Niat hati hanya ingin membalas perbuatan sepupunya yang jahat, tetapi Arin justru menemukan kenyataan yang mengejutkan. Ternyata kemalangan yang menimpanya adalah sebuah kesengajaan yang sudah direncanakan oleh keluarga terdekatnya. Mereka tega menyingkirkan gadis itu demi merebut harta warisan orang tuanya.
Bagaimana Arin merebut kembali apa yang seharusnya menjadi miliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nita kinanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. Terbakar
Tania membeku di tempatnya melihat adegan ini. Arin yang dia anggap hanya seorang buruh pabrik berubah menjadi orang yang sangat disegani dan dihormati.
Tadi, saat berjalan di atas catwalk, Tania memang sempat melihat sosok Arin. Tapi dia berpikir jika dirinya hanya salah lihat. Mana mungkin Arin datang ke sebuah fashion show dan duduk di deretan paling depan bersama orang-orang penting dan tamu-tamu ekslusif.
"Jarang-jarang Bu Arina mau hadir di acara seperti ini. Ini benar-benar suatu kehormatan bagiku," lanjut laki-laki yang terlihat gemulai itu.
"Jangan terlalu formal seperti itu. Panggil Arin saja, tidak apa-apa."
"Baiklah, kalau begitu kamu juga cukup memanggilku Azka. Begitu kan?" lalu ketiganya tertawa.
Sementara itu Tania masih membeku mencerna apa yang sedang berlangsung di depan matanya. Ternyata, tadi benar Arin yang dia lihat.
'Ini benar-benar dia? Kenapa orang-orang ini begitu menghormatinya sedang aku tidak tahu apa-apa?' batin Tania penasaran, tapi dia terlalu malu untuk menanyakannya.
"Arin sedang mencari model, dan dia tertarik dengan model-modelmu." Siska menjelaskan pada Azka secara singkat. "Maaf, aku harus pergi. Silahkan dilanjutkan sendiri," ucapnya pada Arin.
"Terima kasih, Siska." Arin mengangguk.
"Tidak masalah," balas Siska kemudian pergi.
"Jadi, apa yang bisa aku bantu?"
"Begini, perusahaanku akan mengeluarkan koleksi terbaru untuk musim panas. Aku membutuhkan beberapa orang model untuk mempromosikannya. Wajah mereka nantinya akan dipasang di butik-butik milik Aji Saka yang berada di pusat kota-kota besar di Eropa."
"Brand Aji Saka juga akan mengikuti pagelaran busana di kota Paris jadi kemungkinan aku juga memboyong model-modelmu ke sana."
"Benarkah?" Azka tidak percaya. Kalian semua dengar itu?" Azka berteriak di depan model-modelnya yang kemudian disambut riuh teriakan. Model mana yang tidak ingin tampil di ajang paling bergengsi dunia mode itu.
"Berapa orang model yang kamu butuhkan, Sayang?" tanya Azka dengan nada kemayu.
"Sepuluh orang. Tadi aku sudah melihat beberapa model yang karakternya sesuai dengan yang aku butuhkan."
"Model yang mana yang kamu inginkan, tunjuk saja."
Lalu Arin berjalan mengitari model-model yang sudah berjajar rapi mengikuti arahan Azka. Wajah mereka terlihat begitu antusias. Siapa yang tidak ingin berlenggang di ajang internasional?
Tania pun berdiri di dalam barisan itu tetapi Arin selalu melewatinya. Bahkan tidak sekalipun Arin melakukan kontak mata dengannya. Arin benar-benar mengabaikan Tania seperti mereka tidak saling mengenal.
"Kamu, aku suka karakter wajahmu. Semoga kamu tidak keberatan menjadi model di perusahaanku," ucap Arin kepada seorang model yang berdiri persis di sebelah Tania. Itu membuat Tania tidak hanya kesal tapi juga panas.
"Tentu saja tidak. Aku justru merasa tersanjung," jawab model itu dengan senyum bahagia.
Tujuh orang model telah Arin tunjuk, tapi Tania sama sekali tidak termasuk salah satunya.
"Kurang tiga orang lagi, tapi aku bingung memilih siapa. Apa kamu bisa merekomendasikan model terbaikmu untukku?"
* * *
Arin sudah selesai memilih model. Selanjutnya nanti akan dibicarakan di kantor Azka.
Sebenarnya Arin tidak begitu cocok dengan Tania, bukan karena alasan pribadi, tapi memang menurut Arin Tania kurang mumpuni. Tapi entah kenapa Azka memaksa dirinya untuk memakai Tania.
Kebetulan Arin melihat Siska. Perempuan itu yang mengundang Arin ke acara ini. Akan lebih sopan jika sebelum pergi Arin berpamitan dengannya.
