Di cerai karena anak yang dia lahirkan meninggal, membuat hati Adelia semakin terpuruk, akan tetapi beberapa hari kemudian, dia di minta untuk menjadi ibu susu anak CEO di tempatnya bekerja, karena memang dirinya di ketahui mempunyai ASI yang melimpah.
Apakah Adelia mampu menyembuhkan lukanya melalui bayi yang saat ini dia susui? Temukan jawabannya hanya di Manga Toon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jawaban Yang Membuat Luka
Suasana di kamar Arthur masih mencengkam, tidak ada suara yang sanggup untuk diungkapkan hanya deraian air mata yang mewakili perasaan mereka, sedih, kecewa, hancur berpadu menjadi satu memporak porandakan hati mereka.
Dalton mulai menatap keduanya satu persatu, sudah terlihat jelas guratan kesedihan dari wajah-wajah mereka akan tetapi amarah yang ada di dalam hatinya masih membara.
"Dad ... Mama ... Kenapa kalian harus menyembunyikan semua ini dari aku, apa kalian tidak berpikir bagaimana hancurnya aku mendengar semua ini? Aku hancur bukan karena Mama bukan Mama kandungku tapi aku hancur ketika cibiran mereka mulai terdengar di telingaku, aku sakit ... kenapa kalian tidak jujur dari dulu," ucap Dalton.
Dalton pun tidak kuasa menahan tangisnya, apalagi ketika menatap wajah Adel, kenapa harus dia yang mengalami hal seperti ini kenapa tidak orang lain saja.
"Dad, sekarang aku tanya kenapa ibu kandungku meninggalkan aku disaat usiaku baru dua bulan, apa segitu tidak berharganya aku di matanya, sehingga dia begitu tega meninggalkan bayi yang baru usia dua bulan?" tanya Dalton.
Arthur tidak kuasa untuk menjawab pertanyaan anaknya itu, masa lalunya terlalu rumit untuk di jelaskan sehingga mulutnya pun terasa sulit untuk mengeluarkan suara.
Sementara Adel tidak tega melihat suaminya yang terus menerus di desak oleh anaknya, karena memang dia tahu jikalau Arthur jujur pasti Dalton akan lebih hancur.
"Sudah stop, hentikan semua ini!" teriak Adel yang memecahkan kesunyian.
"Dalton, kita memang salah, karena sudah menyembunyikan ini semua dari kamu, tapi ketahuilah Nak, kita semua melakukan itu demi kebaikan kamu, kita tidak ingin kau hancur dan sakit hati jika mengetahui semua," ungkap Adel.
Ruangan itu kembali hening, tapi bukan hening yang menenangkan melainkan hening yang menyesakkan. Udara seolah membeku, menggantung berat di antara napas yang tak teratur dan emosi yang tak kunjung reda. Mata Dalton memerah, dadanya naik turun cepat menahan gejolak yang sudah tak terbendung.
"Kebaikan untuk siapa? Untuk aku, atau untuk kalian sendiri?" Suara Dalton meninggi, namun serak, seperti tenggorokannya ikut terluka bersama hatinya. "Kalian pikir aku bisa tetap waras setelah tahu semua ini dari orang lain, dari mulut-mulut kejam mereka yang dengan entengnya menertawakan kenyataan hidupku," ucap Dalton dengan nada tingginya.
Adel terdiam. Matanya mulai berkaca-kaca, tapi ia mencoba tegar. Sementara Arthur menunduk, kedua tangannya saling menggenggam erat, namun tubuhnya gemetar, seperti menahan luka lama yang kembali menganga.
"Jawab aku, Dad!" bentak Dalton lagi, suaranya bergetar tapi penuh luka. "Siapa wanita itu? Kenapa dia meninggalkan aku? Dan kenapa kalian tidak pernah memberitahuku, bahkan ketika aku sudah cukup dewasa untuk tahu semuanya?"
