NovelToon NovelToon
Mengandung Benih Tuan Muda

Mengandung Benih Tuan Muda

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / One Night Stand / Hamil di luar nikah / Menikah Karena Anak
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: rafizqi

Seorang wanita miskin bernama Kirana secara tidak sengaja mengandung anak dari Tuan Muda Alvaro, pria tampan, dingin, dan pewaris keluarga konglomerat yang kejam dan sudah memiliki tunangan.

Peristiwa itu terjadi saat Kirana dipaksa menggantikan posisi anak majikannya dalam sebuah pesta elite yang berujung tragedi. Kirana pun dibuang, dihina, dan dianggap wanita murahan.

Namun, takdir berkata lain. Saat Alvaro mengetahui Kirana mengandung anaknya. Keduanya pun menikah di atas kertas surat perjanjian.

Apa yang akan terjadi kepada Kirana selanjutnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rafizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26 - Perempuan Misterius dan anak haram

Ruang utama rumah Wilantara dipenuhi keluarga besar, para kerabat, bahkan beberapa orang kepercayaan Alvaro. Suasana tegang setelah insiden penculikan Arya. Semua mata tertuju pada Alvaro yang berdiri tegak di depan ruangan, wajahnya dingin dan sorot matanya penuh bara amarah.

Di sebelahnya, Kirana duduk dengan Arya di pangkuannya, lengannya masih diperban, wajah pucat namun penuh keberanian.

Clarissa digiring masuk oleh pengawal. Tubuhnya masih berantakan, rambut kusut, dan wajahnya memerah karena emosi. “Alvaro! Kau tidak mengerti! Semua yang kulakukan demi kau!” suaranya bergetar, hampir histeris.

Alvaro menatapnya dengan pandangan tajam yang menusuk. “Demi aku? Kau menculik anakku. Kau mencoba menyakiti Kirana—istri sahku. Kau membuat seolah-olah musuh bisnisku yang melakukannya, demi apa? Kekuasaan? Status? Atau hanya karena obsesi butamu padaku?”

Clarissa membeku, tidak bisa menjawab.

Dengan suara lantang, Alvaro melanjutkan. “Aku sudah cukup bersabar. Mulai detik ini, Clarissa, semua fasilitas yang pernah kuberikan padamu—rumah, mobil, rekening, bahkan akses sekecil apa pun atas nama Wilantara—kubekukan. Kau bukan siapa-siapa lagi.”

Semua orang terkejut, suara bisik-bisik terdengar di antara keluarga besar.

Clarissa melangkah maju, mencoba memegang lengan Alvaro, tapi pengawal langsung menahan. “Kau tidak bisa memperlakukanku seperti ini! Aku tunanganmu! Semua orang tahu itu!”

Alvaro mendekat, menatapnya dengan sorot mata penuh penghinaan. “Kau salah besar. Aku tidak pernah menganggapmu tunangan. Itu hanya permainan yang kau bangun sendiri, dan aku terlalu lama membiarkanmu merasa berkuasa. Mulai hari ini, aku buat semuanya jelas: Kau bukan lagi bagian dari hidupku.”

Clarissa terhuyung, matanya melebar. Ia berteriak histeris, “Tidak! Kau tidak bisa memilih perempuan itu daripada aku! Aku yang selalu ada di sisimu, Alvaro!”

Tapi Alvaro mengalihkan pandangannya ke Kirana, menatapnya lembut, penuh keteguhan. “Aku hanya memilih keluargaku. Kirana, dan anakku—Arya. Mereka satu-satunya yang berarti bagiku.”

Suasana ruangan hening. Kata-kata itu jelas dan tak terbantahkan.

Clarissa akhirnya meraung, meronta di pelukan pengawal yang membawanya pergi. Sementara Alvaro kembali ke sisi Kirana, berlutut, lalu menggenggam tangan istrinya dengan penuh janji.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Beberapa hari setelah kejadian penculikan, Alvaro membuat keputusan tegas. Ia tak ingin Kirana dan Arya lagi-lagi menjadi target ancaman. Pindah ke rumah lain yang lebih aman jauh dari jangkauan siapapun adalah keputusan tegas.

Mobil hitam panjang berhenti di depan sebuah gerbang besi tinggi, yang otomatis terbuka ketika sensor mengenali plat mobil itu.

Kirana menatap dari balik jendela. Rumah besar bergaya klasik Eropa berdiri megah, dengan taman luas, kolam air mancur di tengah halaman, dan penjagaan ketat di setiap sudut.

“A-Alvaro… ini?” Kirana tertegun, bahkan sedikit gugup ketika sampai disana.

Alvaro melirik istrinya dengan ekspresi dingin, namun ada kelembutan yang samar di matanya. “Mulai hari ini, kau tinggal di sini. Aman, dengan semua yang kau butuhkan. Aku tidak akan membiarkan siapa pun menyentuhmu dan Arya lagi.”

Begitu turun, para pelayan berbaris menyambut. Seorang wanita paruh baya yang ramah maju dan menyapa, “Selamat datang, Nyonya. Saya Bu Marni, kepala pengasuh yang akan membantu merawat Tuan Muda Arya.”

Kirana memeluk bayinya erat, seolah masih tak percaya. “Pengasuh?”

Alvaro mengangguk. “Arya akan dijaga oleh tenaga profesional. Kau tidak perlu khawatir lagi. Semua fasilitas ada di sini—dokter pribadi, ruang bermain bayi, bahkan studio seni kalau kau ingin melukis atau sekadar menenangkan diri. Aku ingin kau merasa… layak berada di sini.”

