NovelToon NovelToon
Pendekar Kegelapan

Pendekar Kegelapan

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi Timur / Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:7.7k
Nilai: 5
Nama Author: DANTE-KUN

Menceritakan kisah seorang anak laki-laki yang menjadi korban kekejaman dunia beladiri yang kejam. Desa kecil miliknya di serang oleh sekelompok orang dari sekte aliran sesat dan membuatnya kehilangan segalanya.


Di saat dia mencoba menyelamatkan dirinya, dia bertemu dengan seorang kultivator misterius dan menjadi murid kultivator tersebut.

Dari sinilah semuanya berubah, dan dia bersumpah akan menjadi orang yang kuat dan menapaki jalan kultivasi yang terjal dan penuh bahaya untuk membalaskan dendam kedua orangtuanya.


Ikuti terus kisah selengkapnya di PENDEKAR KEGELAPAN!


Tingkatan kultivasi :


Foundation Dao 1-7 Tahapan bintang

Elemental Dao 1-7 Tahapan bintang

Celestial Dao 1-7 Tahapan bintang

Purification Dao 1-7 Tahapan bintang

Venerable Dao 1-7 Tahapan bintang

Ancestor Dao 1-7 tahapan bintang

Sovereign Dao 1-7 tahapan bintang

Eternal Dao Awal - Menengah - Akhir

Origin Dao Awal - menengah - akhir

Heavenly Dao

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DANTE-KUN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch. 26

Setelah menyingkirkan ketua organisasi Serigala Hitam, Acheng turun kembali ke tanah, tepat di tengah-tengah markas yang kini sunyi.

Di sana, ia menemukan sekelompok wanita muda berkumpul di sudut ruangan besar dengan raut wajah penuh ketakutan. Mereka mengenakan pakaian yang compang-camping, sebagian bahkan terluka.

Mata mereka memandang Acheng dengan waspada, namun tanpa harapan.

Acheng melangkah mendekati mereka, tatapannya tetap datar. Dalam hatinya, ia bergumam, "Sepertinya mereka adalah korban kebiadaban organisasi ini. Wanita-wanita yang dipaksa menjadi budak."

Suara Acheng yang rendah namun tegas menggema di ruangan besar itu. "Pergilah. Kalian tidak perlu lagi bertahan di tempat ini. Semua anggota organisasi Serigala Hitam telah kuhancurkan. Kalian bebas sekarang."

Awalnya, para gadis itu saling pandang, tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka dengar.

Namun setelah beberapa saat, mereka perlahan berdiri dan maju mendekati Acheng. Salah satu dari mereka, seorang gadis dengan rambut panjang dan mata yang penuh air mata, berlutut di depannya.

"Tuan... terima kasih. Terima kasih telah menyelamatkan kami," katanya dengan suara bergetar. Tak lama, yang lainnya ikut bersujud, menundukkan kepala mereka dalam rasa syukur yang mendalam.

Suara isakan terdengar dari beberapa gadis yang akhirnya bisa merasakan kebebasan setelah bertahun-tahun terkurung dalam penderitaan.

Namun, Acheng hanya berdiri diam, tidak menunjukkan reaksi berarti.

Ia melangkah maju, mengabaikan mereka, dan menuju bagian terdalam markas itu, meninggalkan gadis-gadis tersebut dengan rasa lega dan harapan baru.

Acheng berjalan menyusuri lorong-lorong gelap markas dengan langkah mantap. Meski tanpa penerangan, indera tajamnya bisa merasakan kehadiran sesuatu yang berbeda.

Energi unik memancar dari suatu tempat di depan.

Setelah beberapa saat, ia tiba di depan sebuah pintu besar dari logam hitam yang dipenuhi ukiran rumit. Rune-rune kuno memancar samar dari permukaannya, menandakan bahwa ini bukan pintu biasa.

