NovelToon NovelToon
Terima Kasih "Teman"?

Terima Kasih "Teman"?

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Teen School/College / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Persahabatan / Romansa
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Bintang Arsyila

Shafa dan Juna. Dua manusia yang menamai hubungan mereka sebatas kata "teman".
Namun jauh di lubuk hati terdalam mereka, ada rasa lain yang tumbuh seiring berjalannya waktu dan segala macam ujian kehidupan.
cerita pertama aku..semoga kalian suka yah. see yaa

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bintang Arsyila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

chapter 26

Shafa tiba di rumahnya setelah di antar David dan Maya. Rumah dalam keadaan gelap ketika Shafa sampai. Maklum saja, hanya dia seorang yang sekarang tinggal disana.

tentang orang tuanya, mereka berniat tinggal lebih lama disana. Di samping merawat neneknya yang sekarang sakit, mereka juga diminta untuk melanjutkan pekerjaan bertani di kampung. Janji Shafa untuk bisa menengok kesana belum bisa terpenuhi karena pekerjaannya.

Shafa berjalan mendekat ke arah pintu yang masih terkunci rapat. namun sebelum sampai disana, Shafa dikejutkan dengan Juna yang tiba tiba berdiri di hadapannya. Shafa benar benar tidak melihat keberadaan Juna sebelumnya, mungkin karena penerangannya yang kurang atau karena Shafa banyak berpikir tentang Juna yang ternyata sekarang sudah ada di depan matanya.

"baru pulang?" tanya Juna mengagetkan Shafa

"Lo kok ada disini?" Shafa mencoba menetralkan detak jantungnya yang terkejut karena kehadiran Juna.

"abis darimana?"

"jalan bentar sama David Maya"

"Lo ngapain disini?" lanjut shafa

"nungguin Lo. Gue udah bilang kan kita harus bicara lagi"

"ya iya..tapi gak harus sekarang juga kan?" Shafa berucap terbata bata dengan mata yang diliarkan ke arah lain, selain mata Juna.

"gak ada waktu selain sekarang. Besok gue udah balik lagi"

"ya..kan bisa bicara lewat telpon"

"dari pagi sampai sekarang Lo gak buka chat dari gue."

"kan sibuk kerja.." cicit Shafa setengah berbisik

"gak mau ngajakin gue masuk? Tangan sama kaki gue udah di kerubutin nyamuk dari tadi" ucap Juna menunjukan tangannya yang terdapat beberapa bintik kemerahan karena ulah nyamuk.

Shafa membuka pintu rumahnya dan membiarkan Juna masuk. Namun dengan sengaja membuka lebar pintunya tanpa menutupnya, karena merasa tidak enak dengan tetangga jika harus berduaan dengan cowok, malam begini lagi dan dalam keadaan rumah tertutup.

"mau minum?" Shafa berbasa basi setelah menyuruh Juna duduk di sofa tengah rumahnya, sedangkan ia masih berdiri dekat sofa.

"gak usah."

"gue...gue hmm,, gue ganti baju dulu ya" Shafa berlari menuju kamarnya dengan tergesa. Menutup pintu kamar, dengan perasaan was was, Shafa menyenderkan kepala ke pintu kamarnya.

"kenapa dia harus kesini sih? gue belum nyiapin alasan yang bagus lagi" gumam Shafa dengan sedikit menjambak rambutnya.

"apa gue harus jujur aja sama kayak yang dibilang David?"

"terus gue harus gimana dong sama si Juna?" Shafa masih berusaha minta pendapat teman temannya

"bilang aja Lo khilaf." jawab David

"tiba tiba khilaf?" Maya menimpali

"ya gimana lagi..emang beneran khilaf kan? kalau tanya alasannya khilaf, mending kata gue jujur aja deh."

"jujur gimana maksudnya?" Shafa masih belum paham.

"ya jujur tentang lo sama bos Lo itu. lagipula ya, si Juna mana pernah sih gak tau apa apa soal Lo. Mau ditutupin segimana juga kalau nyangkut Lo, pasti aja dia tahu."

"hmmm iya juga sih" gumam Maya membenarkan

"tapi kalau si Juna jadi ilfeel sama gue gimana?"

"resiko lah" David menjawab dengan cuek yang dihadiahi kentang goreng melayang ke arah rambutnya.

