan kalah dengan pasangan satunya 👍😄
Ophy60
Alan....kerahkan orang² mu untuk mencari. Shenia sudah didepan mata.
Dar Pin
ayo Alan berjuang semoga cepetan ketemu titik terang biar bisa kumpul menjadi keluarga 💪😄
Dar Pin
deg deg hatiku Thor lanjut 💪
Umi Kolifah
ayo Thor pertemukan keduanya agar si kembar bisa sama2 membina keluarga yang bahagia
Nurminah
aku kira bakal kehamilan simpatik biar alan tambah gencar nyari sherina tau bakal jadi ayah
tari
ayo thor pertemukan alan dan shenia
tari
bacanya sambil senyum senyum nih thor😀🥰
RaveENa
meleyot aq bacanya...seneng bgt kl disuguhin yg manis2 kek gini.
thor kapan giliran alan??
Dar Pin
ketawa terus bawaannya thor JD semangat nunggu lanjutannya kawal sampai halal chesna Gidion 💪😄
Iin Wahyuni
lanjut thor💪
Dar Pin
mudah mudahan cepet ketemu Alan dan shenia ya JD ikut gregetan nih lanjut Thor 💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!