Kayla lahir dari pernikahan tanpa cinta, hanya karena permintaan sahabat ibunya. Sejak kecil, ia diperlakukan seperti beban oleh sang ayah yang membenci ibunya. Setelah ibunya meninggal karena sakit tanpa bantuan, Kayla diusir dan hidup sebatang kara. Meski hidupnya penuh luka, Kayla tumbuh menjadi gadis kuat, pintar, dan sopan. Berkat beasiswa, ia menjadi dokter anak. Dalam pekerjaannya, takdir mempertemukannya kembali dengan sang ayah yang kini menjadi pasien kritis. Kayla menolongnya… tanpa mengungkap siapa dirinya. Seiring waktu, ia terlibat lebih jauh dalam dunia kekuasaan setelah diminta menjadi dokter pribadi seorang pria misterius, Liam pengusaha dingin yang pernah ia selamatkan. Di tengah dunia yang baru, Kayla terus menjaga prinsip dan ketulusan, ditemani tiga sahabatnya yang setia. Namun masa lalu mulai mengintai kembali, dan cinta tumbuh dari tempat yang tak terduga…
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 Mereka Tidak Tahu, Tapi Aku Pernah Bertahan Tanpa Siapa-Siapa
Senin pagi – Rumah Sakit Sentra Anak
Kayla baru saja tiba di ruang staf saat seseorang menatapnya dari ujung ruangan—tajam, memicing, tanpa senyum.
Perawat senior berbisik, “Itu dokternya baru pindah dari cabang barat, namanya dr. Nadira.”
“Kenapa kayak musuh bebuyutan baru?” tanya Cika yang ikut masuk.
Lala menyeringai. “Itu tatapan ‘lo cantik, lo pinter, dan gue gak suka.’”
Kayla hanya tersenyum, meletakkan tasnya dan mulai mengecek daftar pasien.
---
Pukul 10.30 – Ruang rawat anak
Kayla sedang menyuapi seorang pasien balita bernama Didi, yang sedang dalam pemulihan setelah demam tinggi.
“Ayo Didi, satu sendok lagi buat mama ya...”
“Engga mauuuu!”
Kayla tertawa kecil. “Kalau begitu, buat dokter cantik?”
Didi langsung membuka mulut lebar-lebar.
Di luar ruangan, Nadira menatap itu dengan sinis. Ia berjalan menghampiri setelah Kayla keluar.
“Hebat ya, baru beberapa bulan kerja di sini udah kayak seleb rumah sakit,” sindirnya.
Kayla menoleh, sopan. “Saya hanya bekerja sesuai kemampuan saya.”
Nadira menyilangkan tangan. “Saya cuma berharap kamu gak terlalu banyak senyum manis untuk menutupi ketidaksiapan dalam praktik.”
Kayla menatapnya dalam. “Kalau ada kekeliruan, saya selalu siap belajar, Dok. Tapi kalau ini soal senyum saya, itu mungkin cuma efek samping dari hidup yang pernah sangat kelam.”
Nadira tidak menjawab. Ia melengos pergi.
---
Sore hari – Ruang istirahat
Cika melempar roti sobek ke arah Kayla. “Eh kamu kenapa gak bales Nadira pakai gaya sarkas gitu? Kamu bisa banget loh.”
Kayla membuka bungkusan bekal. “Aku nggak perlu semua orang suka. Aku cuma perlu tetap baik sama diriku sendiri.”
Rina menambahkan, “Pasti itu dokter Nadira denger soal seminar trauma masa kecil minggu depan. Dengar-dengar, kamu yang diundang jadi pembicara utama.”
Lala bertepuk tangan. “aku bangga punya temen se-level TED Talk!”
Kayla tersipu. “Cuma seminar kecil untuk SMA negeri sekitar.”
---
Malam hari – Di rumah Kayla
Setelah makan malam dan video call dengan kakek Albert, Kayla membuka pintu rumah untuk mengambil paket dari kurir.
Sebuah kotak cokelat sederhana dan satu buket bunga putih dengan kartu kecil.
"Untuk kamu yang tetap berdiri meski pernah dihancurkan. – seseorang yang memperhatikan."
Kayla terdiam.
Tangannya bergetar pelan, bukan karena takut… tapi karena hatinya tiba-tiba terasa hangat.
Dia melihat sekeliling. Jalanan sepi. Hanya suara jangkrik dan lampu jalan.
Ia memeluk bunga itu, lalu menatap langit malam. “Dulu aku bertahan sendiri. Sekarang… aku tak harus terus sendirian.”
---
Besoknya – Di rumah sakit
Liam muncul di koridor, tidak pakai setelan jas seperti biasa. Hanya kaus putih dan jaket tipis.
“Tumben santai,” sapa Kayla.
Liam tersenyum kecil. “Hari ini aku nggak mau bicara soal proyek atau investasi. Aku cuma mau nanya…”
“Hmm?” gumam Kayla
“Cokelatnya enak gak?” tanya Liam yang mulai santai dalam bicara tidak sedingin dulu menakutkan
Kayla menatapnya, diam. “Jadi kamu?”
“Biar kamu tahu…” Liam berbisik pelan.
“...bahwa tidak semua yang datang padamu hanya untuk menyakiti.” mendengar itu Kayla tersenyum haru menatap Liam,
...----------------...
