Elang Langit Perkasa, sifat yang dimiliki Elang sangat sesuai dengan namanya. Bebas, kuat dan juga pantang terkalahkan. Dan yang membuatnya semakin brutal karena terlahir di keluarga Mafia.
Dari sekian banyak wanita yang mendekatinya, hanya seseorang yang bisa mencuri hati Elang, Raysa Putri Ayu. Wanita yang dia temui di waktu yang salah, wanita yang menyelamatkan nyawanya. Tapi untuk mendapatkan Raysa tidak semudah membalikkan telapak tangan, butuh perjuangan ekstra dan juga air mata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MJ.Rrn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
"Aku terluka Ray, aku membutuhkan kamu."
Setelah misi selesai, Elang segera melaju pergi, tujuannya saat ini adalah rumah Raysa. Elang merindukan wanitanya itu, dia juga membutuhkan Raysa untuk mengobati lukanya. Elang melihat kearah jam tangan, sudah menunjukkan pukul 3 pagi. Pria itu akhirnya memutuskan untuk menghubungi dulu, dia bisa saja langsung datang tapi takutnya Raysa mengunci jendela kamarnya. Jadi Elang tidak bisa masuk kedalam.
Kring..kring…
Tepat di panggilan ketiga akhirnya Raysa menjawab juga panggilan Elang.
“Astaga kakak, akhirnya..kakak dimana?” Tanya Raysa cemas.
“Aku kesana ya.” Jawab Elang.
“Jangan kak, tidak aman.”
“Kenapa?”
“Papa memasang CCTV kak, jadi pas kakak keluar kemarin mama mendengar suara aneh dari luar, mama takut kalau ternyata itu maling. Kita ketemu nanti saja.” Jawab Raysa, Elang menggelengkan kepala.
“Kita bertemu di rumah, kamu cari cara untuk keluar.” Balas Elang.
“Tapi kak.”
“Aku terluka Ray, aku butuh kamu.” Ucap Elang dengan nada suara memelas memotong perkataan Raysa.
“Astaga kakak, ya sudah aku kesana.”
“Aku tunggu kamu didepan kompleks, kita beriringan ke rumah.” Ucap Elang.
“Oke.” Jawab Raysa bergegas bangkit dari ranjangnya.
Raysa dengan gerak cepat membereskan semua pakaian ganti dan memasukkan ke dalam tas, Raysa bersyukur besok dia lepas tugas jadi tidak harus menyiapkan juga pakaian kerja. Setelah semua perlengkapan masuk kedalam tas, Raysa segera keluar kamar dengan masih memakai piyamanya, dia sengaja tidak membangunkan orang tuanya, dia yakin kalau mereka bangun maka akan banyak pertanyaan dan Raysa bingung untuk menjawab.
Setelah mengeluarkan mobil dan mengunci kembali pagar, barulah Raysa mengirim pesan ke ponsel sang mama. Raysa beralasan ada keadaan darurat di rumah sakit yang memaksanya harus segera datang.
…
Elang menekan klakson mobil begitu melihat mobil Raysa, Raysa melambaikan tangannya membalas dan mereka berdua segera melaju pergi ke arah rumah Elang dengan kecepatan maksimal karena kebetulan jalanan kota pagi ini masih sepi.
….
Begitu sampai di rumah Elang dan turun dari mobil, Raysa terenyuh melihat kearah lengan sebelah kiri Elang. Perasaannya langsung sedih, pekerjaan seperti apa yang dilakukan oleh Elang sehingga membuatnya sampai terluka.
“Kakak kemana saja, kakak baik-baik sajakan?” Isak Raysa memeluk Elang begitu mereka sampai di dalam rumah, Elang tersenyum membelai kepala wanita yang dicintainya itu.
“Kalau aku jawab baik-baik saja, tentunya tidak. Buktinya aku terluka, tapi kamu tenang ya.” Balas Elang.
“Aku takut.” Sambung Raysa, Elang kembali tersenyum dan melepaskan pelukan Raysa, pria itu menatap kedua mata wanita itu.
“Sekarang aku sudah di hadapan kamu dan kamu bisa lihat sendiri, jangan menangis lagi.” Ucap Elang menghapus air mata Raysa.
“Ayo, aku obati luka kakak.” Ajak Raysa menarik tangan pria itu dan mendudukkannya di sofa.
Selagi Raysa mengobati lukanya, Elang terus menatap wajah wanita di depannya itu. Elang menyadari perasaannya kepada Raysa berbeda dengan Vanya, dia merasa tenang dan damai bersama wanita ini. Tapi kalau bersama Vanya dia merasa biasa saja, ternyata inilah perasaan cinta itu, bisa membuat dirinya merasa tenang walau dalam kondisi seperti sekarang.
“Kamu izin apa sama papa dan mama?” Tanya Elang.
“Aku tidak membangunkan mereka, aku hanya mengirim pesan. Tapi aku ragu papa dan mama percaya, karena ini pertama kalinya aku mendapatkan panggilan darurat pagi buta seperti sekarang.” Jawab Raysa dengan hati-hati mengobati luka Elang.
