Queen memilih memendam perasaannya pada Safir, karena tidak ingin merusak hubungan persahabatan mereka berdua. Queen pikir, selama ini Safir juga memiliki perasaan yang sama seperti dirinya. Perasaan itu semakin bersemi di hati Queen karena sikap Safir yang begitu perhatian terhadap dirinya. Meskipun perhatian tersebut tidak terang-terangan di tunjukkan oleh safir karena sikapnya yang pendiam dan juga dingin. Namun, siapa yang bisa menduga jika setelah mereka lulus kuliah, Safir datang ke rumah untuk melamar. Bukan Queen yang di lamar oleh Safir, tapi Divya. Bagaimana kisah selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nia masykur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26 Omelan Queen
Hingga malam pun tiba. Setelah usai makan malam, Queen hanya sebentar ikut bergabung di ruang keluarga. Ia membiarkan Reina dan Hendri berduaan saja. Sedangkan Divya, gadis itu memang belum pulang ke rumah.
Di dalam kamar, yang Queen lakukan hanya menonton drama korea yang memang sedang ongoing. Queen menggunakan aerphone agar dirinya puas mendengarkan suara dari drama tersebut. Hingga sampailah Queen menoleh karena ada seseorang yang melepaskan aerphone-nya.
"Kakak," Queen cukup terkejut karena kini Divya sudah masuk ke dalam kamarnya. Perempuan yang masih menggunakan pakaian formal. Sudah dapat di pasti kalau Divya langsung masuk ke kamarnya setelah pulang kerja. Terlihat Divya yang masih menjinjing tas.
"Aku sudah ketuk pintu, tapi Queen tidak juga merespon. Makanya sekarang aku langsung masuk saja."
Queen menghentikan tayangan drama koreanya. Ia harus mendengarkan Divya yang sudah pasti ingin mengajaknya bicara.
"Tidak apa-apa. Kenapa Kak?"
"Setelah Kakak menikah, kamu mau kuliah ke Australia? Benar?" tuntut Divya yang sudah ingin mengetahui kebenaran tentang apa yang di ucapkan oleh Safir.
Melihat air muka Divya yang nampak kecewa. Queen bisa menebak kalau Safir telah mengatakan semuanya pada Divya. Queen hanya mengangguk pelan dan memberikan jawaban singkat. "Benar."
Divya menghela nafasnya pelan. Dadanya terasa sesak karena dirinya menjadi orang terakhir yang mengetahui ini semua. Bahkan parahnya, Divya tahu dari Safir.
"Kenapa Queen tidak memberitahu Kakak? Mama dan Papa sudah tahu, lalu kenapa Queen tidak memberitahu Kakak? Kalau bukan Safir yang memberitahu Kakak tadi, pasti Kakak tidak akan tahu, sampai Queen berangkat kuliah. Pada orang lain saja Queen memberitahu semuanya, lalu kenapa Queen tidak bicara sama Kakak?"
"Orang lain? Bisakah Safir, Queen anggap orang lain?" ucapnya memberikan sebuah kode pada Divya. Itu juga kalau Divya paham. "Safir sahabat Queen, Kak. Selain itu, dia juga bosnya Queen. Jadi wajar kalau Queen memberitahu Safir sebagai alasan Queen berhenti bekerja."
"Benar. Tapi di rumah ini, kenapa hanya Kakak saja yang belum tahu. Padahal Queen sudah memberitahu Mama dan Papa."
"Wajar kan Kak, karena Mama dan Papa itu orang tua Queen. Hal apapun yang akan Queen lakukan, memang sudah seharusnya Queen bicarakan dengan orang tua."
Divya sampai meremas bajunya yang telah ia genggam erat. Merasa tersindir atas ucapan Queen.
Queen menghela nafasnya pelan dan mengendurkan wajahnya. "Queen minta maaf, jika Queen tidak membicarakan keinginan pribadi Queen ini ke Kakak. Bukannya apa-apa, tapi bukankah setiap orang itu wajar memiliki rahasianya masing-masing? Kakak saja memiliki rahasia tersendiri yang tidak Kakak bicarakan ke Queen. Saudara Kakak satu-satunya yang ada di rumah ini. Masih mending Queen menyimpan rahasia perihal Queen yang ingin kuliah ke Australia. Kakak?"
Melihat Divya yang siap marah dengannya, Queen juga jadi ingin memarahi Divya lagi. Queen sampai menghela nafasnya kasar karena menahan rasa kecewa pada Kakaknya sendiri.
"Kakak tahu tidak kalau perbuatan Kakak dan Safir itu sudah menyakiti Mama dan Papa? Kakak mana tahu kalau Mama telpon Oma dan Opa sampai menangis sesenggukan. Kakak ini anak pertama di keluarga ini. Bisa-bisanya Kakak memperlakukan Mama dan Papa seperti itu."
Deg!
Sudahlah Divya di omeli Reina dan Hendri perihal ini, sekarang Divya yang baru saja pulang kerja mendapatkan omelan Queen. Seumur hidup, baru kali ini Queen nampak marah pada Divya.
"Kakak tahu Kakak salah. Maka dari itu Kakak sudah minta maaf sama Mama dan Papa."
Queen tersenyum sinis melihat Divya. "Kenapa Kakak tidak memikirkan bagaimana reaksi Mama dan Papa. Atau Bunda Tisya dan Om Arjuno saat Kakak dan Safir melakukan hal ini? Berpikir panjang terlebih dahulu akan hasilnya nanti bagaimana? Ini masalah pernikahan Kak, bukan masalah ringan seperti yang Queen inginkan setelah ini. Sudah tahu Safir itu lebih muda dari Kakak. Bisa-bisanya Kakak memintanya untuk merahasiakan semuanya dari orang tuanya juga. Laki bucin ya sudah pasti menurut. Apa Kakak tidak memikirkan kalau mungkin saja lelaki yang Kakak cintai itu di marahi orang tuanya?"
Awalnya Queen tidak ingin bicara seperti ini pada Divya. Tapi saat Queen mengingat dirinya yang mendengar perbincangan Reina dan Nissa, membuat Queen semakin kecewa pada Kakaknya tersebut.
"Maaf, Queen tidak bermaksud memarahi Kakak," untuk kesekian kalinya, Queen minta maaf karena merasa terlalu banyak bicara.
Tanpa mengucapkan hal apapun, Divya bergegas keluar dari kamar Queen. Air matanya luruh saat gadis tersebut sudah memasuki kamarnya. Ia melempar tasnya begitu saja, lalu mendaratkan tubuhnya di atas ranjang. Sungguh, semua di luar perkiraan Divya. Bahkan dengan bodohnya, dirinya juga tidak bertanya apakah Safir mendapatkan masalah setelah pulang melamar dirinya.
Divya beranjak, ia mengambil ponselnya yang ada di dalam tas. Gadis yang baru saja mengusap wajahnya itu langsung menghubungi Safir, untuk mengetahui keadaan lelaki tersebut.
"Apa kamu sudah tidur jam segini? Kenapa tidak menerima telponku?
demo rumah emak guys