NovelToon NovelToon
Kirana Gadis Indigo

Kirana Gadis Indigo

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Genius / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Kirana, seorang siswi SMA dengan kemampuan indigo, hidup seperti remaja pada umumnya—suka cokelat panas, benci PR Matematika, dan punya dua sahabat konyol yang selalu ikut terlibat dalam urusannya: Nila si skeptis dan Diriya si penakut akut. Namun hidup Kirana tidak pernah benar-benar normal sejak kecil, karena ia bisa melihat dan berkomunikasi dengan arwah yang tak terlihat oleh orang lain.

Saat sebuah arwah guru musik muncul di ruang seni, meminta bantuan agar suaranya didengar, Kirana terlibat dalam misi pertamanya: membantu roh yang terjebak. Namun kejadian itu hanyalah awal dari segalanya.

Setiap malam, Kirana menerima isyarat gaib. Tangga utara, lorong belakang, hingga ruang bawah tanah menyimpan misteri dan kisah tragis para arwah yang belum tenang. Dengan bantuan sahabat-sahabatnya yang kadang justru menambah kekacauan, Kirana harus menyelesaikan satu demi satu teka-teki, bertemu roh baik dan jahat, bahkan melawan makhluk penjaga batas dunia yang menyeramkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7

 "Aku tahu jadwal guru piket dan siapa yang sering ninggalin laci kebuka. Namanya Pak Anas. Dia paling pelupa sedunia."

"Oke, kita tunggu waktu makan siang. Saat guru-guru keluar semua, kita masuk ke ruang guru dan cari buku itu," kata Kirana dengan mantap.

Waktu makan siang tiba. Sesuai rencana, para guru pergi ke ruang makan belakang. Keempat gadis itu menyelinap ke ruang guru, jantung berdebar lebih cepat daripada saat ujian matematika.

"Cepat, cari label 'Catatan Kegiatan 2012'," bisik Kirana.

Mereka berpencar. Suasana ruang guru sangat hening, hanya bunyi jam dinding terdengar.

Lalu... Diriya berseru pelan, "Ketemu! Ini dia bukunya!"

Namun ketika ia menarik buku itu dari rak... sebuah kertas terjatuh. Kirana mengambilnya.

Isinya:

"Jangan percaya pada yang terlihat baik. Kadang, iblis memakai wajah malaikat."

Tiba-tiba, lampu ruang guru mati.

Semua berteriak.

Lalu terdengar suara... Ketawa kecil perempuan.

Tapi kali ini bukan suara Anindya.

"Siapa... itu...?" bisik Nila.

Tiba-tiba, buku yang Diriya pegang terbakar sendiri, huruf-hurufnya hilang dalam api biru.

"Buku itu... dihancurkan!" jerit Kirana.

Dan suara dari balik lemari menggema:

"Kalian tidak seharusnya tahu..."

"...Buku itu… dihancurkan…" suara Kirana nyaris tak terdengar, matanya membelalak menyaksikan lembaran terakhir berubah menjadi abu yang beterbangan di udara.

“Kita… terlambat?” bisik Nila.

Namun sebelum mereka sempat menarik napas, terdengar suara berat berbisik dari pojok ruangan, “Yang kalian lihat... baru permulaan…”

Mereka semua menoleh. Tak ada siapa-siapa di sana. Tapi angin dingin seperti berembus dari dalam dinding.

Lalu dari antara rak buku yang gosong, muncul selembar foto yang terlempar ke lantai foto hitam putih. Mereka mendekat. Terlihat enam siswi berseragam putih abu-abu tersenyum. Salah satunya adalah Anindya.

Namun wajah dua siswi lainnya… dicoret hitam.

“Siapa mereka?” gumam Diriya.

Kirana memandangi foto itu dalam-dalam, lalu mendekapnya erat. “Kita harus cari tahu. Ini belum selesai.”

Kezia, meski masih syok, mengangguk. “Dan kali ini… kita harus lebih cepat dari siapa pun yang mencoba mengubur rahasia ini.”

Di luar jendela, hujan mulai turun. Rintik air seperti mengetuk-ngetuk kaca dengan irama misterius, seolah ikut memperingatkan:

Masa lalu belum selesai. Arwah belum tenang. Dan musuh sesungguhnya… belum muncul.

Keesokan harinya

Pagi itu, suasana sekolah terasa agak berbeda. Langit mendung, gerimis turun perlahan, dan bel sekolah yang biasanya nyaring malah terdengar lebih sayup. Seolah ikut enggan membangunkan hari.

Kirana duduk di bangkunya sambil memandangi foto hitam-putih dari perpustakaan yang telah mereka salin malam sebelumnya. Wajah dua siswi yang dicoret masih menghantui pikirannya.

“Siapa mereka, ya?” bisik Diriya dari bangku belakang Kirana yang duduk bersama Nila. “Apa mereka korban juga?”

“Entah... Tapi aku merasa salah satu dari mereka mirip dengan guru Bahasa kita, Bu Ratna,” sahut Nila pelan.

Sebelum mereka bisa menerka lebih lanjut, pintu kelas terbuka.

“Anak-anak, hari ini kita kedatangan dua murid pindahan dari sekolah lain. Silakan masuk,” kata Bu Yuni.

Semua kepala menoleh.

Dua remaja laki-laki melangkah masuk. Yang satu berkulit agak gelap dengan rambut keriting alami dan senyum lebar. Yang satu lagi berkulit pucat, berkacamata, dan tampak pendiam dengan sorot mata tajam seolah bisa membaca pikiran orang.

“Halo, nama ku Jalu, dari Jakarta,” kata yang berambut keriting sambil melambaikan tangan.

“Dan saya Radith,” sahut yang berkacamata singkat, matanya sempat menatap lama ke arah Kirana.