"Sepertinya ini ruang harta mereka," gumamnya, sambil mengamati pintu itu. Dengan satu gerakan tangan, energi kegelapan dari tubuhnya melesat dan menghantam pintu tersebut.

BOOM!

Pintu itu hancur berantakan, serpihan logamnya beterbangan ke segala arah. Di balik pintu, terbentang sebuah ruangan yang luas dengan cahaya keemasan yang memancar dari dalam.

Begitu melangkah masuk, Acheng dikejutkan oleh pemandangan yang megah.

Tumpukan koin emas menjulang tinggi seperti gunung, bercahaya oleh pantulan sinar dari kristal di dinding. Peti-peti penuh dengan perhiasan dan beberapa benda berharga tersebar di seluruh ruangan.

Namun, bukan itu yang menarik perhatian Acheng. Di tengah-tengah ruangan, di atas sebuah altar kecil, berdiri sebuah bendera kecil berwarna ungu gelap dengan aura yang memancar kuat. Di permukaan bendera itu, rune-rune kuno bersinar samar, mengeluarkan energi yang terasa menekan.

Acheng mendekati altar itu dengan hati-hati, matanya menyipit saat mengenali benda tersebut. "Bendera Kekacauan Jiwa," gumamnya.

Ia pernah membaca tentang bendera ini dari ingatan Raja Iblis yang telah ia serap. Sebuah artefak langka yang tidak hanya bisa menyerap jiwa, tetapi juga menyimpannya untuk berbagai kegunaan, seperti melancarkan mantra atau menyegel lawan.

Nilai benda ini tak terukur bagi seorang kultivator, terutama bagi seseorang seperti Acheng yang memegang teknik yang berfokus pada jiwa dan kegelapan.

Acheng mengulurkan tangan, meraih bendera itu. Begitu tangannya menyentuh kain ungu gelap itu, sebuah energi liar melesat ke arahnya.

ZIIINNNGG!

Energi itu mencoba menyerangnya, tetapi tubuh kaisar kegelapannya dengan mudah menyerap dan menetralisir kekuatan itu. Dalam sekejap, Bendera Kekacauan Jiwa berhenti memberontak dan seolah-olah tunduk padanya.

"Hmm, harta yang sangat menarik," katanya, lalu menyimpan bendera itu ke dalam cincin penyimpanannya.

Acheng berdiri di tengah ruangan untuk beberapa saat, matanya menyapu gunung emas dan peti-peti harta yang mengelilinginya. "Sepertinya, semua uang ini akan berguna nanti." gumamnya pelan. Lalu Acheng mengulurkan tangannya dan dalam satu gerakan semua koin emas yang ada di tempat itu langsung berpindah ke dalam cincin penyimpanannya.

Dan kini hanya tersisa puluhan peti yang berisikan perhiasan dan beberapa benda berharga lainnya. Akan tetapi Acheng tidak mempedulikannya dan langsung meninggalkan tempat itu dan berjalan keluar dari ruang harta organisasi Serigala Hitam.

Saat di luar, cahaya bulan purnama bersinar lembut menyinari wajahnya yang dingin, angin malam berembus pelan mengibaskan rambut hitam panjangnya. "Aku akan beristirahat untuk beberapa malam di sini, dan memastikan keadaan kota ini agar lebih baik." ujarnya sembari melangkah pergi meninggalkan markas organisasi Serigala Hitam yang kini sunyi.

...

Pagi itu, kabar kehancuran organisasi Serigala Hitam menyebar seperti api yang membakar padang rumput kering, membawa suasana baru yang penuh harapan dan rasa lega di antara penduduk.

Di salah satu penginapan kecil yang sederhana, Acheng membuka matanya. Pancaran sinar matahari menerobos melalui celah jendela kayu, membelai wajahnya yang tenang.