"heh..kebiasaan Lo nyiksa gue!!" keluh David

"mending tahu langsung dari mulut lo apa tahu dari bos Lo? Kali aja dia ujug ujug nyamperin si Juna dan bilang Lo pernah kokop kokopan sama dia. Bayangin perasaan si Juna gimana?"

"gak mungkin lah si Faiz nyamperin si Juna buat ngomong kayak gitu. Ngapain juga harus kasih tahu si Juna soal kayak gituan" Shafa mencebikkan bibirnya

"tapi bisa aja lho Shafa. Kita gak ada yang tahu hati manusia. lagian nih, menurut penglihatan gue selama jalan sama si Faiz waktu ke konser itu, gue udah punya feeling kalau dia punya rasa sama Lo"

"mana ada..? dia aja bilangnya cuma pelampiasan doang ke gue."

"mungkin aja dia emang beneran suka sama Lo, tapi gak bisa jujur karena terhalang masalahnya?" Maya menambahkan pendapatnya

"jangan bikin gue jadi baper deh..tar gue jadi berharap lagi sama si Faiz!!"

"emang Lo suka juga sama si Faiz?" tanya David

"ya nggak..cuma ya namanya cewek...masa gak ngerti sih Lo?"

"ya nggak lah...orang gue cowok!!"

"kalau sama si Juna, suka gak Lo?" david kembali menimpali Shafa

"ya suka...tapi suka sebatas teman doang kan?"

"kalau cuma temanan kenapa main nyosor aja ke si Juna? Deg degan ya Lo liat si Juna pake jas gitu?" David bertanya dengan menatap dalam mata Shafa

"iya lagi..rasanya jantung gue kayak di pompa pas liat dia. Mana kacamatanya pas banget lagi di wajah si Juna." Shafa mengingat ingat pertemuannya tadi dengan Juna.

"Lo bayangin ya..muka si Juna tepat banget depan muka gue. Kayak gini.." Shafa memperagakannya dengan Maya yang menjadi dirinya.

"gini may..David,!! mana bisa gue gak deg degan sih.." tangan Shafa masih bertengger di tengkuk Maya

"wah emang keterlaluan si Juna...pantes aja Lo kesambet setan..!!" David mengerti sekarang kenapa Shafa sampai bisa berbuat nekat. Jika posisinya begitu, mana ada cewek yang bisa tahan?

"ngapain posisi kalian ambigu kayak gitu?" Maya tidak paham

"gue nangis terus pelukan sama dia. Kayanya si Juna pengen liat muka gue abis nangis deh..makanya kaya gitu" jelas Shafa tanpa ada yang di tutup tutupi

"sering pelukan?" tanya Maya lagi

"udah beberapa kali"

"dan baru sekarang Lo baper?" lanjut Maya

"iya..aneh ya?"

"Lo berdua yang aneh" David ikut menimpali

"ckkkk...jadi gimana nih? gue harus nyeritain semuanya ke si Juna? Malu gak sih..."

"malu di awal doang, kayak tadi Lo cerita ke kita. Yakin deh sama gue. Juna lebih prefer sama kejujuran Lo"

Kembali ke kamar Shafa

Saat ini Shafa sudah berganti pakaian dengan kaos oblong yang kebesaran dan celana training panjang. Ia duduk di pinggir sofa yang di tempati Juna, terhalang beberapa jarak dari tempat Juna duduk.

Dengan menggenggam Tumbler kesayangannya, yang wajib selalu ada di kamarnya jika ia haus malam malam, Shafa masih menunduk, tidak berani menatap Juna.

Begitu pula dengan Juna, dia masih diam memperhatikan Shafa yang sesekali bergerak gelisah dan minum air dari tumblernya. Bibir itu, yang sedang menyesap air itu yang sudah mengacak acak jantung Juna.

Jika saja Shafa tahu apa yang sebenarnya Juna rasakan saat ini. Berbeda dengan sikap tenang yang dia tunjukan, detak jantungnya saat ini berdetak cepat. Tapi jantung Juna memang selalu begitu jika berada di dekat Shafa, namun kali ini rasanya berbeda. Mungkin karena Shafa yang telah melanggar batasan yang selama ini Juna tahan?

