Eva Calista, seorang siswa jenius berusia 17 tahun, terjebak dalam sebuah cerita novel yang membuatnya tertarik. Saat membaca tentang penindasan yang dilakukan protagonis terhadap antagonis, Eva merasa tidak tahan dan tertidur karena kelelahan.
Namun, saat terbangun, Eva menemukan dirinya berada di tubuh antagonis saat masih bayi. Ia tidak mengerti apa yang terjadi, tetapi ada sebuah sistem yang muncul dan menjelaskan bahwa Eva telah bereinkarnasi ke dalam cerita novel.
Sistem tersebut memberitahu Eva bahwa ia harus mengarungi peran sebagai antagonis dan mengubah jalannya cerita. Eva harus menggunakan kecerdasan dan kemampuan analitisnya untuk memahami sistem dan mengubah nasibnya sebagai antagonis.
Dengan sistem yang menemani dan membantu, Eva mulai menjelajahi dunia cerita novel dan menghadapi tantangan-tantangan yang ada. Apakah Eva bisa mengubah jalannya cerita dan menjadi antagonis sejati? Cerita ini akan membawa Anda ke dalam petualangan yang menarik dan penuh kejutan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anyelir 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26
POV ERIKA
Malam ini terlihat tenang. Keheningan malam di tengah perkebunan sangat damai. Bulan bersinar, menuntun bintang untuk bermunculan. Aku sungguh menikmati suasana malam ini. Tinggal di loteng, loteng yang menemaniku sejak kecil ini sungguh menyediakan keindahan gang tak terkira.
Ditengah-tengah aku menikmati suasana malam ini, aku tiba-tiba merasa haus. Melihat botol minumku yang kosong, aku memilih berjalan secara perlahan ke dapur. Saat berada di lorong antara ruang makan dan ruang tamu, aku mendengar suara orang tuaku yang sepertinya sedang menghubungi seseorang.
Diam-diam mendengarkan pembicaraan kedua orang tuaku. Aku bersembunyi di balik tembok. Aku mendengar pembicaraan mereka yang menerima permintaan untuk menculik seseorang adalah sebuah kejahatan. Apalagi dia adalah gadis dari keluarga terpandang.
"Tenang, nyonya. Semua sudah sesuai dengan rencana!"
"Baik nyonya, tenang saja kami akan menculiknya dan membuat putra anda menjadi pahlawan di matanya!"
PIP!
Sambungan telepon terputus. Mereka senang saat melihat bahwa orang yang menyuruhnya telah mengirimkan sejumlah uang beserta gadis yang akan mereka culik.
"Dia gadis yang cantik. Lihat pakaiannya, sangat indah dan terlihat mahal!"
"Kau benar Sarah, pakaian itu sangat cocok untuk Ellie kita bukan?!"
"Ya! Tentu saja!"
"Bagaimana kalau kita buat Ellie yang menjadi pahlawannya lalu meminta bantuan dari keluarganya agar Ellie jadi anak angkat mereka, suamiku?"
"Sebelum itu, kita siksa gadis itu agar dia memiliki cacat dan Ellie jadi yang paling cantik nantinya!"
"Ayah, ibu, apa yang kalian lakukan?"
Aku melihat kedatangan Ellie yang berjalan mendekat ke arah ayah dan ibu. Aku selalu iri saat mereka memandang Ellie dengan sayang. Aku selalu ingin mendapatkan perhatian itu. Hanya saja, aku sadar diri. Aku hanyalah anak angkat mereka sedangkan Ellie anak kandung. Mereka selalu menekan hal itu padaku.
"Sayang, kau ingin menjadi orang kaya?"
Aku mendengar pertanyaan itu menjadi takut. Aku takut, mereka melakukan hal lebih untuk mencapai tujuan mereka.
"Tentu saja! Aku selalu ingin memakai gaun yang cantik ayah!"
"Baguslah, jika begitu kau bantu ayah dan ibu. Lusa ada rombongan anak orang kaya, mereka akan berkemah di sekitar perkebunan. Kami diberi tugas menculik seorang gadis, dan kau yang akan menjadi penyelamat baginya,"
"Aku? Kenapa aku? Malas sekali. Ku kira ayah akan membuat aku menjadi putri tunggal menggantikan gadis itu!"
"Tidak bisa sayang. Sebagai penyelamat, pasti kau lebih dihargai. Kita bisa buat kau masuk keluarganya. Tidak, kita bisa masuk dan meminta harta yang besar!"
"Benarkah!"
"Tentu saja! Kau tinggal ikut rencana ayah dan ibu. Tunggu aba-aba, lalu kau muncul sebagai penyelamat, mengerti?!"
