Istriku Selingkuhan Bapakku

"Ma, sudah sampai," Ucap Yanu membangunkan Maria.

"Sudah sampai mas ? Kok cepat sekali ?"

"Kamu saja yang tidurnya pulas sekali. Yuk turun, sambung tidur lagi di kamar. Anak-anak juga sudah pada turun."

"Loh anak-anak sudah turun semua ? Kapan kamu jemputnya ?"

"Sudah ayo turun. Kamu mau makan apa ? Aku belikan."

"Lagi gak pengen makan apa-apa mas. Cuma pengen minum yang seger-seger."

"Mau apa ?"

"Es rujak mangga sama kedondong."

"Hah ? Cari dimana ma ?"

"Di tukang jualan rujak mas. Nanti kamu tambah es batu biar adem."

"Ah kamu ini ada-ada saja."

"Kalau gak mau belikan yasudah aku pergi beli sendiri mas."

"Jangan! Aku belikan saja. Kamu duduk diam di rumah. Istirahat ya ma."

"Ya mas."

Maria pun turun dari mobil dan masuk kedalam rumah, sedangkan Yanu pergi untuk mencari pesanan Maria.

...****************...

Disisi lain, Ani yang percaya diri mulai mencari keberadaan Yanu. Ia percaya kalau Yanu akan terpikat kembali olehnya karena pelet dari mbah nya. Dengan percaya diri ia mengunjungi rumah pak Sulton. Ia berharap akan bertemu Yanu di sana.

"Permisi," Ucap Ani.

"Ngapain kamu kesini! Pergi kamu!" Usir pak Sulton.

"Saya kemari mencari mas Yanu pak. Mas Yanu nya ada ?"

"Gak ada. Dia sudah lama pergi dari sini dan pindah meninggalkan rumah ini. Jadi buat apa kamu masih disini. Pergi sana!"

"Pasti bapak berbohong. Ya kan ? Mas... Mas Yanu... Keluar kamu mas! Aku Ani mas," Teriak Ani.

"Ini orang di bilangin orang tua masih aja ngeyel ya! Yanu gak ada. Jadi buat apa kamu teriak-teriak. Mengganggu saja!"

"Bapak ada nomor mas Yanu ?"

"Gak ada. Sudah kamu jangan ganggu kehidupan Yanu lagi! Yanu sudah bahagia dengan istrinya."

"Yasudah pak, saya pamit pulang."

"Ya pergi sana!"

Ani pergi meninggalkan rumah Yanu dengan perasaan kecewa.

"Mas Yanu kemana sih. Padahal kata si mbah, tuh pelet sudah bekerja loh. Tapi kok ini masih belum bereaksi ya?" Gumam Ani.

Ani pun menuju kerumah mbah nya untuk menanyakan kejelasan dari pelet yang dimintanya.

Sesampainya ia dirumah mbahnya, Ani langsung menanyakan inti dari apa yang dia mau.

"Mbah, katanya peletnya sudah berhasil. Ini kok mas Yanu gak ada efek. Kok gak kayak dulu ?"

"Yanu di tamengi oleh istrinya yang sekarang. Jadi apapun ilmu magic yang mbah lakukan ke Yanu, diserap oleh istri Yanu. Istri Yanu bukan orang biasa."

"Kalau gitu santet saja istrinya mas Yanu biar mati sekalian!"

"Nanti malam mbah coba ya. Tapi mbah gak janji bakal berhasil. Mbah takut malah mbah nantinya yang akan kena imbas dari santet tersebut."

"Ah mbah... Tolong dong mbah! Mbah gak kasihan apa sama cucu kesayangan mbah ini ?" Rengek Ani.

"Lagipula kenapa sih kamu masih kejar-kejar Yanu. Kamu itu sudah bersuami, kasihan suami dan anakmu An!"

"Mas Yanu itu kaya mbah. Aku butuh uangnya buat kesenanganku dan tambahan buat uang bulananku mbah. Mbah kan tau mas Nino suamiku cuma kuli. Uang yang dia berikan gak cukup buat kebutuhan sehari-hari. Belum lagi biaya untuk sekolah anakku. Apa ya aku gak boleh senang toh mbah ?"

"Sudah tahu begitu, waktu Yanu ajak kamu nikah kenapa kamu tidak mau ? Kan dulu Yanu sudah mbah pelet dan mengajakmu nikah. Kamu malah berbelit-belit dan tak mau melepaskan suamimu."

"Ya kan itu dulu mbah, sebelum mas Yanu se sukses sekarang. Dulu mah, mas Yanu cuma buruh pabrik. Gajinya juga sama saja denganku."

"Terserah kamu saja An!"

"Jadi ini kapan mbah santet si kampret itu ?"

"Nanti malam. Tapi kalau ada apa-apa sama mbah, kamu harus tanggung jawab!"

"Iya, iya mbah."

...****************...

"Mamah sayang, ini es rujak pesananmu," teriak Yanu sepulangnya mencari pesanan Maria.

"Wah... makasih ya mas," ucap Maria dengan mata berbinar."

"Yuk makan. Aku siapkan dulu ya."

"Ya mas. Terimakasih," ucap Maria tersenyum.

Maria senang karena suaminya sudah kembali seperti biasanya.

"Ini ma. Aku suapin ya ?"

"Gak usah mas, kita makan sama-sama saja."

"Oke deh sayang."

Maria dan Yanu pun makan es rujak berdua di depan tv sore itu.

"Mas," panggil Maria.

"Ya ma ?"

"Anak-anak makan apa nanti ?"

"Aku sudah beli bebek goreng bumbu hitam tadi untuk makan malam kita nanti."

"Oh yasudah. Terimakasih ya mas."

"Iya sayang."

"Sudah mas kamu habiskan."

"Loh kok makan cuma sedikit ?"

"Eneg mas."

"Yasudah jangan dipaksa. Kamu pakai tidur saja ma biar enakan."

"Gak bisa tidur aku mas."

"Ya rebahan disini."

"Peluk."

"Tumben ?"

Maria hanya tersenyum.

"Iya, iya. Sebentar, mas taruh ini di meja dapur dulu."

"Ya mas."

Yanu dan Maria tertidur sambil berpelukan di ruang tv sore itu.

Bersambung....