"mau ngomong apa?" tanya Shafa dengan suara kecil karena tidak tahan diperhatikan terus oleh Juna

"Lo yang punya cerita"

"hm?" Shafa menengadahkan pandangannya ke wajah Shafa, namun sesaat kemudian kembali menunduk.

"kenapa bisa nangis? Ada masalah apa?" Juna berkata lebih lembut sekarang

"masalah di tempat kerja"

Juna masih diam menunggu Shafa bercerita lebih banyak. Dengan sedikit menyedot air di tumblernya untuk menahan kecanggungan, Shafa memberanikan diri menatap Juna.

"Lo mau denger alasan gue bisa nekat cium Lo kan?" Shafa berujar dengan ragu dan suara mengecil di akhir. Juna hanya mengangguk sekilas.

"sebenernya.....gue abis di cium sama bos gue."

Juna yang mendengar pengakuan tersebut mendadak mengeraskan rahang dengan dahi yang mengerut tidak senang.

"Lo jadian sama bos Lo?" gumam Juna dengan nada dingin yang jelas terasa oleh Shafa

"nggak" geleng Shafa

Juna sudah akan berbicara lagi namun dengan cepat Shafa menyela

"denger dulu..."

Juna hanya menghela nafas dalam, sedikit meredakan emosi yang datang tiba tiba

"gue cuma ada niatan buat bayar biaya rumah sakit bapak yang dulu. Terus dia bilang gak usah dan cuma pengen di traktir aja." Shafa diam sejenak, menatap Juna sebentar.

"pas mau jalan sepulang kerja, dianya nolak dan cuma mau ditemenin aja."

"kapan?"

"waktu kemaren masuk siang" cicit shafa

"Lo bohong soal Lo ketiduran dan gak balas pesan sama telpon gue?" Juna ingat malam itu

"sorry..."

Juna mencoba menahan amarah yang menyelimuti dirinya saat ini. Dia benar benar kecolongan tentang gadis ini.

"terus?"

"terus...gak tahu, tiba tiba aja dia cium gue." Shafa sedikit berbisik dan menatap melas pada Juna.

"dia bilang dia mau jadi pacar pertama gue. ya... kaya gitu deh. Tapi besok nya dia bilang, kalau malam itu dia lagi ada masalah. Dan soal ciuman kemaren, katanya cuma pelampiasan aja" Shafa kembali menunduk setelah menceritakan semuanya.

"Lo kecewa?"

Shafa menganggukan kepalanya. Dan rasa kecewa itu menular pada Juna.

"Lo suka sama dia?"

Kali ini Shafa menggeleng beberapa kali. Juna yang melihatnya, menaikan alis tidak mengerti.

"Lo kecewa karena gak jadi pacar dia?"

Shafa kembali menggelengkan kepala.

"gue cuma sakit hati. Kecewa sama diri gue sendiri. karena,, kenapa pasrah aja waktu Faiz ngelakuin itu ke gue" Shafa berujar pelan.

Juna menghela nafas lega, ia kira Shafa kecewa karena tidak di anggap pacar oleh Faiz. Ternyata pikirannya salah.

"gue ngerasa kayak...murahan gak sih Jun?" Shafa menatap sedih ke arah Juna.

Juna menggeser duduknya untuk lebih dekat dengan Shafa. Dia genggam tangannya, kali ini dia mulai mengerti perasaan kecewa Shafa.

"kalau ada masalah, kenapa lampiasinnya ke gue? kenapa gak ke alkohol kek, clubbing kek..kaya orang dewasa lainnya. Apa sih salah gue gitu? Ko tega bener dia kaya gitu ke gue. apa karena gue punya hutang Budi ke dia jadi dengan seenaknya dia memperlakukan gue kaya gitu" Shafa berujar dengan sedikit emosi

Juna mengelus pelan jemari Shafa dengan ibu jarinya. Mencoba menenangkan Shafa dan menjadi pendengar yang baik. walaupun dalam lubuk hatinya, dia juga merasakan sakit karena bukan dia menjadi yang pertama dalam mencicipi bibir mungil itu.

"dia cuma manfaatin kepolosan Lo"

Shafa menoleh mendengar perkataan Juna. Tersadar dengan Jarak mereka yang dekat membuat Shafa menahan nafasnya.

"terus kenapa Lo bisa cium gue?" tanya Juna hati hati.