Ia bangkit dari tempat tidurnya dan berdiri di depan cermin kecil di kamar itu, melihat dirinya yang tampak segar. Pikirannya masih dipenuhi rencana untuk melanjutkan perjalanan, tetapi ia tahu bahwa sebelum pergi, ia harus memastikan bahwa kota ini benar-benar bebas dari cengkeraman organisasi Serigala Hitam.

Setelah mencuci muka dan mengenakan kembali jubah hitamnya yang khas, ia meninggalkan kamar penginapan dan turun ke lantai bawah. Pemilik penginapan, seorang wanita tua yang awalnya terlihat gugup saat melayani Acheng, kini menatapnya dengan rasa hormat yang tulus. Namun, Acheng tidak menggubris pandangan itu.

Begitu ia melangkah keluar dari penginapan, ia langsung merasakan suasana berbeda di udara. Jalan-jalan yang sebelumnya sunyi kini dipenuhi orang-orang. Banyak dari mereka sibuk dengan aktivitas pagi, tetapi beberapa tampak berhenti di tempat, memandang ke arahnya dengan tatapan penasaran dan berbisik-bisik di antara mereka.

"Apa dia orangnya?" bisik seorang pria setengah baya sambil menunjuk Acheng dengan matanya.

"Iya, aku dengar dari salah satu wanita yang selamat, dia adalah pria misterius itu!" jawab seorang pedagang wanita yang berdiri di sebelahnya.

Acheng mengabaikan semua bisikan itu dan berjalan dengan langkah mantap menuju pusat kota. Namun, semakin jauh ia melangkah, semakin banyak orang yang memperhatikan dirinya. Di sebuah sudut pasar kecil, seorang wanita muda dengan pakaian sederhana tiba-tiba menghampirinya.

"Tuan! Tuan adalah orang yang menyelamatkan kami dari markas Serigala Hitam, bukan?" tanya wanita itu dengan suara gemetar, namun penuh rasa syukur.

Acheng berhenti dan menatap wanita itu sejenak. Ia mengangguk singkat tanpa berkata apa-apa, lalu melanjutkan langkahnya. Wanita itu tersenyum lebar dan berbalik kepada kerumunan di sekitar.

"Benar! Ini dia, pria yang menghancurkan organisasi Serigala Hitam!" serunya dengan suara nyaring.

Sekejap, suasana berubah menjadi riuh. Bisikan berubah menjadi obrolan yang lebih keras, dan lebih banyak orang mendekati Acheng, meskipun dengan hati-hati. Ada yang menatapnya dengan rasa kagum, menganggapnya sebagai pahlawan, sementara yang lain tampak waspada, takut kalau-kalau ia akan membawa kehancuran baru di kota ini.

Acheng mempercepat langkahnya, mencoba menjauh dari keramaian yang mulai mengganggunya. Ia melangkah menuju pasar utama kota untuk mengumpulkan informasi tentang sumber daya atau artefak yang dapat membantu kultivasinya. Sepanjang jalan, ia mendengar berbagai percakapan yang memberinya sebuah julukan atau kejadian malam sebelumnya.

"Kau dengar? Dia membunuh semua anggota Serigala Hitam hanya dalam satu malam!" kata seorang pria tua kepada temannya.

"Dia seperti iblis, tapi... mungkin iblis yang baik?" sahut seorang wanita muda yang membawa anak kecil di pelukannya.

Namun, tidak semua orang menyambut kehadirannya dengan positif. Seorang pria berpakaian lusuh memandang Acheng dengan mata penuh ketakutan. "Bagaimana jika dia menghancurkan kota kita selanjutnya?" bisiknya kepada temannya.

Acheng mendengar sebagian dari percakapan itu tetapi memilih untuk tetap diam. Ia tidak peduli dengan apa yang mereka pikirkan. Bagi Acheng, ini hanyalah satu kota kecil di antara banyak tempat yang akan ia kunjungi dalam perjalanannya.

