Rachel, mendapatkan kiriman undangan kekasihnya dengan wanita lain. Saat ingin meminta penjelasan, sang kekasih malah sedang berselingkuh. Patah hati, dia memilih pergi ke klub malam. Namun seorang pria yang dia kenal, adalah mantan kekasih wanita lain itu datang padanya. Memberinya tawaran yang mengejutkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irawan Hadi Mm, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 26
Tok tok tok
"Nyonya... ada paket"
Rachel yang sedang luluran di dalam kamar pun terperanjat. Dia menoleh ke arah pintu kamar mandi yang terbuka.
"Iya sebentar" kata Rachel yang langsung mencuci tangannya.
Rachel berjalan perlahan, karena kakinya juga sudah penuh dengan lulur yang memang dia gunakan sebagai persiapan seperti yang di katakan oleh Sagara.
Ceklek
Mata Marimar melebar. Melihat nyonyanya yang seluruh tubuhnya penuh dengan lulur.
"I.. ini nyonya" kata Marimar.
Rachel langsung meraih bungkusan itu dan mengucapkan terima kasih pada Marimar.
"Terimakasih Marimar" kata Rachel yang langsung kembali menutup pintu.
Marimar pun tampak tersenyum setelah Rachel menutup pintu.
"Ya ampun, pasangan pengantin baru. So sweet sekali, Nyonya pasti perawatan untuk menyenangkan tuan hi hi hi" gumam Marimar yang malah heboh sendiri.
Dan tak terasa, waktu berlalu begitu cepat bagi Rachel.
Ketika dia melihat langit mulai gelap, dia yang hanya menghabiskan waktu rebahan di tempat tidur mengumpulkan tenaga seperti yang di sarankan di internet dan mendesign sedikit di aplikasi design ponselnya benar-benar merasa kalau waktu berlalu terlalu cepat.
"Kenapa sudah malam saja" keluhnya.
Apalagi ketika Rachel mendengar suara mobil yang masuk ke pekarangan rumah Sagara.
"Itu pasti dia! ya ampun!" pekikan Rachel yang langsung menutup wajahnya dengan bantal.
"Aku harus apa?" ucapnya lagi kebingungan.
Tapi setelah berpikir, Rachel pun akhirnya menarik bantal yang menutupi wajahnya.
"Kenapa aku pusing, kamar kami terpisah. Dia juga tidak akan langsung datang kemari kan? kami juga masih harus makan malam, dia juga pasti akan mandi dulu, menyelesaikan pekerjaannya dulu seperti biasanya kan? hah masih banyak waktu" kata Rachel mencoba menghibur dirinya sendiri.
Tapi memang biasanya seperti itu, setelah Sagara pulang kerja. Biasanya pria itu akan menghabiskan waktu yang lama untuk bersih-bersih. Lalu makan malam, belum lagi kalau ada pekerjaan yang belum selesai, pria itu bisa berjam-jam di ruang kerja.
Rachel pun menghela nafas lega. Tapi baru saja dia merebahkan kembali tubuhnya di tempat tidurnya yang sangat nyaman itu. Terdengar suara pintu terbuka.
"Hah..." Rachel langsung bangun dan terduduk di atas tempat tidur.
Siapa lagi yang berani masuk kamarnya tanpa mengetuk pintu selain pemilik rumah ini.
"Mas, kenapa tidak mengetuk pintu. Bagaimana kalau aku sedang... sedang..." Rachel menjeda kalimatnya.
Dia pikir apa yang akan dia katakan tidak beralasan. Dia mau mengatakan kalau bagaimana jika dia sedang berganti pakaian seperti waktu itu. Tapi mau di lihat juga kan Sagara itu suaminya. Sah sah saja bagi Sagara melihat seluruh tubuh Rachel.
Sagara mengerti apa yang di maksud Rachel. Tapi dia memasang wajah yang sangat biasa.
"Sedang apa? aku hanya mau mengingatkan. Setelah makan malam, datanglah ke kamarku" kata Rachel yang langsung berbalik dan pergi.
Rachel masih berdiri diam di tempatnya dengan wajah melongo.
"Apa katanya? datang ke kamarnya? kenapa tidak di sini? ya ampun, kenapa aku merasa seperti wanita panggilan saja.. eh, aku ngomong apa sih!"
Rachel benar-benar frustasi sendiri. Salah siapa juga sebenarnya dia tidak mau satu kamar sejak awal dengan Sagara kan.