Hari Sabtu – SMA Negeri 5, Aula Besar
Siswa-siswi sudah duduk rapi di aula. Spanduk besar bertuliskan:
SEMINAR MOTIVASI: “Berjuang dari Luka, Bertumbuh Jadi Kuat”
bersama dr. Kayla, Dokter Anak & Alumni Terbaik
Kayla berdiri di balik panggung kecil. Di tangannya ada lembar catatan, tapi hatinya jauh lebih tenang dari yang ia duga.
Di antara deretan guru dan panitia, kepala sekolah menyambutnya hangat.
“Banyak siswa kami kehilangan semangat setelah pandemi, beberapa juga datang dari keluarga kurang utuh. Kami senang bisa menghadirkan sosok seperti Anda, Dokter Kayla.”
Kayla menunduk hormat. “Saya hanya ingin memberi mereka sesuatu yang dulu tidak pernah saya dapat—keyakinan bahwa mereka berharga.”
---
Beberapa menit kemudian – Di atas panggung
Kayla berdiri tegak, mikrofon di tangan, wajahnya tenang meski tatapan ratusan pasang mata tertuju padanya.
“Aku tumbuh dari luka,” ucapnya pelan.
“Saat berusia 7 tahun, aku kehilangan ibu kandungku, satu-satunya orang yang mencintaiku. Setelah itu, aku… tidak punya siapa-siapa. Aku tidur di pasar, makan dari sisa dagangan, hidup hanya karena aku tidak bisa mati. Sampai aku bertemu ibu angkatku yang sangatlah baik tapi kebahagiaan ku juga hilang lagi karena ibu angkat juga meninggal akibat kecelakaan.”
Ruangan hening. Tak ada suara, bahkan tak ada yang bergumam.
“Tapi hari ini, aku berdiri di sini. Bukan sebagai korban masa lalu. Tapi sebagai orang yang memilih untuk tidak menyimpan luka itu selamanya.”
---
Setelah acara – Di luar aula
Beberapa siswa mengerubungi Kayla untuk berfoto dan bertanya.
Namun, seorang anak laki-laki berusia sekitar 15 tahun berdiri agak jauh. Matanya menunduk, tubuhnya kurus, wajahnya pucat.
Kayla menyadarinya.
“Kamu… ingin bicara?” tanyanya lembut.
Anak itu mengangguk.
---
Di ruang UKS — percakapan pribadi
“Namamu siapa?” tanya Kayla.
“Aldi, Bu… eh, Dokter.”
“Aldi, boleh aku tahu kenapa kamu datang kemari?”
Aldi menarik napas berat.
“Karena… saya seperti Ibu. Dibuang.”
Kayla menatapnya dalam-dalam.
“Bapak saya sering bilang saya penyebab kematian ibu. Katanya… kalau ibu nggak melahirkan saya, dia nggak akan mati. Saya tumbuh di rumah yang nggak pernah menganggap saya ada. Sekarang saya tinggal sama paman yang selalu marah.”
Suara Aldi pecah. “Saya capek, Dok. Saya cuma… pengin hilang aja.”
Kayla menahan air matanya.
Ia duduk di samping Aldi, lalu menggenggam tangan anak itu erat.
“Aldi, kamu bukan penyebab kematian ibumu. Kamu adalah hadiah terakhir yang dia tinggalkan ke dunia.”
“Kalau dia hidup, pasti dia akan bangga kamu bisa bertahan sampai hari ini.”
Aldi menangis. Tak ada lagi yang bisa disembunyikan.
---
Setelah itu – di lapangan sekolah
Kayla berbicara dengan kepala sekolah dan guru BK, memastikan Aldi bisa mendapatkan pendampingan psikologis dan pengawasan rumah yang lebih baik.
Cika yang ikut sebagai panitia dokumentasi memeluk Kayla dari belakang.
“Gila, Kay. Gak cuma jadi dokter. Lo jadi penyambung harapan.”
Rina menambahkan, “Lo bukan cuma penyelamat anak-anak di rumah sakit. Tapi juga anak-anak yang hampir kehilangan alasan hidup.”
---
Malam hari – Rumah Kayla
Kayla baru pulang dan membuka surat dari Aldi yang diam-diam diselipkan ke tasnya.
“Terima kasih, Kak Kayla. Hari ini, saya merasa seperti manusia. Bukan beban. Saya pengin jadi dokter kayak Kakak. Biar saya bisa bantu orang seperti saya.”
Tangannya gemetar. Ia menutup surat itu dengan mata basah.
Lalu memandang ke cermin.
Dulu gadis kecil itu pernah dianggap tidak diinginkan. Tapi sekarang, gadis itu telah tumbuh menjadi seseorang… yang menguatkan banyak hati yang nyaris hancur.
Bersambung
mantap 👍
kl orng lain,mngkn g bkln skuat kayla....
ank kcil,brthan hdp s luarn sna pdhl dia msh pnya sseorng yg nmanya ayah.....
😭😭😭
mudah dipahami
mna pas lg,jdinya ga ara th jd nyamuk....😁😁😁.....
Liam niat bgt y mau pdkt,smp kayla prgi kmna pun d ikutin....blngnya sih kbetulan.....tp ha pa2 lh,nmanya jg usaha....smngtttt....
trnyta ank yg d buang,skrng mlah jd kbnggaan orng lain....slain pntr,kayla jg tlus....skrng dia pnya kluarga yg syng dn pduli sm dia....