Anthony Chavez, ibunya Barbara, istrinya Dorothy dan kedua anak lelakinya Ethan Chavez dan Fred Chavez, ditemukan polisi sudah tidak bernyawa dengan tubuh lebam kebiruan di dalam kamar. Keempat jenazah itu saling bertumpuk di atas tempat tidur. Di dalam tubuh mereka terdapat kandungan sianida yang cukup mematikan. Dari hasil otopsi menyatakan bahwa mereka telah meninggal dunia lebih dari 12 jam sebelumnya. Sedangkan putri bungsu Anthony, Patricia Chavez yang masih berusia 8 bulan hilang tidak diketahui keberadaannya. Apakah motif dari pembunuhan satu keluarga ini? Siapakah pelakunya? Dan Bagaimanakah nasib Patricia Chavez, anak bungsu Anthony? Temukan jawabnya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bas_E, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21. Pengintaian (2)
Untuk beberapa saat mereka duduk berdiam di dalam mobil sambil terus memperhatikan situasi sekitar sekolah.
Kriuuukk...
Letnan Troy yang duduk di belakang kemudi, refleks menoleh ke arah datangnya suara.
"Astaga, Andre. Ada apa dengan perutmu?" Sambil tersenyum melihat rekan sejawatnya yang meringis dengan wajah memerah. Andre hanya menggaruk-garuk kepalanya yang tiba-tiba terasa gatal.
"Coba kau buka laci dashboard di depanmu. Kalau tidak salah aku masih menyimpan beberapa bungkus biskuit di sana."
Andre pun mengikuti instruksi rekannya. Ia membuka laci yang ada di dashboard mobil. Benar saja, beberapa bungkus biskuit coklat sandwich dengan berbagai varian rasa cream tersimpan di sana. Ia mengambil sebungkus dengan rasa vanila classic.
"Thanks, Bro. Kau memang superheroku." Sembari membuka bungkusan biskuit. "Bismillahirrahmanirrahim." Pelan terdengar Andre melafalkan doa singkat kemudian memasukkan biskuit kecil itu ke dalam mulutnya.
"Sssss.... Kau terlalu berlebihan." Troy mendesis mendapatkan pujian dari rekannya itu.
"Memang benar. Kalau kau tidak ada, entah bagaimana nasib perutku hari ini."
"Apakah kau tidak sarapan tadi?"
"Tidak. Tadi hanya sempat minum segelas kopi di kantor." Kemudian Andre menghela nafas kasar. "Hhhhh.. Aku sangat merindukan masakan Ibuku." Ucapnya pelan.
"Sebenarnya Ibumu pergi kemana?"
"Saat ini beliau bersama Ayahku sedang berada di Turki. Mengunjungi adik perempuanku yang baru saja melahirkan."
"Adikmu tinggal di Turki?"
"Iya. Sejak menikah dengan orang berkebangsaan Turki, ia memilih meninggalkan semua yang ada di Amerika untuk mengikuti suaminya menetap di sana."
"Seorang istri yang berbakti." Gumam Troy.
"Iya benar. Aku berharap dia bahagia dengan pernikahannya. Aku juga sangat merindukannya. Karena dia adikku satu-satunya. Setelah menikah hampir setahun yang lalu, kami belum pernah bertemu lagi." Ucapnya pelan.
"Sudahlah jangan bersedih. Suatu hari nanti, kau bisa mengunjunginya."
"Aku juga berharap begitu. Entah kapan pengajuan cutiku akan disetujui."
"Bagaimana kalau ada waktu, kau datang ke rumahku. Yah.. Walau pun masakkan Ibuku tidak sama persis dengan masakan Ibumu, setidaknya rasa rindu akan masakan rumahan bisa sedikit terobati."
"Apakah tidak akan merepotkan Ibumu?"
"Tentu saja tidak. Sejak kecil, Ibuku senang sekali kalau teman-temanku berkunjung ke rumah. Beliau akan dengan sukarela menyibukkan diri menyiapkan berbagai kudapan untuk menemani kami bermain. Nanti aku akan meminta Ibuku membuat hidangan khusus untukmu." Ucapnya sambil menarik sudut bibirnya.
"Baiklah. Kalau ada kesempatan aku akan bertandang ke rumahmu."
"Datanglah. Kau pasti akan menyukai Ibuku. Beliau orang yang ramah dan penyayang."
"Ahhh... Kata-katamu membuatku semakin merindukan Ibuku."
Sesaat mereka sama-sama terdiam sembari mengenang wanita yang telah menjadikan alasan mereka hadir ke dunia.
Kruk.. Kruk.. Kruk.. Suara biskuit yang berada di dalam mulut Andre, memecah kesunyian yang tercipta di antara mereka.
"Target kita sudah kelihatan." Mata Troy menatap lewat spion tengah.
"Dia keluar dari gerbang belakang." Andre yang sedang asik dengan biskuitnya, begitu mendengar penuturan Troy serta merta mengintip lewat spion samping. "Apakah dia mengetahui kalau sedang diikuti?"
Tak lama kemudian, mobil yang dikendarai oleh Arthur Davis melewati mobil yang dinaiki oleh kedua perwira kita, melaju dengan kecepatan sedang.
"Kelihatannya tidak, Dre."
