NovelToon NovelToon
Pewaris Dendam

Pewaris Dendam

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Kembar / Balas dendam pengganti / Nikah Kontrak
Popularitas:286
Nilai: 5
Nama Author: Lautan Ungu_07

Tujuh belas tahun lalu, satu perjanjian berdarah mengikat dua keluarga dalam kutukan. Nadira dan Fellisya menandatangani kontrak dengan darahnya sendiri, dan sejak itu, kebahagiaan jadi hal yang mustahil diwariskan.

Kini, Keandra dan Kallista tumbuh dengan luka yang mereka tak pahami. Namun saat rahasia lama terkuak, mereka sadar… bukan cinta yang mengikat keluarga mereka, melainkan dosa yang belum ditebus.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Ungu_07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab:25 Korban Paling Suci

Malam itu hotel sepi, hanya lampu lorong yang menyala remang. Pintu kamar 507 terbuka pelan, dan Fellisya masuk duluan sambil melepas heels dengan kasar.

"Gila... capek banget," gumamnya, langsung melempar tas ke sofa.

Dari belakangnya Edgar baru masuk, ia menutup pintu pelan sambil memperhatikan wajah Fellisya yang kusut.

Ia melangkah ke sofa, menjatuhkan tubuhnya di sana. "Sini," katanya pelan.

Fellisya tersenyum, lalu mendekat. Langsung menjatuhkan tubuhnya di sebelah Edgar, kepalanya bersandar ke dada Edgar. Tangannya melingkar ke belakang punggungnya.

Fellisya membuang napas kasar. "Aku capek, Ed..." suara Fellisya lirih, terdengar lebih jujur.

"Aku capek pura-pura kuat. Capek ngejalanin peran yang bahkan aku sendiri udah muak... aku sampai mikir, apa aku harus berhenti aja? Cukup sampai sini?"

Edgar mengusap punggungnya pelan. "Apa kamu mau nyerah sekarang? Setelah sejauh ini?"

"Kenapa nggak?" Fellisya menatapnya dari bawah, matanya berkaca. "Aku cuma manusia. Aku bisa jatuh cinta. Aku bisa takut... bisa lelah."

Edgar tersenyum kecil, miring. "Aku tahu kamu lelah. Tapi kamu bukan tipe orang yang berhenti karena capek."

"Terus aku harus apa? Aku juga pengen punya kehidupan aku sendiri." suaranya serak.

Edgar mengangkat dagu Fellisya dengan tangannya lembut. "Kamu lupa satu hal... kamu tinggal sedikit lagi. Kontrak pernikahan dengan Varel itu, sebentar lagi selesai. Habis itu kamu bebas. Kamu bisa hidup sama orang yang kamu mau." ia mendekatkan wajahnya dengan Fellisya, suaranya menurun. "Termasuk sama aku, kalau kamu masih mau."

Fellisya tersenyum tipis, pipinya merah. Bukan karena malu, tapi campuran marah dan sayang yang rumit.

Fellisya mencubit pelan perut Edgar. "Ya mau lah... kalau nggak mau, ngapain aku rela sejauh ini bareng kamu," gumamnya pelan, hampir tak terdengar.

Edgar tersenyum, lalu nyentuh pipi Fellisya. "Nah, berarti kamu nggak boleh berhenti sekarang."

Fellisya menutup mata beberapa detik, mencoba menelan semua emosi yang menumpuk.

Saat membuka mata, wajahnya sudah berubah. Tapi masih terlihat lelah di balik tekad yang kembali muncul.

"Nyawa Ayahku harus tetap di bayar..." katanya pelan. "Gimanapun caranya?"

Edgar mengangguk. "Kita lakuin sama-sama."

Fellisya mengangguk pelan, lalu membuang napas panjang. Hening cukup lama diantara mereka. Sampai akhirnya Edgar kembali bersuara.

"Sama Alka masih suka berantem?" suaranya pelan, menjaga agar tidak menyinggung perasaannya.

"Tiap ketemu, dia udah jago ngelawan. Nggak kayak dulu... yang selalu nangis-nangis minta maaf." jawab Fellisya sambil tersenyum getir.

Tangan Edgar ngelus lembut kepala Fellisya. "Karena dia udah dewasa."

"Kadang aku ngerasa capek. Aku salah, oke? Aku tahu. Tapi Alka sama Lista tuh kayak..." mulutnya berhenti sebentar. Menahan gemuruh yang tiba-tiba datang dalam dadanya. "Kayak selalu jadi pengingat kalau akun pernah jadi versi paling buruk dari diriku sendiri." suaranya gemetar halus, bahunya naik turun. "Aku benci kalau mereka bikin aku ingat itu."

"Padahal yang kamu benci bukan mereka, tapi dirimu sendiri," jawab Edgar cepat.

Fellisya tertawa hambar, lalu diam. Matanya berkedip cepat. "Tapi mereka juga bukan korban paling suci di dunia ini. Kita semua kacau. Cuma... ya sudahlah." suaranya jatuh sebentar. "Kalau aku nyakitin mereka... ya, anggap aja kita impas."

Edgar tak menjawab. Ia mengeratkan pelukannya di pinggang Fellisya. Suasana mendadak hening, suasana kamar berubah lebih tenang, tapi intim.

Edgar mendekatkan mulutnya ke telinga Fellisya. "Kamu mau istirahat dulu?"

Fellisya ngangguk sambil, sambil narik napas pelan. "Tapi temenin aku," katanya sambil bangun menarik tangan Edgar. "Aku nggak mau tidur sendirian malam ini."

Edgar berdiri mengikuti, bibirnya terangkat tipis. "Dari tadi aku nunggu kamu ngomong kayak gitu."

Feellisya mendorong dada Edgar pelan, manja dramatis. "Jangan banyak gaya!"

Mereka masuk ke sisi tempat tidur, lampu kamar di redupkan. Dan pintu di kunci. Keduanya tenggelam dalam ruangan hening yang cukup menenangkan itu.

1
Apaqelasyy
Keren banget plotnya.
Lautan Ungu_07: Awww makasih udah baca🎀 seneng banget ada yang notice alurnya.💝💝
total 1 replies
Willian Marcano
Buatku melek sepanjang malam.
Lautan Ungu_07: Aduhh, kasihan matanya... tapi makasih loh, udah baca cerita ini.😅🥰🎀
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!