Avica gadis muda yang baru lulus pendidikan SMA itu baru saja turun dari sebuah bus. Ia memilih untuk pergi ke ibu kota karena ingin mencari pekerjaan supaya bisa membantu orang tuanya.
"Alhamdulillah, akhirnya sampai juga" Ucapnya
Kemudian ia berjalan mencari tempat untuk istirahat sebentar sebelum melanjutkan perjalanan untuk mencari kost-kostan.
Setelah dirasa cukup untuk istirahat Avica berjalan untuk mencari angkutan. Ketika berjalan ia tidak sengaja melihat anak kecil yang sedang menangis sendirian di seberang jalan tanpa ada orang tua disampingnya.
Kemudian Avica memilih untuk menyeberangi jalan tersebut untuk menolongnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rismaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab26
Pukul 11 siang, Avica telah selesai memasak makanan untuk suaminya. Avica memasak ayam bumbu pedas manis untuk makan siang Abizar. Kini Avica telah menata makanan yang akan dirinya bawa ke kantor Abizar. Setelah selesai Avica pun menghampiri ibu mertuanya dan Alula yang menunggu dirinya di ruang keluarga.
"Sudah selesai, Ca?" Tanya bu Sarah ketika melihat menantunya berjalan kearahnya sambil menenteng tas yang berisi makanan.
"Sudah, ma. Kita berangkat sekarang?" Tanya Avica.
"Iya, kita berangkat sekarang aja. Nanti sampai sana pas waktu jam makan siang." Kata bu Sarah.
"Baiklah ma, kalau begitu kita berangkat sekarang."
Bu Sarah dan Avica beserta Alula menumpangi mobil yang dikendarai oleh supir pribadi bu Sarah untuk menuju kantor Abizar.
Tepat pukul 12 siang, mereka pun sampai di kantor Adinata Grup. Saat mereka sampai kantor seperti yang di katakan bu Sarah tadi tepat waktu jam makan siang. Kedatangan mereka disambut oleh beberapa karyawan yang melihat nya.
"Selamat siang, Bu." Sapa beberapa karyawan yang berpapasan dengan ibu dan istri pemilik perusahaan tersebut.
"Siang.."
Setelah bu Sarah dan Avica beserta Alula melewati beberapa karyawan. Ada yang saling berbisik untuk membicaran istri baru atasannya itu.
"Itu istri tuan Abizar kan?"
"Iya, ternyata aslinya memang cantik."
"Halah, kayak gitu dibilang cantik."
"Loe kenapa? iri? lagian ya kalau loe sama istri tuan Abizar dibandingin, masih mending dia daripada loe."
Orang yang tidak suka dengan Avica tadi pun langsung pergi dengan menghentakkan kakinya setelah mendengar perkataan salah satu rekan kerjanya tadi. Perempuan itu adalah Gita, karyawan yang sudah lama menaruh perasaan kepada atasannya meskipun dirinya tidak pernah dilirik. Perempuan itu memiliki obsesi yang tinggi untuk memiliki Abizar. Tekatnya semakin kuat untuk merebut Abizar dari Avica setelah mendengar hinaan dari teman kerjanya tadi.
Sedangkan kini bu Sarah dan Avica beserta Alula sudah berada didalam ruangan Abizar.
"Mas Abi makan dulu." Kata Avica pada Abizar.
"Iya, ini sebentar lagi selesai kok." Jawab Abizar.
"Abi, Ica mama mau keluar dulu ya, Alula pengen main di taman." Ucap bu Sarah, beliau sebenarnya berbohong, tetapi demi anak dan menantunya biar bisa lebih dekat.
"Mama nggak makan dulu?" tanya Avica.
"Nggak, nanti aja. Nanti kalau lapar makan diluar aja. didepan kantor ada cafe kok."
"Ohh, gitu. Yaudah kalau gitu, ma."
"Ayo, Alula kita keluar." ajak bu Sarah pada Cucu nya.
"Baik, oma."
BU Sarah dan Alula pun keluar dari ruangan Abizar. Tujuan sebenarnya bukanlah bermain di taman yang ada di samping kantor. Tetapi Bu Sarah akan mengajak cucunya untuk makan di Cafe depan kantor yang dimaksud tadi. Sebelum bermain bu Sarah ingin mengisi perut terlebih dahulu. Supaya nanti ketika sedang asyik bermain cucunya tidak kelaparan. Sebab ini sudah memasuki jam makan siang.
Sedangkan diruangan Abizar, Abizar masih saja berkutat dengan pekerjaan nya. Sehingga membuat Avica harus memaksa suaminya untuk makan.
"Mas, makan dulu. Nanti dilanjut lagi kerjaannya. Ini udah aku siapin." Ucap Avica pada suaminya.
"Iya, sebentar." Ujar Abizar tanpa menoleh sedikitpun.
