Rahim Nayra Untuk Naura

"KAMU NGAPAIN DI KAMAR AKU, RAKA?"

Nayra berteriak dengan sangat lantang yang membuat Raka terperanjat, rasa kantuk pria itu langsung menguap begitu saja. Mata yang tadinya terasa berat untuk dibuka kini langsung terbuka lebar.

"Sayang, ini tengah malam, tolong jangan berteriak," tegur Raka.

"Gimana aku nggak teriak, kamu menyelinap masuk ke kamar begitu saja, Raka! Kamu melanggar privasiku," desis Nayra.

Dia benar-benar kesal saat ini, sampai napasnya memburu bahkan dadanya naik turun. "Aku cuma nggak bisa tidur, jadi aku ke sini deh," jawab Raka asal. "Katanya kamu lapar bakso, Ngidam?" tanya Raka untuk mengalihkan perhatian Nayra.

"Nggak," ketus Nayra.

Dia pun segera bergegas ke dapur untuk mencari makanan yang lain, sementara Raka mengekori wanita itu dari belakang.

Di dapur, Nayra mengobark abrik kulkas untuk mencari sesuatu Yang bisa dia makan. Namun, dia sungguh tak berselera melihat semua makanan yang sebenarnya sangat lengkap di kulkas Raka itu.

"Ck!" Nayra berdecak kesal sambil menutup kulkas dengan sedikit kasar..

"Gimana? Mau makan apa?" tanya Raka sambil bersender di pintu kulkas yang sudah tertutup rapat itu.

"Nggak jadi, sudah kenyang," ketus Nayra. Setelah itu ia bergegas kembali ke kamarnya. Nayra juga segera mengunci pintu dari dalam, dia tak mau Raka kembali menyelinap ke dalam kamarnya.

Sementara Raka kini hanya berdiri di depan kamar Nayra sambil geleng-geleng kepala, ia baru tahu ternyata Nayra juga bisa keras kepala. Meskipun Raka tak pernah mengidam, tapi ia pernah menghadapi Naura yang waktu itu mengidam. Sehingga Raka yakin Nayra takkan bisa menahan keinginannya karena mengidam itu.

"Silakan mencoba mempertahankan ego dan gengsimu, Sayang," kekeh Raka. "Lihat saja, anak kita nggak akan membiarkan itu." Raka segera kembali ke kamarnya, dia sengaja tak menutup rapat pintu kamar karena ia sangat yakin nanti Nayra akan mencarinya.

Di kamarnya, Nayra memegang perutnya yang kini berbunyi, ia sungguh lapar tetapi anehnya dia hanya ingin makan bakso yang masih panas dan pedas. Dia benar-benar tak ingin yang lain.

"Astaga, apa begini yang namanya ngidam?" Nayra menggumam lesu sambil mengusap perutnya itu. "Jangan begini, ya. Jangan menyiksa aku." Nayra berbicara pada janin yang ada kandungannya itu. "Nggak usah ngidam-ngidam di tengah malam selama kamu masih ada dalam perut, ngidamnya nanti aja kalau udah lahir. Bapak kamu itu pengusaha kaya. Cukup menjetikan jari, apapun yang kamu akan dia kasih."

Nayra menghela napas lesu, setelah itu dia pun meminum dengan sangat banyak hingga perutnya terasa kembung dan kenyang. Cara ini Nayra lakukan untuk menahan rasa laparnya.

Nayra kembali merebahkan diri ke ranjang, ia mencoba memejamkan mata. Namun, setengah jam kemudian dia kembali terbangun karena perutnya semakin terasa kelaparan.

"Astga!" geram Nayra kesal sambil mengusap wajahnya dengan kasar.

Mau tak mau, Nayra harus menyingkirkan segala egonya. Meskipun awalnya sangat ragu, tetapi pada akhirnya dia memutuskan untuk meminta bantuan Raka.

Naura pergi ke kamar pria itu, ia sedikit mengernyit karena pintu yang tak tertutup rapat. "Raka?" panggil Nayra sambil mengetuk pintu pelan-pelan.

Di dalam kamar , Raka tersenyum penuh kemenangan karena sekali keyakinannya menjadi kenyataan. Dan bukannya menjawab panggilan Nayra, Raka justru langsung pura-pura tidur.

"Raka? Udah tidur belum?" tanya Nayra masih dengan suara yang pelan. Setelah menunggu selama beberapa saat dan tak ada jawaban, Nayra pun masuk ke kamar Raka.

"Raka?" panggil Nayra lagi sembari mendekati Raka di ranjangnya, pria itu tak merespon, dia terlihat tidur nyenyak membuat Nayra tak tega jika harus mengganggunya.

"Raka?" panggil Nayra lagi kini dia sambil mengguncang pundak pria itu. Namun, Raka masih tak merespon.

Nayra menghela napas berat, melihat Raka yang nyenyak begini membuat dia mengurungkan niatnya untuk meminta Raka mencarikannya baksa. Nayra hendak pergi dari kamar pria itu, tetapi tiba-tiba Raka menarik tangannya dengan keras. Nayra yang terkejut kehilangan keseimbangan tubuhnya dan pada akhirnya ia terjatuh ke pelukan Raka yang masih berbaring di ranjang.

"Raka! Lepaskan aku!" Nayra mencoba memberontak tapi Raka justru mendekap wanita itu dengan erat.

"Kenapa, hm? Mau tidur sama aku?" goda Raka.

"Nggak!" Nayra kembali menjawab dengan ketus. "Lepaskan aku, aku nggak bisa nafas," geram Nayra dan seketika Raka melonggarkan dekapannya tetapi ia memastikan tetap menguasai tubuh Nayra.

"Kenapa, Sayang? Mau tidur sama aku atau masih ngidam bakso pedas?" tanya Raka sambil menahan senyum.

Ah, akhirnya Nayra kembali mengalah padanya. Raka harus sangat berterima kasih pada calon anaknya itu yang telah membawa ibu dan ayahnya selalu dekat.

"Aku ...." Nayra menatap Raka. "Aku lapar bakso," ucapnya mencicit yang seketika membuat Raka terkekeh geli.

"Okay, aku akan membelikanmu bakso pedas," kata Raka sembari melepaskan dekapannya pada Nayra. "Kamu mau ikut atau mau menunggu di rumah?" tawar Raka.

Nayra berfikir sejenak kemudian menjawab. "Aku ikut."

...🦋...

Sudah sepuluh menit Raka membawa mobilnya keliling demi mencari siapa yang menjual bakso di tengah malam begini, sementara Nayra kini justru kembali tertidur di dalam mobil.

Setelah mencari ke sana-kemari, akhirnya Raka melihat ada sebuah tempat makan kecil yang menjual berbagai makanan termasuk bakso. Namun, Raka ragu untuk membeli di tempat itu yang ia ragukan kebersihannya.

Nayra yang merasakan mobilnya berhenti akhirnya terbangun. "Sudah ketemu?" tanya Nayra sambil mengucek matanya.

"Belum," jawab Raka. Ia hendak melajukan mobilnya lagi tetapi Nayra menghentikannya.

"Itu ada orang jualan," seru Nayra dengan wajah yang girang dan mata berbinar.

"Tapi tempatnya begity, Nay, nggak bersih," ringis Raka.

"Kata siapa? Bersih kok," jawab Naura meyakinkan.

"Kita cari tempat yang lain aja ya, Sayang, cari restaurant," bujuk Raka yang membuat Nayra langsung menatap pia itu dengan sangat tajam.

"Beli bakso itu atau aku nggak akan pulang!"