FORGET IT

Selamat membaca..

🍃🍃🍃

Sesampainya di parkiran rumah sakit medika pratama dan memarkirkan dengan sempurna mobil kesayangannya berwarna merah maroon yang di kendarainya. Aliyah mengecek benda pipih yang barusan di ambil dari dalam tas slempang nya. Lalu, menscroll layar ponsel, ada beberapa pesan masuk untuk nya dan panggilan tak terjawab. Tapi, ada satu chat yang langsung membuat pipi chubby aliyah berubah merah merona setelah ia membaca dan senyum senyum sendiri.

"Dasar bee, selalu aja bisa buat ay bahagia. Walaupun hanya dengan sebaris kata di chat. Bagaimana lindu ini bisa surut bahkan menghilang dari hati ay na bee. Jika bee na selalu dapat membuat hati ay berbunga-bunga." bathin aliyah.

Aliyah mematikan layar ponsel dan memasukan kembali ponsel nya ke dalam tas slempang. Ia segera keluar dari mobil nya. Karena sedari tadi riris sudah bernyanyi memimpin paduan suara di depan mobil tanpa di gubris aliyah.

"Huh, dasar kutu kupret! Kalau sudah baca chat dari bang Denis, selalu lupa segalanya. Ini orang, aliyah. Bukan patung raja pentung, patung selamat datang, yang kau acuhkan keberadaan nya." gerutu riris memonyongkan bibir nya yang sexy sambil menggeratkan gigi nya.

Sejenak aliyah terdiam menahan ketawa dan pandangan nya melihat ke arah riris yang lagi kesel dengan diri nya.

"Sorry, menthok. Kalau ada kamu, makhluk yang bernyawa. Aku kira patung raja pentung lho, yang setia menghitung orang lewat. Atau patung selamat datang yang menyambut kedatangan the queen bee." ledek aliyah sambil terkekeh menutup mulutnya.

"Semprull nie anak. Kok bisa abang Denis jatuh cinta sama kamu? Parah nie anak, maka nya jangan kebanyakan makan micin nya bang denis, al!" omel riris penuh semangat.

"Emang kenapa?." tanya aliyah cepat.

"Bisa komplikasi stroke akut. Susah penyembuhan nya, tak ada dokter yang bisa obatin kamu dari virus yang di kirim bang Denis di otak dan hati kamu." ujar riris panjang kali, sepanjang jalan kenangan.

"Ada larangan? Ada pasal nya? atau undang-undang nya sudah di sahkan. Di larang micin nanti jadi laper menyebabkan komplikasi hati, susah penyembuhan nya karena sudah limetid edition." balas aliyah santai.

"Bhuahahaha" meledak sudah tawa kedua nya serentak.

"Semangat micin, lanjutkan penyebaran virus-virus lindu yang di kirim langsung dari sebrang pulau." oceh riris yang di dukung kekehan aliyah sambil memegang perutnya yang sakit akibat kebanyakan ngukuk.

***

Sepuluh menit kemudian.

Setelah melewati lorong rumah sakit medika pratama tanpa harus ke reception terlebih dulu, karena aliyah telah mengetahui ruang rawat excel.

Kedua gadis itu telah sampai di depan pintu ruang rawat excel, dengan membawa satu paket parcel buat buah tangan. Aliyah segera mengetuk pintu itu.

Tok..

Tok..

Tok..

"Assalamu'alaikum." salam aliyah dari luar dengan membuka knop pintu dan membuka perlahan pintu ruangan itu.

Ketika pintu terbuka..

Wanita dan pria paruh baya menatap ke arah pintu. Aliyah terkejut. Tapi, ia tetap melangkah kan kaki nya untuk masuk ke dalam ruangan itu dan di ikuti riris yang berjalan di belakang nya.

"Masuk, aliyah." ucap excel, ketika melihat seseorang yang berdiri di depan pintu.

"Assalamu'alaikum, tante." salam aliyah sambil mencium punggung tangan kedua orang tua excel bergantian.