Arthur mengangkat wajahnya perlahan. Matanya merah, penuh penyesalan. "Karena dia pergi ... untuk kebahagiannya sendiri Dalton, Daddy dan Mommy mu menikah karena perjodohan, waktu itu kita memang tidak saling cinta meskipun hidup dalam satu atap, hingga pada akhirnya ibumu memilih pergi, karena ingin hidup bersama orang yang menyayanginya dengan tulus," ucap Arthur dengan nada yang bergetar.
Semua membeku, Adel hanya bisa memejamkan matanya dan mengelus dadanya yang terasa sakit bahkan dia sendiri tidak pernah membayangkan jika suaminya akan mengatakan hal yang sejujurnya terhadap anaknya, sementara Dalton saat ini tengah merasakan lonjakan jantung yang begitu luar biasa bukan karena bahagia melainkan rasa sakit dan sesak yang tertahan di dadanya.
"Apa dan kenapa Daddy tidak berusaha untuk mencegahnya?" bisiknya pelan, nyaris tak terdengar.
"Daddy sudah usaha bahkan usaha Daddy lebih besar dari yang kau tahu Nak, demi meninggalkan Daddy ibumu rela membuat surat kematiannya sendiri, hingga pada akhirnya ada seseorang yang kasih tahu tentang keberadaan Mommy, dan waktu itu kamu sudah disusui oleh Mama Adel, Daddy pun langsung terbang ke New York, untuk menjemput ibumu tapi dia sudah tidak mau dan mengganti identitasnya," jelas Arthur.
Dalton mundur satu langkah. Lalu dua. Seolah setiap kata yang ia dengar adalah cambuk yang memukul dadanya, ia tidak pernah menyangka kalau kehidupan dirinya akan seberat ini, bertahun-tahun dirinya menyembunyikan rasa anehnya sendiri meskipun berada di tengah-tengah kehangatan keluarga.
"Kau tidak melindungiku, kau menghancurkanku... dengan kebohongan," gumamnya dingin.
Adel melangkah cepat dan mencoba memeluk Dalton, namun pemuda itu menepis pelan. Bukan karena benci, tapi karena tubuhnya sendiri sudah tak sanggup menahan semua ini.
"Biarkan aku sendiri," katanya lirih, lalu berbalik dan berjalan ke arah pintu.
Langkahnya berat, tapi pasti. Ketika tangan Dalton menyentuh gagang pintu, ia berhenti sejenak.
"Jangan cari aku, aku hanya ingin menenangkan diriku dulu," ujarnya penuh dengan kekecewaan.
"Dalton ....!" teriak Adel.
Sementara Arthur mulai memberi isyarat kepada istrinya untuk membiarkan Dalton pergi.
"Biarkan saja dia mencari ketenangan," ucap Arthur sambil memeluk tubuh istrinya.
Pintu terbuka. kini Adek hanya bisa melihat langkah Dalton yang semakin jauh dari pandangannya, tangisnya semakin pecah luka mendalam kini tengah ia rasakan ketakutan yang selama ini ia hindari kini sudah terjadi.
"Aku tidak bisa hidup tanpanya, bagaimana mungkin aku membiarkan separuh hidupku pergi meninggalkan kita," ucap Adel.
Arthur hanya bisa menenangkan istrinya dari Adel Arthur bisa belajar bahwa kasih sayang tulus tidak harus yang sedarah, jiwa Adel dan Dalton sudah menyatu sejak dulu mereka dipertemukan karena sama-sama terluka.
"Sabar Sayang, dia anakmu pasti akan kembali padamu, kau rumahnya, dan aku yakin dia tidak bisa hidup tanpa dirimu," terang Arthur.
Arthur dan Adel hanya bisa berdiri mematung, menyaksikan bayangan punggung anak mereka menghilang di balik pintu, membawa luka yang mereka tanam dengan kebohongan yang dulu dianggap sebagai perlindungan.
Bersambung ....
tapi sayang jarang up😅🙏