Kirana terdiam. Kata-kata itu membuat dadanya hangat sekaligus getir. Layak. Selama ini ia selalu merasa ditolak oleh keluarga Wilantara, namun kini Alvaro menempatkannya di posisi yang tidak bisa diremehkan siapa pun.

Mereka masuk ke dalam rumah. Lantai marmer berkilau, lampu kristal bergemerlap, dan aroma bunga segar memenuhi ruangan. Di kamar utama, ranjang berkanopi besar sudah dihias dengan nuansa lembut. Sebuah boks bayi putih berdiri di samping ranjang, lengkap dengan mainan gantung berputar.

Kirana menunduk menatap Arya yang menggeliat di pelukannya, lalu tersenyum kecil. “Arya… sekarang kita punya rumah sendiri.”

Namun jauh di dalam hatinya, ia sadar—kemewahan ini bukan hanya perlindungan, tapi juga penjara emas. Ia masih harus berhadapan dengan keluarga besar yang hanya menginginkan Arya, dan terutama ancaman dari luar yang belum benar-benar berakhir.

Setelah kejadian kemarin saat dia kehilangan Arya, Kirana benar-benar merasa takut jika itu terjadi lagi kepada Arya.

Beberapa hari kemudian, keadaan susah cukup tenang. Namun, Suatu pagi, Kirana baru selesai menyusui Arya, notifikasi ponselnya terus berbunyi. Ia membuka dan terkejut melihat sebuah artikel dari media gosip.

Judulnya cukup menusuk membuat Kirana cukup syok saat membacanya.

“Perempuan Misterius dengan Bayi Diduga Simpanan Alvaro Wilantara.”

Disana jelas Foto dirinya sedang menggendong Arya, sebuah foto yang seolah sengaja diambil diam-diam dari kejauhan.

Kirana terdiam beberapa saat. Jantungnya berdegup kencang, tapi bukan karena marah—lebih karena bingung dan cemas. Ia tidak tahu siapa yang bisa memotret dirinya di rumah dengan penjagaan ketat yang sudah di atur oleh Alvaro.

Beberapa komentar netizen yang ikut tersebar membuat Kirana semakin sesak dan tidak nyaman:

“Kalau benar istri sah, kenapa tidak pernah diperkenalkan ke publik?”

“Jangan-jangan ini cuma simpanan. dan anak itu adalah anak haram?.”

“Pantas aja Clarissa ditinggalin, ternyata ada simpanan bawa-bawa bayi.”

“Kasihan keluarga Wilantara, dapat menantu murahan kayak gini.”

“Kalau memang istri sah, kenapa nggak pernah muncul di publik? Pasti ada yang ditutupi.”

“Kasihan tunangannya yang sah, malah diselingkuhi.”

“Perempuan murahan. Cari keuntungan lewat anak.”

Kirana menutup mulutnya dengan tangan gemetar. Dadanya terasa sesak, seolah udara hilang dari ruangan itu. Ia tidak tahu harus bereaksi bagaimana.

Matanya memanas, air mata jatuh begitu saja. “Aku… perusak hubungan? Murahan?” bisiknya lirih, suara tercekat.

Kirana menatap Arya yang terlelap di pelukannya. Bayi itu tidak tahu apa-apa, tidak bersalah. Namun justru dirinya yang menjadi sasaran kebencian.

Perlahan, ia merasa napasnya terengah. Tangannya berulang kali mengusap wajahnya sendiri, mencoba menenangkan diri, tapi tidak berhasil. Di dalam kepalanya, kata-kata jahat netizen berulang-ulang terngiang, menusuk tanpa henti.

Saat Alvaro masuk, ia mendapati Kirana duduk terisak dengan Arya di pangkuannya.

“Kirana?” suara Alvaro terdengar khawatir.

Kirana buru-buru menyembunyikan layar ponselnya, tapi suaranya pecah, “Mereka… mereka bilang aku perusak rumah tangga. Mereka hina aku… aku tidak sanggup, Alvaro.”

Air mata mengalir deras, bahunya bergetar. Untuk pertama kalinya, Alvaro melihat Kirana benar-benar hancur.

Alvaro meraih ponsel itu, melihat artikel yang dimaksud. Rahangnya mengeras, matanya penuh amarah. Namun ia tahu, saat ini yang lebih penting adalah menenangkan Kirana.

Ia duduk di sampingnya, memeluk Kirana erat. “Dengar aku… mereka tidak tahu apa-apa. Jangan pedulikan mereka.”

Namun Kirana menggeleng keras, suaranya lirih, “Aku tidak sekuat itu, Alvaro. Aku… aku merasa kotor. Semua orang membenciku…”

.

.

.

Bersambung.

1
Ma Em
Kirana kamu jgn lemah Kirana hrs berani lawan mereka yg merendahkan kamu kalau Kirana lemah siapa yg mau melindungi Arya dari orang2 yg tdk menyukainya , Kirana hrs bangkit tegas dlm bertindak dan berani dlm mengambil keputusan 💪💪💪
Ma Em
Clarissa kamu cuma tunangan sedangkan Kirana adalah istri sah Alvaro siapa yg paling berhak tinggal bersama Alvaro , dasar ulat bulu yg tdk tau malu .
Ma Em
Syukurlah Kirana bertemu dgn Bram , semoga Bram bisa melindungi Kirana dari niat jahat Clarisa .
Ma Em
Kirana kamu jgn percaya dgn omongan beracun Clarisa dia hanya akan memecah belah hubungan mu dgn Alvaro, jgn terlalu polos dan bodoh karena bisa dihasut sama wanita ular seperti Clarisa .
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!