"Aku sangat berterima kasih atas bantuanmu. Tapi maaf, aku tidak bisa mengikuti gala dinner. Semoga aku tidak membuatmu kecewa," ucap Arin begitu menemukan Siska.
"Tidak masalah. Kamu hadir saja aku sudah merasa sangat bahagia," jawab Siska. "Jadi bagaimana? Kamu sudah mendapatkan model yang kamu inginkan?"
"Ya, aku sudah mendapatkannya. Memang ada satu orang model yang aku rasa kurang cocok, tapi Azka bilang itu model terbaiknya."
Siska mendekatkan bibirnya ke telinga Arin lalu berbisik. "Apa maksudmu Tania Laksmana?"
Arin melotot lalu menatap Siska yang sudah menarik posisinya kembali.
"Kamu tahu isi pikiranku?"
"Semua orang juga tahu kualitasnya. Kamu lihat sendiri bagaimana? Aku juga memakainya karena Azka memaksa."
"Bagaimana bisa? Apa dia menyuap Azka?"
Siska mengedikkan bahunya. "Kamu akan tahu sendiri nanti."
"Ya sudah, aku pergi dulu. Sampai jumpa," ucap Arin bergegas pergi.
Tepat di pintu masuk, Arin berpapasan dengan Gama. Sepertinya laki-laki itu baru datang karena baru terlihat sekarang.
"Selamat malam, Pak Gama," sapa Arin dengan percaya diri.
Gama menoleh. Dia tertegun selama beberapa detik melihat Arin yang sore ini terlihat begitu cantik.
"Bu Arin, anda juga di sini?"
"Ya, Siska mengundangku secara khusus. Anda baru datang? Setahuku acaranya sudah selesai."
"Ya, aku datang untuk menjemput Tania," jawab Gama.
"Oh, dia masih di belakang, di ruang ganti. Mungkin sebentar lagi keluar," jawab Arin yang memang baru saja dari sana.
"Dari mana kamu tahu? Apa kau menguntit Tania?"
Gama mendekati Arin lalu berbisik, "Aku peringatkan kamu sekali lagi, jangan coba-coba menyentuh Tania. Atau kamu akan tahu akibatnya!"
Arin tertawa. "Tenang Gama, aku sama sekali tidak menyentuh kekasihmu itu. Aku punya urusan lain di sini. Mungkin kamu harus segera sadar kalau tidak semuanya selalu tentang Tania."
Sementara di ruangan khusus model...
"Siapa perempuan tadi?" Tania bertanya kepada salah seorang temannya.
"Tania? Apa kamu benar-benar tidak tahu siapa dia?"
"Tidak! Karena itu aku bertanya!" jawab Tania ketus. Moodnya berubah menjadi buruk sejak melihat Arin begitu di puja.
"Dia direktur Aji Saka Garmen, perusahaan yang mengeluarkan brand pakaian Blossom? Brand itu sangat terkenal di luar negeri. Jangan bilang kalau kamu tidak tahu brand itu!"
"Kau tidak salah bicara?" Tania melotot. Siapa yang tidak tahu brand itu? Hampir semua model di sini mengetahuinya. Tania terlihat seperti orang tolol yang tidak tahu apa-apa.
"Bu Siska sampai gemetar tadi ketika melihat Bu Arina datang. Itu benar-benar suatu kehormatan karena Bu Arina hampir tidak pernah menunjukkan diri di acara-acara seperti ini. Bisa dipastikan kehadiran Bu Arina ini akan menjadi sumber berita dimana-mana."
Tania tidak percaya dengan yang baru saja dia dengar, tapi dia melihat dengan mata kepalanya sendiri.
Di rumah, Tania bisa berteriak dengan lantang kepada Darsih jika dirinya telah ditipu. Tapi kenyataannya, dirinya lah yang telah tertipu.
"Ngomong-ngomong, aku seperti melihat wajah Bu Arina waktu di pesta pertunanganmu, tapi itu tidak mungkin kan? Kamu saja tidak tahu siapa dia. Tahu orangnya juga baru hari ini. Jadi, mana mungkin kamu mengundangnya."
Tania terdiam, tangannya mengepal, telinganya terasa sangat panas. Dia pergi meninggalkan ruangan dengan sangat gusar.
Dengan wajah masam, Tania terus berjalan. Ketika akan sampai di depan pintu, Tania melihat Gama sedang berbicara dengan seseorang. Hatinya sedikit lebih tenang.
Tetapi semakin dekat berjalan, Tania kembali gusar. Ternyata Gama sedang berbicara dengan Arin. Mereka terlihat sangat serius. Kemudian Tania melihat Gama membisikkan sesuatu ke telinga Arin hingga Arin tertawa.
Tania benar-benar terbakar. Rasanya dia ingin berteriak saat itu juga.
jdi greget sendri aq kak ,boleh tak aq pukul ,aq tau nimpuk pakai sandalll🤣🤣🤣