Saat mencoba menerobos ke tingkat kekuatan tertinggi, Xiao Chen—Raja Para Dewa Kultivator—terhisap ke dalam celah dimensi dan terdampar di dunia asing yang hanya mengenal sihir dan pedang.
Di dunia yang nyaris hancur oleh konflik antar ras dan manusia yang menguasai segalanya, kekuatan kultivasi Xiao Chen bagaikan anomali… tak dapat diukur, tak bisa dibendung.
Ia terbangun dalam tubuh muda dan disambut oleh Elvira, elf terakhir yang percaya bahwa ia adalah sang Raja yang telah dinubuatkan.
Tanpa sihir, tanpa aturan, hanya dengan kekuatan kultivasinya, Xiao Chen perlahan membalikkan dunia ini—membangun harapan baru, mencetak murid-murid dari nol, dan menginjak lima keturunan manusia terkuat bagaikan semut.
Tapi saat kekuatan sejati menggetarkan langit dan bumi, satu pertanyaan muncul:
Apakah dunia ini siap menerima seorang Dewa... dari dunia lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GEELANG, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 – Pewaris Pertama: Munculnya Musuh Sejati
Langit malam di atas Akademi Aggrale tampak tenang, namun hawa yang mengalir tak lagi sama.
Di suatu tempat yang tak terlihat oleh mata biasa, ribuan kilometer dari akademi—di dalam Katedral Langit Ketujuh, berdiri sosok tinggi dalam balutan jubah putih keperakan, matanya ditutupi oleh penutup mata dari kristal suci.
Ia duduk di singgasana bertatahkan tulang naga suci yang telah punah.
Suara lembut namun dingin menggema dalam ruangan:
> “Bayangan Keenam… telah muncul.”
Di belakangnya, barisan empat siluet muncul dari kabut. Masing-masing menyembunyikan aura mereka dengan teknik tinggi.
Satu per satu, mereka bersimpuh.
> “Perintah, Pewaris.”
“Berikan kami nama yang harus dihapus dari sejarah.”
Sosok di singgasana bangkit perlahan. Rambutnya keperakan, kulitnya pucat namun bercahaya, dan aura di sekitarnya begitu padat—seolah dunia menolak keberadaannya.
> “Namanya… Xiao Chen.”
> “Dia bukan bagian dari keseimbangan. Ia adalah anomali... utusan dari dimensi yang tak terdaftar.”
> “Dan aku... Alvain, pewaris utama Manusia Pertama, tidak akan membiarkan akar baru tumbuh di atas bangkai leluhurku.”
Sementara itu, di Markas Bayangan Keenam
Xiao Chen menatap naskah Arvin yang telah mereka curi dengan seksama.
Ada dua simbol yang mengusiknya. Satu berbentuk lingkaran dengan enam garis cahaya, dan satu lagi—bintang lima terbalik dengan titik mata di tengahnya.
> “Ini bukan hanya naskah sejarah,” ujar Mael. “Ini peta... atau lebih tepatnya, kunci untuk membuka Gerbang Luar Dimensi.”
> “Arvin dulu menyebutnya sebagai ‘Jantung Dunia Lama’. Di sanalah semua jawaban ada… termasuk kenapa dunia ini melupakan Qi dan memilih sihir.”
Elvira duduk bersila di sudut ruangan, tengah menyempurnakan kultivasi tahap baru.
> “Kita harus mencari bagian kedua dari naskah. Aku yakin tersebar di tanah elf tua di utara.”
Tapi sebelum mereka merencanakan langkah selanjutnya—getaran aneh melanda gua.
Boom.
Tanah bergetar seperti diguncang petir. Langit di luar gua berwarna keemasan dan hitam bersilang. Sesuatu telah turun.
> “Apa itu?” tanya Yora sambil berlari ke permukaan.
Langit Terbelah – Kedatangan Pemburu
Di atas reruntuhan kastil, celah raksasa terbuka di langit. Dari dalamnya, jatuh hujan kristal suci, dan aura luar biasa menekan seluruh wilayah.
