NovelToon NovelToon
My Man

My Man

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Percintaan Konglomerat / Obsesi / Persahabatan / Romansa
Popularitas:11.3k
Nilai: 5
Nama Author: widyaas

Elizabeth bukanlah gadis yang anggun. Apa pun yang dilakukannya selalu mengikuti kata hati dan pikirannya, tanpa memikirkan apa yang akan terjadi ke depannya. Dan ya, akibat ulahnya itu, ia harus berurusan dengan Altezza Pamungkas—pria dengan sejuta pesona.

Meski tampan dan dipuja banyak wanita, Elizabeth sama sekali tidak tertarik pada Altezza. Sayangnya, pria itu selalu memiliki seribu cara agar membuat Elizabeth selalu berada dalam genggamannya.

"Aku hanya ingin berkenalan dengannya, kenapa tidak boleh?"

"Karena kamu adalah milikku, Elizabeth."

⚠️NOTE: Cerita ini 100% FIKSI. Tolong bijaklah sebagai pembaca. Jangan sangkut pautkan cerita ini dengan kehidupan NYATA.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widyaas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26

Hwara menatap bangunan di depannya. Sebuah mansion yang sekelilingnya terdapat gerbang tinggi, tingginya melebihi badan manusia. Jantungnya berdetak kencang, dia gugup karena setelah sekian lama tidak datang ke mansion mewah ini.

"Nona Hwara?"

Hwara mengangkat wajahnya ketika mendengar suara seseorang. Dia tersenyum mendapati seorang pelayan yang sepertinya baru dari luar.

"Ada keperluan apa, Nona?" tanya pelayan tersebut.

"Aku ingin bertemu dengan Nyonya Asteria, apa beliau ada di rumah?"

Pelayan tersebut menghela nafas. "Sayang sekali nyonya tidak ada di rumah. Setelah makan siang tadi, nyonya diajak tuan ke luar, bersama Nona Gaby, sedangkan Tuan Altezza berada di kantor," jelasnya. Sekarang sudah jam dua siang.

Meski sedikit kecewa, Hwara pun mengangguk. "Terima kasih, Bibi. Kalau begitu aku pergi. Permisi," ucapnya.

"Hati-hati, Nona," balas pelayan yang diangguki oleh Hwara.

Hwara memasuki mobilnya, lalu supir langsung melakukan mobil meninggalkan mansion itu.

Ingin rasanya menuju ke kantor Altezza, tapi Hwara tidak memiliki keberanian lagi setelah ayahnya memperingati. Sampai sekarang, hatinya tidak bisa melupakan Altezza. Andai bisa mengulang waktu kembali, Hwara ingin memperbaiki semuanya. Rasanya dia hampir gila karena terus memikirkan Altezza. Hwara sudah sangat mencintai pria itu, bisa dibilang, dia memberikan semua cintanya pada Altezza, namun, ternyata takdir tidak berpihak padanya. Berbeda dengan dulu, sekarang Altezza sudah berubah, cuek dan tidak lagi mau menatapnya.

"Apa lagi yang harus aku lakukan? Bagaimana caranya supaya Altezza kembali padaku?" batinnya. Dia memejamkan mata dengan punggung bersandar di sandaran kursi penumpang.

Seperti apa kata Lucina, Hwara adalah gadis yang sangat lemah lembut, keluarganya bukan dari keluarga yang mencolok, tidak kaya dan tidak miskin. Ayahnya memiliki sebuah restoran yang cukup besar, juga ada 3 cabang di luar kota.

Itulah yang membuat Altezza menyukai Hwara, perempuan ini tidak terlalu mencolok dan tidak disorot media, anggun, baik, sopan, semuanya diborong oleh Hwara. Sayangnya, satu fakta yang dia dapatkan dari seseorang, membuat Altezza seketika menyesal telah menjalin hubungan asmara dengan Hwara. Meski Hwara sampai berlutut untuk meminta Altezza agar mau menikah dengannya, Altezza tidak akan sudi mengabulkannya.

****

Sedangkan di sisi lain, Altezza dan Eliza sedang makan siang bersama di sebuah rumah makan. Altezza yang mengajak, sedangkan Eliza yang merekomendasikan tempat makan.