Di tengah keramaian pasar, Acheng mendekati seorang pedagang tua yang menjual berbagai jenis barang kultivasi, dari pil hingga artefak sederhana. Dengan nada datar, ia bertanya, "Di mana aku bisa menemukan sumber daya yang lebih baik dari ini? Aku mencari sesuatu yang dapat meningkatkan kultivasi."

Pedagang tua itu, meskipun awalnya gugup, akhirnya menjawab dengan suara lirih, "Tuan... jika Anda mencari sumber daya yang benar-benar berharga, Anda bisa mencoba berbicara dengan kepala paviliun di sisi timur kota. Mereka memiliki beberapa barang langka, meskipun... harganya tidak murah."

Acheng mengangguk tanpa berkata banyak dan mulai berjalan menuju arah yang ditunjukkan pedagang itu. Orang-orang di sekitarnya kembali membicarakannya, tetapi Acheng tetap tidak peduli. Baginya, fokus utamanya adalah memperkuat dirinya dan melanjutkan perjalanan.

Langit pagi di atas kota Shuiyuan bersinar cerah, seolah-olah memberikan awal baru bagi penduduk kota. Di balik rasa kagum dan waspada yang mereka miliki terhadap pria misterius itu, satu hal yang pasti—kehadirannya telah mengubah nasib kota ini.

Acheng melangkah tenang, siluet hitamnya membelah keramaian, meninggalkan jejak keheningan dan rasa penasaran di mana pun ia pergi.

1
y@y@
⭐👍🏾👍🏿👍🏾⭐
Desri Eka Darma Amd
tolong dong author, jika ingin menamatkan cerita atau membuat judul cerita yang baru ada pemberitahuan terlebih dahulu. agar pembaca mengetahui, terimakasih 🙏🙏🙏
Wulan Sari
critanya sangat menarik semangatbya thor salam sehat selalu 👍💪❤️🙂🙏
Dante-Kun: Makasih banyak 😁😁🙏
total 1 replies
Hadir
G Wu
Belajar lagi Thor ,perempuan pemimpin sekte/clan dipanggil MATRIAK bukan Patriak !
Ma arti nya mamak/ibu perempuan ,, Pa PPA)ayah laki.
azizan zizan
sepatutnya berkultivasi dahulu dengan apa yang ia rampas naikkan lvl dulu bukannya berkeliaran entah kemana-mana... kebanyakkan novel yang alurnya begini pasti segini lah jalan ceritanya tak pernah ada perubahan... baru dapat kekuatan dikit aja lah rasa macam udah kuat tiada tandingan... cehhh menyampah...
azizan zizan
nah gitu rampas semua harta perang jangan di tinggal dikit pun...
azizan zizan
lah rampasan harta ngak di ambil di tinggal begitu aja.. tolol apa bodoh Nih..
azizan zizan
alurnya jangan terlalu banyak bertele-tele sangat Thor alurnya jadi kurang seru...
y@y@
👍🏼💥🌟💥👍🏼
y@y@
👍🏾💥👍🏼💥👍🏾
y@y@
👍🏿🌟⭐🌟👍🏿
y@y@
👍🏼💥🌟💥👍🏼
y@y@
👍🏾⭐👍🏿⭐👍🏾
y@y@
🌟💥👍🏼💥🌟
udenk
mang aceng ama mang dadang. nanti musuhna mang cecep dan mang dudung....hehehe
AK47 uzi: nnti punya temen nama nya datang,akum sama idoy /Facepalm/ ,lanjut dah thor
Dante-Kun: Nama mc nya emang pake kearifan lokal 🤭🤭
total 2 replies
AK47 uzi
mari mulai membaca...yg jd pertanyaan saya tiap ada cerita baru .....yaitu...apakah cerita ini sampai tamat..atau hiatus seperti cerita lain nya..cuma author doang sama tuhan yg tau...jd saat ini baca aja dulu
Dante-Kun
🔥🔥🔥
NuruL Fuud
jos...
y@y@
💥👍🏿⭐👍🏿💥
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!