“Anak nakal.” Ucap Elang tertawa menjitak pelan kepala Raysa, Raysa mengangkat kepala dan menatap sinis kepadanya.
“Demi siapa?” Tanya Raysa ketus.
“Demi siapa?” Elang membalikkan pertanyaan dengan tatapan menggoda.
“Demi kamu Elang, demi seorang Elang perkasa. Makanya sekarang aku jadi anak nakal, aku malah nakal di saat aku dewasa.” Jawab Raysa, Elang langsung tertawa lepas mendengarnya.
“Terima kasih ya sayang.” Balas Elang, Raysa tersenyum menganggukkan kepalanya.
Setelah luka Elang selesai di obati, kedua insan itu pun memutuskan untuk istirahat di dalam kamar, mereka berbaring di atas ranjang dan Raysa berada didalam pelukan hangat Elang.
“Kak.” Panggil Raysa menengadahkan kepala menatap wajah Elang.
“Apa?” Tanya Elang.
“Tadi siang aku mencari kakak.” Jawab Raysa.
“Kenapa? Kamu ada masalah?” Tanya Elang penasaran, Raysa menganggukkan kepala.
“Vanya?”
“Iya.”
“Apalagi yang dilakukannya?” Tanya Elang geram, Raysa tersenyum membelai wajah Elang dan mulai menceritakan semua kejadian di ruang kerja Bastian.
“Jadi dia mau cari masalah sama aku?” Tanya Elang tersenyum sumbing.
“Seperti itulah.” Jawab Raysa singkat.
“Coba saja kalau berani.” Balas Elang, Raysa segera mencubit hidung mancung pria itu dan mempererat pelukannya.
“Besok kamu kerja?” Tanya Elang, Raysa menggelengkan kepala.
“Bagaimana kalau besok kita pulang ke rumah kakak, kebetulan kakak ada urusan sama papa dan juga sekalian mengenalkan kamu.” Sambung Elang, Raysa menganggukkan kepala setuju.
“Oke.” Jawab Raysa.
“Ya sudah sebaiknya kita istirahat sekarang.” Ucap Elang, pria itu mengangkat dagu Raysa dan juga menurunkan wajahnya, menyatukan bibir mereka sebelum sama-sama memejamkan mata.
…..
Sesuai dengan rencana mereka, siang ini Elang dan Raysa menuju ke rumah orang tua Elang, kediaman keluarga Perkasa. Pintu gerbang utama langsung terbuka ketika mobil Elang berhenti di depannya, Elang segera melaju masuk kedalam.
Raysa menatap kagum kediaman keluarga Elang, ini pertama kalinya Raysa memasuki rumah seorang bangsawan. Selain bangunan gedung yang megah dan mewah, halaman yang mengelilinginya juga sangat luas dan asri karena terdapat banyak pohon rindang di sekitarnya.
“Sepertinya papa kedatangan tamu.” Ucap Elang ketika melihat sebuah mobil terparkir didepan rumah, Elang segera memarkir mobilnya di samping mobil itu
“Siapa?” Tanya Raysa.
“Papa Vanya, tapi biasanya bersama Vanya.” Jawab Elang, Raysa menganggukkan kepala mengerti.
“Ayo turun.” Ajak Elang akan keluar tapi tangannya ditahan oleh Raysa.
“Ada apa?”
“Penampilan aku bagaimana?” Tanya Raysa, Elang tersenyum membelai wajah Raysa.
“Cantik, pakaian ini cocok dengan kamu.” Jawab Elang menggoda Raysa, wajah Raysa tersipu malu.
“Ayo.” Ajak Elang lagi, Raysa menganggukkan kepalanya dan segera keluar mengikuti Elang.
Sebelum melangkahkan kaki masuk, Elang meraih tangan Raysa dan menggenggamnya, perasaan Raysa menjadi sangat nyaman dan perlahan rasa gugupnya berkurang dengan sikap manis Elang kepadanya.
“Siang.” Ucap Elang menyapa semua orang di ruang tamu, kebetulan disana ada papa mamanya dan juga Vanya bersama papanya juga.
Raut wajah Vanya dan papanya langsung berubah, terlihat kemarahan dari tatapan mereka terutama kepada Raysa.
“Siang juga sayang.” Jawab Kirana tersenyum, wanita itu langsung berdiri dan mendekati Elang.
“Hai, kamu Raysa?” Tanya Kirana, Raysa tersenyum menganggukkan kepala sembari melepaskan genggaman tangan Elang dan menyambut uluran tangan Kirana. Raysa mencium tangan Kirana dan juga Arya papa Elang, sebenarnya Raysa juga akan menyalami Vanya dan papanya, tapi karena kedua orang itu sama-sama membuang muka mereka, maka Raysa membatalkan rencananya dan kembali berdiri di dekat Elang.
“Duduk sayang.” Ajak Kirana, Raysa dan Elang pun segera duduk bersebelahan di satu sofa dan Kirana kembali duduk di samping suaminya.
Darah Vanya mendidih melihat sikap Kirana kepada Raysa, dia tidak suka mama Elang menerima Raysa dengan sangat baik dan juga hangat.
Bersambung...