Sedari tadi mereka hanya fokus memakan makanan, tidak ada yang membuka suara setelah pesanan mereka siap. Eliza sadar, beberapa kali Altezza mencuri pandang ke arahnya, tapi Eliza acuh, dia sedang malas berbasa-basi dengan bosnya itu. Eliza kesal mengingat chat mereka kemarin. Padahal awalnya Eliza ingin supaya tidak canggung lagi dengan Altezza, tapi ternyata dia semakin canggung sejak kejadian kemarin. Hanya Eliza yang canggung, bukan Altezza.

Benar dugaannya selama ini, Altezza memang acuh dan tidak membantah keputusan Ergino tentang pernikahan mereka. Altezza sengaja melakukannya agar mereka bisa menikah.

Jujur, Eliza benar-benar tidak habis pikir dengan Altezza, kenapa pria itu tidak menolak? Apalagi dia dan Altezza baru mengenal. Satu lagi, Altezza juga baru putus dari Hwara. Bagaimana perasaan perempuan itu saat tau Altezza akan menikah nanti?

Uhuk uhuk! Eliza tersedak, dia menepuk dadanya beberapa kali dan Altezza segera memberika sebotol air pada Elizabeth, bahkan tangannya terulur mengelus punggung gadisnya agar lebih tenang.

"Pelan-pelan," ujar Altezza dengan lembut.

Bukannya terpesona, Eliza malah merinding. Sejak tadi pagi, Altezza memang bersikap lembut padanya, bukan hanya itu, nada bicara Altezza juga lebih ramah dan lembut dibandingkan sebelumnya yang datar dan cuek. Demi apapun, Eliza benar-benar tidak mengerti apa yang terjadi pada bosnya. Apakah karena mereka akan menikah?

"Sudah?" tanya Altezza setelah nafas Eliza berangsur baik.

Eliza mengangguk pelan, dia kembali memakan makanannya yang sisa sedikit, mengabaikan Altezza yang terus menatapnya dengan lekat.

"Hati-hati nanti nasinya keluar dari hidung," sindir Eliza, dia agak risih terus diperhatikan.

Altezza terkekeh kecil mendengarnya. Dia pun fokus pada makanannya lagi, meski sesekali melirik gadis di sampingnya ini.

Selain bersikap lembut, Altezza juga sering mengeluarkan ekspresi sedari pagi. Entah itu tersenyum ataupun tertawa. Bohong kalau Eliza tidak speechless, dia seperti melihat sisi lain Altezza.

Selang beberapa menit kemudian, mereka sudah selesai makan. Tapi, tentu saja Altezza tidak akan langsung mengajak Eliza kembali ke kantor. Dia bosnya, jadi terserah dia, kan?

Setelah keduanya masuk ke dalam mobil, Eliza mengambil lipstik dari hand bag nya, lalu memoles bibirnya dengan kamera HP sebagai kaca.

Altezza melirik malas. "Tidak ada bedanya memakai benda itu," ujarnya berkomentar.

Eliza tersenyum tipis, dia menutup lipstik nya setelah dirasa sudah pas. "Menurut saya berbeda, Pak," balasnya. "Tadi agak pucat, sekarang tidak pucat lagi."

Altezza mendengus kecil. Dia memilih melajukan mobilnya alih-alih menanggapi ucapan Elizabeth.

Kening Eliza mengerut menyadari ini bukanlah jalan menuju kantor. Dia akan dibawa kemana lagi kali ini? Karena malas protes, Eliza lebih baik memainkan ponselnya sambil bersenandung kecil.

"Ayo."

Kepala Eliza terangkat, dia menatap ke luar dan langsung membulatkan matanya, shock. "Butik?! Untuk apa?!"

Altezza tidak menjawab, dia segera keluar dan membuka pintu mobi di samping Elizabeth.

"Pak, kita harus kembali ke kantor!" Eliza mendongak menatap Altezza yang berdiri menjulang di hadapannya.

"Turun, Elizabeth. Panas," kata Altezza, dia tidak menanggapi perkataan sekretaris nya.