Xiao Chen berdiri di atas dinding, memandangi celah tersebut.
> “Aura ini... menyerupai Dao Surgawi, tapi berbeda. Ini seperti... kekuatan yang dikendalikan oleh kehendak buatan.”
Dari celah itu, satu sosok turun perlahan, berdiri di udara seolah bumi tak berlaku baginya.
Dialah Alvain, pewaris dari manusia pertama.
> “Xiao Chen,” katanya tanpa ekspresi, “Aku datang bukan untuk peringatan. Aku datang untuk mengakhiri potensi yang seharusnya tidak ada.”
Pertarungan yang Tak Seimbang
Semua anggota Bayangan Keenam mundur beberapa langkah. Mereka tahu ini bukan kelas mereka.
Elvira mencoba melindungi Xiao Chen, tapi dia hanya berkata:
> “Tenang. Biarkan aku mengukur pewaris ini.”
Dengan gerakan lambat, Xiao Chen mengangkat satu tangan.
> Boom!
Aura kultivator meledak dari tubuhnya. Batu di sekeliling pecah. Tanah merekah. Bahkan udara seolah menolak wujudnya.
> “Teknik Kedua, Langkah Kosong Surga.”
Dalam sekejap, ia sudah di hadapan Alvain.
Tapi…
> Clang!
Pukulan itu tertahan oleh tangan kosong Alvain.
> “Qi. Teknik yang sudah punah. Tapi aku... pewaris dari yang pertama. Aku tahu semua yang kau tahu. Tapi lebih bersih, lebih murni.”
> “Dan kamu… hanya kutukan dari dunia yang seharusnya sudah mati.”
Alvain memukul balik.
Tubuh Xiao Chen terlempar hingga 100 meter dan menghancurkan dua pilar batu. Tapi ia berdiri lagi, sedikit tersenyum.
> “Kamu kuat. Tapi kamu lupa satu hal.”
> “Aku bukan dari sini.”
Xiao Chen membuka kedua telapak tangannya.
Naga petir muncul.
Lidah api abadi menjilat tanah.
Rantai angin dan bilah es mengelilinginya.
> “Aku membawa semua hukum dunia lamaku ke sini… dan dunia ini terlalu lemah untuk menolaknya.”
Kebangkitan Qi di Dunia Sihir
Pertarungan mereka menyebabkan gelombang energi menyebar ke seluruh benua. Di ujung barat, seorang pertapa tua membuka mata dan berkata:
> “Qi? Tidak… mustahil. Qi tidak bisa ada di sini…”
Di kerajaan manusia utama, para bangsawan gemetar. Langit berubah, dan lambang rumah mereka retak seperti cermin.
> “Seorang penyusup… atau dewa?”
Akhir Pertarungan Pertama
Xiao Chen akhirnya menghantam Alvain dengan Teknik Naga Penebas Surga. Langit terbelah. Tanah terjungkal.
Namun ketika debu menghilang… Alvain masih berdiri.
Separuh tubuhnya hangus. Tapi wajahnya masih tanpa emosi.
> “Aku paham… Aku tidak bisa mengalahkanmu sendiri.”
Ia mengangkat tangan dan menekan tanda di dadanya.
> “Kami, para pewaris… tidak berjalan sendiri.”
Boom!
Empat celah dimensional baru terbuka.
Empat sosok muncul. Masing-masing dengan aura yang menyaingi Xiao Chen.
> “Kau lawan kami semua, Xiao Chen. Dan kami... bukan manusia biasa. Kami adalah pembawa warisan pertama dunia ini. Kami adalah… para Pilar Ras Murni.”
Xiao Chen berdiri, darah menetes dari sudut bibirnya. Namun matanya bersinar.
> “Akhirnya... musuh yang menarik telah datang.”
Di belakangnya, Elvira melangkah maju.
> “Guru… ijinkan aku bertarung di sisimu.”
YOYO ( naik turun tak stabil )
merekrut teman MONSTER 🤭