Rachel melihat bungkusan paket yang bahkan belum dia buka di atas tempat tidurnya.
"Hais, aku pakai itu tidak ya?" gumam Rachel bingung.
Rachel pun keluar dari kamarnya dan menuju ke meja makan. Makan malam kali ini berlangsung dengan sangat tegang. Tidak ada yang bicara, Rachel bahkan sempat kaget mendengar suara sendoknya yang mengenai piringnya sendiri dengan lumayan keras.
Sagara melihat semua itu. Diam-diam dari sudut matanya, dia memperhatikan Rachel yang tampak sangat tegang.
'Apa dia masih perawann, kenapa dia gugup sekali. Dia sudah pacaran selama empat tahun kan? mustahil dia masih tersegel' batin Sagara.
Dari pengalamannya sendiri, baru empat bulan pacaran dengan Hani saja waktu itu, di hari ulang tahun Hani yang ke 17, wanita itu sudah memberikan kesuciannya pada Sagara. Itulah yang membuat Sagara sangat setia dan berjanji akan selalu melindungi, menjaga dan mencintai Hani sepenuh hatinya. Karena wanita itu juga menerima sesuatu yang menurut Sagara sangat berharga dalam hidupnya untuk Sagara.
Sayangnya, Hani bahkan tidak menganggap hal itu cukup berharga bagi dirinya sendiri. Itulah kenapa Sagara bertahan selama 10 tahun dengan Hani. Dan hanya Hani satu-satunya wanita yang ada di hatinya saat itu.
"Aku sudah selesai!" kata Sagara yang langsung meletakkan sendok dan garpunya.
Rachel terkejut, dia menoleh ke arah Sagara, lebih tepatnya ke arah piringnya. Dan memang sudah kosong. Sementara piring Rachel masih sangat penuh dengan makanan.
Sagara berdiri dan berjalan menuju kamarnya. Rachel mendadak tidak berselera makan. Dia sangat gugup.
"Nyonya, apa anda ingin makan yang lain?" tanya Esmeralda.
Esmeralda bertanya seperti itu karena memang nyonyanya sejak tadi tidak terlihat makan dengan baik.
"Ah, tidak. Aku sudah kenyang. Maaf ya Esmeralda, makanan ini sangat lezat. Aku mungkin mengambilnya terlalu banyak" kata Rachel yang merasa tidak enak pada Esmeralda karena dia tidak menghabiskan makanannya. Hal itu di angguki Esmeralda dan di balas dengan senyuman dari asisten rumah tangga bagian dapur itu.
Rachel pun beranjak dari kursinya. Seperti yang di katakan Sagara tadi. Dia harus pergi ke kamar Sagara.
Rachel sudah berdiri di depan pintu kamar Sagara.
'Ketuk tidak, ketuk tidak?' Rachel sudah mengangkat tangannya, tapi masih ragu untuk mengetuk.
"Ya ampun, ini lebih menegangkan dan membuatku gugup daripada menerima laporan proposal di terima atau tidak oleh Miss Anindita" gumamnya.
Ceklek
Deg
Mata Rachel melebar ketika dia bahkan belum mengetuk pintu itu tapi pintu itu sudah terbuka.
Rachel bahkan menelan salivanya dengan susah payah ketika dia melihat suaminya, Sagara. Hanya mengenakan jubah tidur dengan dada yang terlihat begitu kuat dan kokoh. Rachel bahkan yakin kalau di sentuh, bagian dada Sagara itu akan sangat keras.
"Masuk" kata Sagara.
"A...Aku aku mau ganti baju dulu" kata Rachel yang memang sudah menyiapkan pakaian tadi.
"Tidak perlu, nanti juga akan di buka kan?" tanya Sagara yang langsung membuat jantung Rachel rasanya mau melompat keluar.
Rachel ingin melangkahkan kakinya masuk, tapi rasanya sangat berat. Kakinya seperti menempel di lantai.
"Haruskah aku selalu memberimu perintah berkali-kali, baru kamu lakukan?" tanya Sagara.
Dan entah bagaimana, kalimat yang di katakan Sagara itu membuat langkah Rachel menjadi ringan. Dia melangkah maju beberapa langkah, membuatnya masuk ke dalam kamar itu dengan kegugupan yang luar biasa.
Jantung Rachel semakin berdebar kencang, ketika dia mendengar Sagara menutup pintu kamarnya itu dan menguncinya.
***
Bersambung...