"Untuk apa kita ke sini?!" Mata Eliza melotot tajam. Dia memegang sabuk pengaman dengan erat, ia benar-benar tidak mau masuk ke butik itu.

"Turun atau saya seret?"

Nafas Eliza memburu, dia menahan emosi yang ingin meluap. Matanya menatap sekeliling, ternyata cukup ramai di sini. Karena tidak mau mencari keributan, Eliza memilih mengalah, dia menerima uluran tangan Altezza dan mereka berjalan dengan bergandeng tangan.

Sebuah butik besar ternama yang Altezza pilih. Siapa yang tidak tau butik ini? Butik dengan gaun berkualitas dan kerja karyawan yang cepat, membuat Altezza tanpa ragu datang kemari. Ergino memang belum menentukan tanggal yang pasti untuk pernikahan mereka, tapi Altezza ingin mempersiapkan semuanya dengan matang. Minimal gaun pengantin sudah siap sebelum mengurus lainnya.

"Nyonya Asteria?" gumam Eliza ketika melihat sosok Asteria yang sedang mengobrol dengan pemilik butik. Sepertinya mereka berteman dekat.

"Nah, itu mereka," ujar Asteria membuat Fani—pemilik butik tersebut menoleh ke arah Eliza dan Altezza.

"Kalian sudah makan siang?" tanya Asteria. Dia memeluk Eliza sekalian cipika-cipiki ala perempuan.

"Sudah, Nyonya," jawab Eliza sambil tersenyum.

"Panggil mommy saja, Sayang." Asteria tersenyum seraya menepuk pundak Eliza dengan lembut. Sedangkan Eliza langsung merasa canggung.

"Astaga, ternyata cantik sekali, ya," ujar Fani. Dia melebarkan senyumnya saat Eliza mencium punggung tangannya dengan sopan.

"Saya Elizabeth, Bu," ucap Eliza memperkenalkan diri.

"Ya ampun, sopan sekali kamu." Fani terkekeh kecil. Dia jarang menemui orang yang bersalaman hingga mencium tangan, jadi sikap Eliza tadi membuatnya agak speechless.

Eliza tersenyum simpul sebagai tanggapan.

"Ayo, kita langsung ukur saja ya, supaya cepat," ujar Fani. Dia memanggil salah satu karyawan yang bertugas mengukur badan.

Mata Eliza memandang Altezza yang sudah duduk santai di sofa. Namun, tatapan pria itu mampu membuat jantungnya berdetak kencang. Bukan tatapan datar, melainkan tatapan penuh arti yang dia sendiri sulit mengartikannya. Setiap Altezza menatapnya seperti itu, Eliza pasti akan merasa gugup hingga jantungnya berdisko.

"Jangan tegang, Sayang. Rileks, ya." Suara Fani membuat Eliza kembali sadar. Dia tersenyum canggung mendengar ucapan dari wanita di depannya ini.

Wajar kalau kaku, ini adalah yang pertama kali untuknya.

Bersambung...

1
Marnala Rotua
keren ceritanya
vj'z tri
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣berkah buat Al 🤣🤣🤣🤣
yourheart
kawal sampe nikahhh🤭🤭
yourheart
luar biasa
vj'z tri
🏃🏃🏃🏃🏃🏃 kaborrrrr 🤣🤣🤣
vj'z tri
semalam aku mimpii mimpi buruk sekali ku takut berakibat buruk pula bagi nya ,kekasih ku tercinta yang kini di depan mata asekkk 💃💃💃
vj'z tri
walaupun sedikit kan judul nya tetap terpesona aku Ter pesona memandang memandang wajah mu yang ganteng 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
dyarryy
mumpung hari senin, yuk vote dulu🥰🥰
vj'z tri
jangan menilai dari cover nya pak bos 🤭🤭🤭
vj'z tri
byar koe ndok 🤣🤣🤣🤣🤣🤣 gak boleh bawa contekan kah 🤗🤗🤗
vj'z tri
😅😅😅😅😅😅😅😅😅sabar sabar sabar
vj'z tri
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣 aku hadir Thor bpembukaan yang kocak
yourheart
lanjutttt
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!