"Mengerti!"
Aku memegang erat botol yang aku bawa. Aku takut mereka mengetahui keberadaan ku. Terkejut? Tentu saja aku terkejut mendengar segalanya. Meskipun mereka hanyalah keluarga angkat, aku sangat menyayangi mereka. Mereka telah merawatku hingga sebesar ini. Mereka lebih baik dari kedua orang tuaku yang entah berada dimana saat ini.
"Aku harus mencegah mereka berbuat buruk dan menjadi petaka!" gumamku
Aku memilih segera pergi meninggalkan tempat persembunyian dan segera kembali ke kamarku yang berada di loteng.
Saat berada di kamar, aku merenung memikirkan cara menggagalkan rencana keluargaku. Memikirkan segala kemungkinan yang akan terjadi. Setelah merenungkan segalanya, dia memikirkan langkah pertama yang harus dia lakukan.
"Pertama-tama aku harus tau gadis itu. Aku harus beri dia peringatan sebelum penculikan,"
Memikirkan itu, aku memilih untuk segera tidur dan melakukan rencana yang telah disusun. Mengambil ponsel itu dan melihat data gadis yang akan diculik itu adalah hal yang harus dia lakukan.
...****************...
Keesokan paginya, aku bangun pagi seperti biasa untuk menyiapkan makanan sebelum bekerja di kebun. Melihat bahan masakan yang ada, aku segera membuat sarapan sebelum semua orang bangun. Jika tidak, ja akan mendapatkan hukuman dan dia tak bisa mencegah perbuatan keji mereka.
Setelah makanan siap, aku segera bersiap. Jika beruntung, kemungkinan hari ini dia memiliki kesempatan menyelinap dan mengambil ponsel itu dan melihat data gadis yang akan diculik.
Melihat semuanya sedang makan, aku berjalan perlahan ke arah tas kerja ayah. Aku mengambil diam-diam ponselnya. Melihat nomer yang tertera, aku segera mencatatnya. Selain itu, aku membaca detail identitas gadis itu dan mengamati foto yang di kirim. Saat melihat foto itu, satu kata yang tergambar dalam benakku.
"Cantik!" gumamku saat mengagumi foto gadis itu.
Dengan cepat aku kembali tersadar dan mengembalikan ponsel itu ke tempat semula.
"Apa yang kau lakukan disana?"
Terdiam. Rasanya jantungku berhenti karena terkejut mendengar suara ayah. Buru-buru aku bersikap biasa dan menyembunyikan kertas yang kecil itu di lengan bajuku.
"Tidak ayah, aku hanya memasukkan bekal makanan yang aku siapkan untuk ayah dan ibu," elakku
Aku menutupi rasa gugupku. Detak jantungku berdetak kencang, takut bahwa perbuatanku tadi dilihat oleh ayah. Apalagi wajah ayah masihlah datar, membuatku merasa sangat takut.
"Baiklah, kau pergilah. Segera cuci piring dan bersihkan rumah!"
"Iya, ayah!"
...****************...
Hari ini adalah hari kedatangan para rombongan para siswa yang akan berkemah di sekitar perkebunan. Dari kejauhan, aku melihat kedatangan mereka di area perkemahan. Aku merasa iri dengan mereka, aku putus sekolah karena keadaan ekonomi. Ayah dan ibu hanya bisa menyekolahkan salah satu di antara aku dan Ellie. Putus sekolah disaat kelas 1 SMA, aku iri melihat mereka bisa bersekolah dengan gembira.
Pandanganku mengarah ke gadis yang diincar keluargaku, Reva Whystan. Gadis itu lebih cantik dibandingkan di foto. Saat dia melihat ke arahku, aku spontan saja bersembunyi.
"Sepertinya dia bukan gadis biasa," gumam ku
Kemudian aku kembali mengintip. Dan benar dia sudah menghilang entah kemana. Aku segera melihat ke arah mana gadis itu. Berkeliling mencari keberadaannya, hingga seseorang mencekal tanganku.
"Apa yang ingin kau lakukan, Erika?"
"Ellie?!"
Aku heran melihat Ellie di hadapanku. Apalagi tatapan tajamnya, seolah dia ingin mengintimidasi.
"Kau pasti ingin menggagalkan rencana orang tua kita kan? Tak kan kubiarkan itu terjadi!"
"Tak kan kubiarkan kalian menyakiti gadis itu. Dia tak salah apapun, dan kalian ingin mencelakainya!" kesalku
Aku bisa melihat tatapan marah Ellie, hingga dia mendorongku.
BYURR!