Mengisahkan persahabatan ketiga nya dikampus dengan pekerjaaan sambilan mereka yang akhirnya mengantarkan mereka pada jodoh masing-masing.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Danira16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Ustad Yusa menolak untuk menikah lagi karena rasa cinta dan sayangnya yang begitu besar pada umi Bilqis, isterinya.
Setelah mengatakan hal itu serta mengutarakannya pada ibunya, wanita tua itu hanya bisa menahan rasa kecewa pada puteranya.
"Yakin kamu tidak akan menikah lagi? Setidaknya untuk mengurus anak-anak kamu, apalagi bayi yang baru saja dilahirkan itu masih merah Yusa, dia butuh asi." Ucap ibu Yusa yang ternyata bernama Ratih.
"Sudahlah Bu, kamu jangan paksa Yusa. Biarkan dia tentukan jalannya sendiri, lagian Yusa bukan anak kecil lagi." Imbuh ayah Yusa yang bernama Idris.
Ayah Yusa adalah seorang ustad juga, dia pemilik pondok pesantren yang berada cukup jauh dari tempat kost.
Yusa dan Bilqis menikah karena saat itu Bilqis sekolah di pondok pesantren itu, dan usia mereka hanya terpaut 3 tahun lebih tua Yusa ketimbang Bilqis.
Sedangkan kedua orang tua Bilqis, adalah pemilik kost-kostan terbesar dikota itu, dan cukup berada ekonominya.
Hingga kedua ayah kandung Bilqis meninggal dunia, dan warisan kost-kostan itu jatuh pada anak semata wayangnya.
Sedangkan mereka tinggal dirumah yang berdekatan dengan kost, saat pagi hari ustad Yusa selalu mengajar di pondok pesantren. Dan ia memiliki penggemar cewek-cewek di pondok karena ketampanannya.
Bahkan ada juga yang meny0dorkan puteri mereka kepada Yusa sebagai istri kedua pria tampan itu,namun Yusa tidak tertarik untuk berpoligami.
Saat ini ia bagai orang yang tanpa arah, bagaimana ia bisa menjadi makin frustasi hanya karena desakan orang tuanya sendiri untuk menikah lagi.
"Tapi ini memang sudah jadi kehendak Bilqis nak, istri kamu menderita penyakit serius."
"Tidak, itu tidak mungkin. Bilqis pasti akan sembuh. Dia akan sadar." Lirih ustad Yusa mengusap wajahnya.
"Astagfirullah......" Lanjut Yusa kembali dan tangannya sudah kembali memegang tasbih.
"Sudah Bu, kita pulang saja. Biarkan gudang tenang dulu." Titah Idris pada Ratih istrinya.
Dengan rasa kecewa dan kerisauannya akan nasib Yusa, akhirnya Ratih memilih menurut pada suaminya dan pergi mengikuti suaminya.
Setidaknya Ratih dan Idris memberikan luang waktu pada Yusa, meninggalkan Yusa seorang diri dengan ketiga cewek kampus yang kini masih berada di tempatnya.
"Maaf ini dari kami, semoga umi Bilqis cepat sadar dan sembuh." Ucap Nita tulus dengan membawa kado serta makanan yang tadi sempat ia bawa.
Dan Nita akhirnya yang membuka suaranya, karena ia mewakilkan atas nama temannya, dan ustad Yusa hanya tersenyum.
"Terima kasih atas perhatian kalian, umi Bilqis pasti senang melihat kalian bisa menjenguknya." Ucap ustad Yusa dengan tulus pula.
"Iya ustad, kami pergi ke kampus dulu ya?" Kini Ayu pun berucap sembari kemudian ia menundukan kepalanya gak mampu menatap wajah tampan sang ustad.
Tidak bisa dipungkiri pesona ustad tampan itu mempu menghipnotis para kaum hawa yang melihatnya,
"Iya belajar yang rajin kalian, bagaimana pun orang tua kalian berharap banyak pada kalian." Jawab ustad Yusa yang sedikit memberikan petuah pada para ciwik-ciwik kampus.
"Baik ustad....." Seru Ayu dan Nita bersamaan.
"Oke ustad, kalo butuh asi buat.....aaww sakit." Teriak Chesty ketika kakinya telah di injak Nita.
Lalu tatapan Chesty menatap bingung pada temannya yang baru saja menginjak kakinya, seakan ia menanyakan mengapa Nita melalukan hal tadi.
"Nita hanya mengkode temannya itu untuk diam tak banyak bicara pada ustad Yusa, sedangkan pria itu terlihat heran menatap Chesty dan Nita yang malah sedang saling mengkode.
Kening ustad Yusa berkerut, dan Nita yang melihat itu segera meminta maaf dan izin pergi meninggalkan tempat itu.
Dan kepergian ketiganya membuat ustad Yusa mengelengkan kepalanya, lalu ia membawa banyak barang yang diberikan anak kostnya masuk ke dalam ruangan perawatan VIP isterinya.
Chesty, Ayu dan Nita kini sudah ada di luar rumah sakit, ia pun langsung mencari angkot dan menunggu di sebrang jalan rumah sakit.
"Lo kenapa sih tadi nginjek kaki gue, sakit tau njiir." Umpat Chesty.
"Sorry kalo nginjek nya terlalu kenceng, soalnya tadi Lo malah mau nyaranin itu ustad buat pake jasa kita kan?" Tebak Nita yang tahu jalan pikiran Chesty.
"Iya...." Jawab Chesty cepat.
"Gila Lo, mau ditaro dimana muka kita kalo sampe ustad Yusa tahu pekerjaan kita?"
"Ya taro di depan aja, kan muka kita di depan, bukan bok0n9 kita." Cetus Ayu.
"Lo ini malah becanda, gue ngomong serius Ayu."
"Iya gue tahu, maaf hehehe...." Tawa Nita yang kemudian tersenyum.
"Ya abisnya gue cuma saranin karena supaya bayi umi sama ustad Yusa bisa dapat a5i." Jawab Chesty, yang aslinya ingin berniat baik.
Nita pun paham itu, Chesty pun tak tega melihat bayi malang itu, apalagi ia melihat perselisihan antar ustad Yusa dan kedua orang tuanya perihal mendesak ustad Yusa menikah lagi.
"Gue tahu maksud Lo baik chez.....tapi itu bukan urusan kita. Biar ustad Yusa yang pikir sendiri, ita tidak perlu masuk ke ranah mereka yang rumit, ingat kita hanya jalankan tugas kita hanya pada klien yang sudah membayar kita." Pertegas Nina.
"Owgh oke Nita, sorry gue hampir aja kelepasan." Tukas Chesty.
"Gue sebenernya juga kasihan sama bayi mereka, tapi kalo sampai tau kita ini bekerja macam itu, bisa-bisa kita di usir dari kost."
"Iya Lo bener Nita, mana cari kost yang nyaman dan murah juga susah." Jawab Chesty yang membenarkan asumsi Nita.
Mereka akui kost ditempat umi Bilqis paling murah dan yang aman tentunya, sudah begitu pemiliknya pun baik sekali.
Dan Nita dan Chesty sudah 1 tahun lebih tinggal ditempat kost itu. Awalnya mereka tinggal agak jauh dari kampus, itu pun harga kost relatif sudah mahal.
"Tapi kasihan sekali ya debay nya, kalo dia bukan anaknya pak ustad pasti gue akan kasih asi itu buatnya." Cetus Ayu dengan lugunya.
"Gratis?" Tanya Chesty.
"Hemm....."
"Stupid, Udah sekarang kita langsung ke kampus aja." Cicit Chesty pada temannya.
Bersambung......