Pernikahan Di Usia Muda

Keyla terkesiap. Sebuah kebohongan telanjang meluncur begitu saja dari bibir Mek Lois, mengatakan bahwa Keyla juga setuju untuk menikah dengannya. Keyla menatap Mek Lois dengan sorot mata penuh pengkhianatan, namun Mek Lois hanya membalasnya dengan tatapan tajam yang mengancam, seolah memperingatkannya untuk tetap diam.

Mommy Sheila dan Daddy Marvin saling pandang. Ada sedikit keraguan di wajah mereka, namun pernyataan Mek Lois yang begitu tegas dan percaya diri seolah memadamkan pertanyaan apa pun.

Mommy Sheila: (Menghela napas lega, senyumnya kembali merekah) "Oh, syukurlah kalau begitu. Tante sempat khawatir, Nak. Ini memang yang terbaik." Ia menatap Keyla dengan tatapan penuh kelegaan, seolah beban berat baru saja terangkat dari pundaknya. "Kamu tahu, Keyla, Tante dan Mommy-mu itu sudah bersahabat sejak lama. Kami sering bercanda ingin menjodohkan kalian berdua. Sepertinya... takdir memang bekerja dengan caranya sendiri."

Keyla hanya bisa menunduk, tidak sanggup menatap wajah bahagia Mommy Sheila. "Takdir" yang mereka bicarakan adalah trauma dan paksaan baginya.

Daddy Marvin: (Menatap Mek Lois dengan bangga) "Bagus, Lois. Kamu mengambil keputusan yang benar,kita harus bertanggung jawab. Jadi, kita akan segera atur tanggal pernikahan. Secepatnya."

Mek Lois mengangguk, sorot matanya yang posesif tak pernah lepas dari Keyla. "Sebaiknya memang begitu, Dad."

Keyla merasakan perutnya bergejolak, bukan hanya karena mual kehamilan, tapi juga karena rasa marah yang membakar. Ia merasa semakin terpojok, suaranya tak berarti, pilihannya telah direnggut. Mereka semua, termasuk orang tua Mek Lois, seolah bersekongkol menjebaknya dalam pernikahan ini.

Setelah pembicaraan singkat namun padat itu, Mek Lois mengantar Keyla kembali ke mobil. Sebelum mobil berjalan, Mek Lois memegang dagu Keyla, memaksanya mendongak.

Mek Lois: (Suaranya rendah, penuh peringatan) "Aku sudah katakan, jangan buat masalah. Kau sudah lihat sendiri, semuanya setuju. Kau tidak punya pilihan."

Keyla menepis tangannya dengan kasar. "Aku membencimu," bisiknya, suaranya dipenuhi dendam.

Mek Lois hanya tersenyum tipis, senyum yang sama sekali tidak menenangkan. "Kebencianmu itu... akan membuatmu lebih menarik bagiku, Keyla. Dan jangan lupa, kamu sudah menjadi milikku sepenuhnya.

Mek Lois tidak membuang waktu. Ia kembali ke rumah Keyla, kali ini untuk berbicara langsung dengan Mommy Susi dan Daddy Radian. Ia tahu bahwa meskipun Keyla sudah dipaksa setuju di depan orang tuanya, restu formal dari keluarga Keyla tetaplah penting untuk kelancaran rencananya.

Malam itu, suasana di ruang tamu keluarga Radian Saputra terasa tegang. Keyla duduk di sofa, sedikit menjauh dari orang tuanya, wajahnya pucat pasi. Ia merasakan perutnya mual, campuran dari kehamilan dan kecemasan yang mencekik. Ia tahu apa yang akan terjadi.

Mek Lois memasuki ruangan dengan aura percaya diri yang tinggi. Ia mengenakan kemeja rapi, tampak tenang dan terkontrol, seolah-olah tidak ada drama besar yang melatarbelakangi kedatangannya.

Mek Lois: (Menyapa dengan sopan, namun tatapannya tegas) "Selamat malam, Om Radian, Tante Susi."

Daddy Radian: (Menatap Mek Lois dengan dingin, mencoba menahan amarah yang membara di dadanya) "Ada apa lagi, Lois? Keyla sudah pulang. Jangan ganggu putri saya lagi."

Mommy Susi: (Terlihat lebih tenang, mencoba bersikap diplomatis demi nama baik) "Lois, ada apa, Nak? Tadi Keyla sudah menceritakan semuanya."