"Wa'alaikumussalam, ini siapa excel?." tanya mama excel, yang melihat wajah aliyah, beliau terkagum ketika melihat senyum manis dari bibir merona dan menampilkan gigi putih tersusun rapi.

"Ini teman excel ma, aliyah dan riris nama nya."

Kedua orang tua excel menyambut hangat kedatangan kedua gadis itu. Mereka senang melihat putra nya mempunyai teman seperti mereka.

Aliyah masih tetap dengan posisi berdiri. Mereka tidak berani duduk sebelum di persilakan orang tua excel.

"Duduk sini, ngapain kalian berdiri di situ, tante enggak gigit lho" canda mama excel.

"Tante sudah jinak, kok." tambah papa excel yang akhirnya dapat tatapan tajam dari mama nya excel.

"Di kira guk, guk kali, gigit." seru mama excel sewot pada suami nya.

"Mama, papa. Apaan sih kayak anak kecil saja." protes excel.

"Jangan dengerin orang tua ku ya, al. biasa mama sama papa suka becanda gitu."

"Eh, iya. Tak apa cel." sahut aliyah.

Aliyah dan riris duduk di sofa deket mama excel.

"Kamu teman kampus excel atau temen apa? Sejak kapan kamu berteman dengan excel?." mama excel memberondong beberapa pertanyaan pada aliyah.

"Saya temen main nya excel, tante. Tapi, ada temen excel yang satu kampus dengan saya." jawab aliyah.

"Oh, temen main. Tante kira teman special atau pacar nya excel, gitu?." tanya mama excel menyelidik.

Aliyah mengeratkan dahi nya dan membalas dengan senyum simpul, untuk menutupi rasa gugup yang tiba-tiba menghampiri dan ia mencoba mengendalikan detak jantung yang berdetak lebih kencang dari biasanya, bahkan keringat dingin kini tengah menjalar di seluruh tubuh. Gadis itu takut kalau nanti dia salah jawab atau salah bicara.

"Tidak tante, kita hanya berteman baik aja. Lagian aliyah juga sudah punya kekasih." terpaksa aliyah menjawab jujur pertanyaan mama excel.

"Bagus, tante suka kalau aliyah sudah mempunyai kekasih dan hanya sekedar berteman dengan excel, karena excel juga sudah punya tunangan." ucap mama excel menjelaskan.

Aliyah menghembuskan nafas lega, karena dia memberikan jawaban yang tepat pada mama excel. Kalau tadi, dia salah jawab. Pasti dia akan menjadi bual-bualan mama excel.

Seketika excel menatap tajam ke arah mama nya.

"Mama stop, buat apa sih. Mama menanyakan hal tak penting pada aliyah. Bukan nya terimakasih pada aliyah, ini malah di berondong pertanyaan yang tak berguna." keluar sudah kemarahan excel pada mama nya.

Ada suara pintu di buka, dua perawat wanita dan seorang dokter pria muda masuk ke dalam ruangan rawat excel sambil tersenyum pada kita.

"Selamat pagi, mas excel. Ma'af mengganggu sebentar. Kita mau mengecek tekanan darah, suhu tubuh dan cairan infus, mas excel." ucap satu perawat wanita itu.

"Silakan, sus." jawab singkat excel yang masih kesel dengan mama nya.

sedangkan perawat yang satu nya menganti kasa perban luka bekas operasi.

Dokter pria muda itu berjalan mendekati excel.

"Selamat pagi, mas excel. Bagaimana keadaan anda hari ini?." sapa dokter muda itu tersenyum ramah.

"Pagi juga, dokter." jawab singkat excel.

"Anda luar biasa, bisa pulih secepat ini. Catat perkembangan pasien, segera antar laporan nya ke ruangan saya." perintah dokter muda itu kepada dua perawat wanita yang mendampingi sebelum keluar ruangan.

"*Untung ada dokter dan perawat memeriksa excel, bisa mengalihkan pertengkaran excel dan mamanya." guman aliyah.

🍃🍃🍃🍃*

Bersambung...

Tetap tinggal kan jejak kalian berupa like, komen, rate bintang lima. Terimakasih🙏🙏