Kirana merasa merinding. Bukan karena takut, tapi karena tatapan Radith seperti... mengenal sesuatu yang tak pernah mereka ceritakan pada siapa pun.

“Silakan duduk di belakang Kirana dan teman-teman, ya,” ujar Bu Yuni.

 

Baru juga kelas berjalan beberapa menit, Jalu sudah mulai bisik-bisik ke Diriya, “ Eh aku boleh tanya"

"Apa?" tanya Diriya

"Apa kalian tau adi aku liat lorong dekat UKS kayak gelap banget, ya? Kayak bukan lorong biasa, apa kalian tau kenapa?" tanya Jalu

Diriya mengerutkan dahi, “Itu lorong yang ditutupin tirai? Iya, itu memang lorong ke ruang arsip. Udah lama kosong.”

"Aku denger suara cewek nangis, loh...” bisik Jalu, wajahnya kini agak pucat.

Diriya menoleh ke Radith yang duduk tenang membaca buku. “ kamu denger juga?”

Radith hanya mengangguk. “Tapi itu bukan suara manusia hidup.”

Mata Diriya membulat. “Wah. Kalian berdua… bisa lihat juga?”

Radith menoleh perlahan ke arah Kirana yang kini ikut mendengarkan. “Kami bisa... tapi kami bukan indigo seperti dia. Kami hanya… salah pilih sekolah.”

“APA?!” serempak Kirana, Nila, dan Diriya berseru.

Jalu tergelak, “Kami pilih sekolah ini karena katanya terkenal dan dekat rumah tante. Tapi baru semalam di asrama, kami udah liat bayangan putih di langit-langit. Aku bahkan dilempar sandal sendiri.”

“Dan aku,” Radith menimpali pelan, “melihat tangan keluar dari rak buku dan mencoba menarik kerah bajuku.”

 “Kalian harus cerita semua. Nanti ikut aku ke taman belakang.” ujar Kirana

Saat istirahat tiba, akhirnya mereka pun berkumpul, dengan tambahan Kezia yang memang beda kelas.

Di bawah pohon beringin tua yang rindang tapi agak menyeramkan, mereka bercerita.

Jalu memulai, “Kejadian anehnya mulai dari malam pertama. Aku tidur di ranjang atas, Radith di bawah. Tiba-tiba aku kebangun karena denger suara geretan kursi. Tapi pas liat ke bawah, ga ada siapa-siapa. Ranjang bawah kosong. Radith berdiri di pojokan kamar, mukanya keringetan.”

Radith mengangguk. “Ada sosok perempuan berdiri di jendela, ngetuk-ngetuk pelan. Padahal itu lantai tiga. Mukanya berdarah, dan dia ngomong, ‘Balikin...’”

“Balikin apa?” tanya Kirana cepat.

“Nah, itu. Kami ga tau. Tapi tadi pagi pas kami siap ke sekolah, ada goresan di pintu asrama: "BALIKIN MILIKKU."”

Kezia menggigit bibir. “Kayaknya ini semua berhubungan, deh. Kita juga dihantui bayangan perempuan yang ngomong ‘balikin.’”

“Dan sekarang dua murid baru yang ngga salah apa-apa malah ikut ditarik,” gumam Nila cemas.

Radith mendongak. “Mungkin kami ngga salah pilih sekolah. Mungkin kami justru ditarik ke sini karena... kami dibutuhkan.”

Diriya tertawa lemah, “Sungguh penghiburan yang tidak menenangkan, Bro.”

"Benar ini bukan kebetulan, karena jika kebetulan tidak mungkin di ganggu saat baru datang" ujar Nila.

Sedangkan Kirana terdiam, memikirkan semua ini, ia merasa ada yang aneh dan Janggal dengan semua ini. Ia sudah sering lihat hal seperti ini tapi kali ini seperti menyimpan hal yang lebih dalam

Bersambung

1
Husein
kereeennnn 👍👍
Tiara Bella
wow author kesana kemari bawa cerita seru....semangat ya
MARQUES
cerita sangat bagus kalau bs lanjutkan terus pertualangan Kirana tanpa ada cinta cintaan thor biar cerita ny makin menarik trus untuk di baca sekian saran saya thor 🙏😄
Cindy
lanjut kak
mustika ikha
penasaran thor kelanjutannya, /Determined//Determined//Determined//Determined/
Tiara Bella
takut bacanya tp penasaran hehehhee.....
Tiara Bella
berasa lg nnton sinetron sh....
Wulan Sari
ayo lanjut lagi anak indigo mengatasi apa lagi semangat 💪 Thor 👍
Wulan Sari
critanya menarik membuat kadang terbayang sendiri gimana kalau kenyataan🙂
semangat Thor berkarya itu tidak mudah salam sehat selalu ya Thor 💪👍❤️🙂🙏
Tiara Bella
jantung Aman pemirsah.....wkwkwkkww
Sribundanya Gifran
lanjut thor
Cindy
lanjut kak
RA
ceritanya seru, lanjutttt dan semangat
RA
semangat
Sribundanya Gifran
lanjut
mustika ikha
berasa ikut ke dalam cerita dengan cerita yg menakutkan diikuti suara musik horor atau gamelan yg mistis, thor ceritanya menakutkan tapi membuat penasaran, jd lanjutkan/Joyful/
Wulan Sari
semangat Kirana kamu pasti bisa menyesuaikan semua keseimbangan dunia ayoooo, ....
lanjutkan Thor semangat 💪 salam sehat selalu 👍❤️🙂🙏
Wulan Sari
seru lanjutkan Thor semangat 💪👍 trimakasih 🙏
Sribundanya Gifran
lanjut thor
Cindy
lanjut kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!