Avica pun sampai berpikir untuk menyuapi suaminya itu. Diriny tidak sabar jika harus menunggu, sebab perutnya juga merasa lapar. Tetapi ia menahannya, karena tidak mungkin jika dirinya makan terlebih dahulu dan sendirian.
"Mas, apa mau aku suapi?" Tanya Avica sedikit bergurau.
"Baiklah-baiklah, aku akan makan." Ujar Abizar. Abizar pu menghampiri Avica yang sedang duduk disofa yang ada di ruangan nya itu. "Kamu masak apa?" Tanya Abizar.
"Aku cuma masak ayam, mas. Apa mas mau? Soalnya aku bingung mau masak apa." Kata Avica
"Tidak apa-apa, aku mau kok." Balas Abizar. Abizar pun menerima makanan yang sudah disiapkan oleh Avica.
"Kamu nggak makan?" Tanya Abizar pada istrinya.
"Nanti saja setelah mas Abi." Kata Avica.
Abizar pun memakan makan siangnya. Abizar makan dengan lahapnya. Sedangkan Avica dia lebih memilih untuk memankan handphone nya sambil menunggu Abizar selesai makan.
"Ca, ayo makan." Ucap Abizar sambil menyodorkan sendok yang berisikan makanan pada Avica.
Avica menoleh, "Mas Abi aja dulu yang makan."
"Buka mulut mu, Ca! Aku memaksamu." Ucap Abizar.
"Aaaakkkk..."
Akhirnya Avica pun mau membuka mulutnya. Dan tanpa mereka sadari jika mereka telah makan dengan satu piring dan satu sendok.
"Enak kan?" Tanya Abizar.
"Enak. Kan aku yang masak, mas."
"Iya aku tahu. Pasti lebih enak karena aku yang menyuapi mu." Ucap Abizar sambil tersenyum. Ia sengaja menggoda Avica. Sebab dirinya suka jika Avica merasa malu pipinya akan bersemu merah.
Karena malu dengan ucapan suaminya, Avica pun menolehkan kepalanya. Dan benar saja pipi Avica sudah bersemu merah seperti tomat.
Abizar kini telah menyelesaikan makan nya. Dan Avica pun menata kembali sisa makanan yang ia bawa tadi untuk ia masukkan kembali kedalam tas makan. Tiba-tiba ponsel Abizar berbunyi. Ternya sang mama lah yang menelpon nya.
(Halo, assalamu'alaikum, ma.)
(Waalaikumsalam. Abi, mama pulang dulu. Soalnya Alula ngantuk pengen pulang. Biar Avica disitu dulu ya.)
(Yaudah ma, nggak apa-apa. Biar nanti pulang bareng Abi.)
(Baiklah kalau begitu. Mama tutup dulu telepon nya. Assalamu'alaikum.)
(Iya, ma. Waalaikumsalam.)
Sambungan terputus Abizar pun meletakkan kembali handphone nya dimeja.
"Mama telepon. Katanya mama pulang dulu soalnya Alula ngantuk." Kata Abizar memberitahu Avica.
"Terus aku pulangnya gimana, mas?" Tanya Avica.
"Kamu pulang nya sama aku. Tapi nanti setelah pekerjaan nya selesai. Nggak apa-apa kan?" Jawab Abizar.
"Ya udah kalau gitu. Nggak apa-apa."
Setelah mengatakan tadi, Abizar melanjutkan pekerjaan nya lagi. Saat ini dirinya merasa lebih bersemangat. Sebab ada Avica yang menemani. Mungkin Abizar belum menyadari jika dirinya sebenarnya telah mencintai Avica. Sebab dirinya sudah terbiasa dengan Avica.
Avica masih duduk disofa untuk menunggu Abizar yang sedang menyelesaikan pekerjaannya. Matanya mulai mengantuk, sebab tidak ada kegiatan lain yang bisa ia kerjakan selain memainkan handphone. Avica sebenarnya ingin berbaring di sofa. Tetapi ia takut jika nanti dirinya ketiduran dan ada yang masuk keruangan suaminya.
"kamu istirahat dulu didalam, Ca. kalau ngantuk tidur aja." Ucap Abizar. Sepertinya suaminya itu tahu jika istrinya sedang mengantuk.
"Dimana mas? Emang disini ada kamarnya ya?" Tanya Avica.
"Ada. Bukalah pintu itu. Itu ruangan yang sengaja aku jadikan kamar. Jadi istirahat lah. Nanti jika pekerjaanku telah selesai aku akan membangunkan mu . Jika kamu tertidur." Ucap Abizar sambil menunjum sebuah pintu yang ada didalam ruangannya.
"Tidak apa-apa mas kalau aku istirahat disitu?" tanya Avica ragu.
"Tidak apa-apa."
Avica pun memasuki kamar tersebut lalu menutup pintunya terlebih dahulu sebelum dirinya membaringkan tubuhnya. Karena tidak bisa menahan kantuknya, Avica pun memejamkan matanya.