Mek Lois mengangguk, melirik Keyla sekilas, lalu kembali menatap kedua orang tua Keyla.

Mek Lois: "Saya datang ke sini untuk meminta restu secara resmi, Om dan Tante. Saya ingin menikahi Keyla."

Kata-kata Mek Lois yang lugas dan tanpa basa-basi itu membuat Daddy Radian terkesiap. Ia ingin meledak, berteriak, dan mengusir pria yang telah merenggut kehormatan putrinya. Namun, ia melihat tatapan memohon dari Keyla yang ketakutan, dan ia ingat perkataan Mommy Susi tentang "solusi terbaik" demi nama baik keluarga.

Daddy Radian: (Mengepalkan tangan di bawah meja, mencoba menguasai diri) "Menikah? Setelah apa yang kamu lakukan pada putri saya, kamu berani datang ke sini dan meminta restu?"

Mek Lois: (Tetap tenang, tidak terprovokasi) "Saya mengerti kemarahan Om. Saya tidak akan menyangkal perbuatan saya. Tapi, Keyla kini mengandung anak saya. Dan sebagai laki-laki, saya bertanggung jawab penuh atas tindakan saya. Saya akan menikahi Keyla, memastikan masa depannya aman, dan anak kami mendapatkan status yang layak."

Mommy Susi, yang mendengarkan, menghela napas lega. Kata-kata "bertanggung jawab" dan "masa depan aman" adalah yang ingin ia dengar. Meskipun cara Mek Lois brutal, niatnya untuk bertanggung jawab adalah prioritasnya.

Mommy Susi: (Menggenggam tangan Daddy Radian, mencoba menenangkannya) "Radian, dengarkan dulu. Lois serius."

Daddy Radian: (Menatap Mek Lois lekat, amarahnya masih kentara) "Dan kamu pikir dengan menikahinya, semuanya akan beres begitu saja? Kamu pikir kamu bisa menghancurkan hidup putri saya, lalu membelinya dengan pernikahan?"

Mek Lois: (Nada suaranya sedikit mengeras, menunjukkan dominasinya) "Saya tidak menghancurkan hidup Keyla, Om. Saya memastikan masa depannya. Dan pernikahan ini adalah satu-satunya cara untuk menjaga kehormatan kedua keluarga, terutama putri Om yang sedang hamil. Atau Om ingin berita ini tersebar ke publik?"

Ancaman terselubung Mek Lois, yang menyentuh inti kekhawatiran Daddy Radian akan nama baik, berhasil mendinginkan emosinya, meskipun hatinya masih bergejolak. Ia tahu Mek Lois punya kekuatan untuk melakukan apa yang ia katakan. Ia melirik Keyla, yang menunduk dalam-dalam, tubuhnya bergetar.

Mek Lois: "Saya datang ke sini bukan untuk berdebat, Om. Saya datang untuk meminta restu. Saya akan mengurus semua persiapan pernikahan. Keyla akan mendapatkan segalanya yang dia butuhkan. Saya hanya butuh persetujuan dari kedua orang tuanya."

Keheningan menyelimuti ruangan. Daddy Radian menatap putrinya yang tampak hancur, lalu menatap Mek Lois yang penuh percaya diri. Ia tahu ia kalah. Ini bukan lagi tentang apa yang ia inginkan, melainkan tentang melindungi putrinya dari aib yang lebih besar.

Daddy Radian: (Akhirnya menghela napas panjang, kekalahan terpancar di matanya) "Baiklah, Lois. Kamu mendapatkan restuku. Tapi ingat, jika kamu menyakiti putri saya lagi, atau tidak memperlakukannya dengan baik... saya akan pastikan kamu menyesal seumur hidup."

Mommy Susi: (Mata berkaca-kaca, lega bercampur sedih) "Terima kasih, Lois. Terima kasih sudah mau bertanggung jawab."

Mek Lois tersenyum tipis, sebuah senyum kemenangan. Ia menoleh ke arah Keyla, tatapannya menyiratkan, "Lihat? Aku selalu mendapatkan apa yang kumau."

Keyla hanya bisa menatap lantai, hatinya hancur berkeping-keping. Ia kini resmi dijebak, dengan restu dari orang tuanya sendiri

Bersambung