"melampiaskan kekesalan Lo juga kah?" lanjut Juna menatap serius Shafa

Nafas Shafa terasa tercekat mendapat pertanyaan seperti itu dari Juna. Ia yakin, ia tidak ada niatan melampiaskan apapun pada Juna.

"nggak." Shafa berujar yakin dengan beberapa kali gelengan kepala

"hm?" Juna bergumam yang sialnya terdengar lebih sexy di telinga Shafa. Shafa melepas pelan genggaman Juna dan kembali menyedot isi tumblernya.

"terus kenapa bisa tiba tiba cium gue?" Juna kembali mengulangi pertanyaannya

"nggak tahu..." cicit Shafa dengan sangat pelan dan tertunduk malu.

"mungkin karena gue udah di doktrin sama si Faiz, jadi.....jadi gue penasaran sama rasa bibir Lo. Terus kayanya ada setan lewat deh dan denger suara hati gue. Jadi...jadi gue dituntun setan buat gitu ke elo" jelas Shafa dengan karangan bebasnya. Dengan bibir yang ia gigit kuat, dan rasa rasanya muka Shafa sudah memerah seperti kepiting rebus saking malu dengan jawabannya sendiri.

Juna mendengarnya dengan senyum tertahan. merasa gemas dengan tingkah Shafa, Juna merebut pelan tumblernya dan ikut menyesap air dalam Tumbler itu.

Shafa terdiam dengan mengulum bibir melihat adegan itu. Adegan biasa saja sebenarnya, karena dari dulu juga dia sering makan atau minum di tempat sama dengan Juna. tapi kali ini kok rasanya beda.

Getaran aneh itu datang lagi menggerayangi hati Shafa. Apa karena hawa dingin malam? Atau karena pikiran Shafa yang sudah tidak polos seperti biasanya. Aihhhh ini semua gara gara Faiz!!!

"Jun...."

"hm?"

"bisa geseran dikit?"

"kenapa?"

"jantung gue...kayanya gue sakit deh"

Juna mengangkat alisnya dan segera menyimpan Tumbler di meja di depannya

"sakit?" Juna berkata sedikit panik

"mau istirahat aja?" ujarnya lagi dengan tangannya yang kembali mengusap lengan Shafa.

"gue anter ke kamar" Juna sudah akan membopong Shafa menuju kamarnya

"jangan...." tahan Shafa

"jangan kayak gini..please" Shafa menatap Juna dengan lebih memelas yang membuatnya tampak lebih menggemaskan di mata Juna.

"maksudnya?" Juna kembali duduk di sisi Shafa yang sekarang tertunduk lesu dengan mata yang terpejam erat.

"jantung gue mulai eror kayanya. Detakannya kuat banget tiap gue liat elo." Shafa masih tertunduk lesu, enggan menatap Juna.

senyum Juna tak bisa dia tahan..dengan pelan, Juna mengarahkan tangan Shafa ke arah dadanya

"Lo bisa rasain?" Juna berujar pelan. Shafa merasakan detakan pada dada Juna yang tak kalah kuat seperti miliknya. Shafa menatap tanya pada Juna yang dibalas anggukan dan senyum lembut

"ini juga yang gue rasain tiap deket sama Lo" aku Juna secara gamplang menyampaikan isi hatinya

"Juna....."

"boleh gue minta sesuatu?"

Shafa mengangguk kecil dengan mata yang seolah terkunci dengan tatapan lembut Juna

"gue belum pernah ciuman, bisa ajarin gue?" pertanyaan dari Juna yang membuat aliran darah Shafa serasa terhenti dan jantungnya seolah bertalu talu.

1
partini
5 th,,seh 5 th buanykkk bnggt yg bisa terjadi,,and then di sisinya di jadikan apa GUNDIK
partini
ga usah nangis be strong move on jangan pernah terlihat menyedihkan di depan orang yg ada di hatimu kalau bisa pergi jauh dulu
satu lagi bertarung dengan masa lalu tuh berat karena hampir semua masa lalu pemenang nya
CantStopWontstop
Terhibur banget!
Rukawasfound
Terharu, ada momen-momen yang bikin aku ngerasa dekat banget dengan tokoh-tokohnya.
Anthea
Meleleh sudah air mata menunggu update terbaru, thor~
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!