Begitu Chevrolet SUV yang dikendarai Arthur melewati mereka, Troy segera menyalakan mesin mobilnya. Kemudian sedan Ford yang dikendarai Troy perlahan bergerak mengikuti Arthur dengan jarak aman. Mobil yang dikendarai Arthur kemudian memasuki jalan perumahan. Dari jarak 500 meter mereka memperlambat laju kendaraan dan berhenti di bahu jalan tak beberapa jauh dari depan gerbang perumahan. Perumahan yang dimasuki Arthur memiliki sistem penjagaan yang ketat. Setiap tamu yang ingin memasuki kawasan perumahan harus mengantongi izin dari penghuni.
Saat menunggu di bahu jalan, ketika sedang serius mengamati mobil yang keluar masuk melalui gerbang perumahan, Troy dikejutkan dengan sebuah tepukan kasar di bahu kanannya.
Huk.. Huk.. Huk..
"Haaa.. kau kenapa Dre? " Memandang dengan wajah terkejut. Di sampingnya, Andre terbatuk-batuk sambil menepuk-nepuk dadanya. Tangan kirinya memberi kode botol minuman.
"Tidak ada toserba di sekitar sini, Dre. Lagi pula kenapa kau gak modal banget, sih. Biskuit dariku, kenapa air minum juga aku yang harus menyediakan?" Troy tampak kesal. Mereka sedang dalam misi pengintaian. Bisa-bisanya Andre tersedak biskuit coklat. Andre membalas amarah rekannya dengan tatapan memohon.
"Sssssss... Kau ini, benar-benar menyusahkan.." Troy keluar mobil sambil membanting pintu. Kemudian setengah berlari ia menuju pos security perumahan. Terlihat ia berbicara sebentar dengan petugas keamanan di sana dan kembali tak lama kemudian dengan sebotol air mineral di tangannya. Begitu berada dalam mobil, Troy membuka tutup botol air mineral yang masih bersegel itu. Lalu menyerahkan pada rekan lak natnya itu. Dengan cepat Andre menenggak air mineral yang diberikan oleh Troy.
Glug.. Glug.. Glug..
"Alhamdulillah.. Ahh." Wajah Andre terlihat lega. "Thanks, Bro. Kau memang yang terbaik." Andre merentang tangannya kemudian mencondongkan tubuhnya ke arah Troy, berniat memeluk pria itu.
"Eitt .. Menjauh dari ku.. !! " Troy merentangkan tangan kanannya ke arah depan, menahan tubuh Andre agar tidak mendekat ke arahnya.
"Ayolah, terimalah pelukan terimakasih dariku."
"Hentikan, Dre. Kita sedang bertugas." Telapak tangan Troy menahan wajah Andre yang terus berusaha mendekat. Dari sudut matanya yang awas, Troy melihat objek yang ia kenali keluar dari gerbang perumahan.
"Heii. Hentikan kegilaanmu !! Itu target kita sudah keluar lagi." Ucapan Troy sukses membuat Andre menghentikan candaannya. Serta merta Andre memusatkan perhatiannya pada objek yang dimaksud Troy. Ia pun kemudian bersiap di joknya. Menarik sabuk pengaman yang sempat ia lepaskan sebelumnya, kemudian duduk dengan tubuh tegak dan mata yang siaga. "Kalo begitu, ayo Bro!!"
Troy pun kemudian menyalakan mesin mobilnya, menjalankan kendaraan roda empat itu dengan kecepatan konstan.
Mobil yang kendarai Arthur memasuki pusat kota Minnesota. Melaju dengan tenang di antara padatnya lalu lintas. Perjalanan di jalan raya siang itu ramai lancar. Semua pengendara saling menghormati sesama penggunaan jalan. Tidak ada kemacetan atau hambatan apapun di jalan. Sehingga mobil yang dikendarai Troy yang terpaut 5 mobil dibelakangnya, masih bisa mengikuti tanpa ada kesulitan yang berarti. Sekitar lima belas menit waktu berselang, mobil Arthur memasuki kawasan perkantoran. Berputar ke belakang gedung dan turun ke are parkir yang terletak di *basement*. Setelah menempati slot parkir yang terletak tidak jauh dari lift, penumpang mobil SUV itu turun. Arthur, istri dan juga putrinya, Cindy. Ketiga orang itu berjalan beriringan memasuki lift. Andre dan Troy pun turun dari mobil begitu ketiga target mereka menghilang di dalam lift.
Dengan setengah berlari mereka menuju lift yang pintunya sudah tertutup. Di atas pintu lift, floor designator menunjukan lokasi kabin lift yang dinaiki keluarga Arthur saat ini sedang berada. Setelah menunggu beberapa saat mereka melihat kabin lift berhenti di lantai 10. Troy dan Andre pun segera menaiki lift lain yang baru saja tiba. Setelah penumpang lift keluar, dengan cepat mereka menaiki lift itu dan naik ke lantai 10 gedung. Tidak membutuhkan waktu lama, Lift berhenti di lantai 10. Setelah keluar dari lift, mereka berjalan dengan tenang mencari keberadaan target mereka. Tidak menemui kesulitan, dari kejauhan bisa terlihat melalui pintu kaca sebuah kantor, keluarga Arthur sedang duduk di ruang tunggu biro konsultasi psikiatri dokter Diana Perkins.
.
.
.