Bagi ku restu orang tua adalah hal yang terpenting dalam hidup.. hingga aku berfikir kebahagiaan itu akan selalu berada di pihak ku.. dengan melihat senyum ibu ku.. dan menerima laki-laki pilihan nya, aku percaya Tuhan akan selalu memberiku ridho dalam setiap perjalanan hidup ku... hingga aku berani melepas kan semua impian ku, melupakan indah nya masa lalu ku, dan meninggalkan dia... CINTA PERTAMA KU dan aku sadar, dia tak akan pernah bisa terganti... hingga akhir nya cinta pertama ku kembali hadir di saat aku mulai menyerah pada hidup
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Iis Surya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Saat terakhir
"Sudah sampai bu,.. " ujar sopir membangun kan ku dari tidur
"Terima kasih pak... kembalian nya ambil saja" ucap ku sambil memberikan beberapa lembar uang kertas
baru saja aku masuk ke halaman rumah, Tiba-tiba bi sumi sudah berlari menghampiri ku
"nyonya,.. non aya... nyonya.. non aya barang -barang , pakaian nya semua di bawa tuan nyonya.. "
Aku langsung bergegas masuk memeriksa ke kamar putri ku.. benar saja lemari nya sudah kosong,barang-barang nya pun hanya tersisa beberapa saja..
Aku menarik rambut ku sendiri
"Bagasss!! benar-benar brengs***kau.. " jerit ku tertahan.
Berulang kali aku mencoba menelpon nya
tak ada jawaban.. telepon ku yang terakhir malah sengaja di reject
Benar-benar membuat ku marah
"Bagas, kamu benar-benar cari ma**!!
Aku langsung berlari mengambil kunci motor ku
Di ikuti bi sumi..
"nyonya, apa perlu saya ikut ,... gak baik nyonya bawa motor dalam keadaan emosi.. " ujar bi sumi cemas
Aku menarik napas panjang..
"InsyaAllah nggak apa-apa bi.. do'ain aku ya... "
"iya... nyonya, pasti saya do'akan.. " bi sumi memeluk ku sambil menangis
"yang sabar ya nyonya,.. serahkan semua nya sama Allah.. "
Aku hanya mengangguk dan menyalakan motor ku dan melaju meninggalkan rumah dengan amarah yang membara
...****************...
Aku langsung menerobos masuk ke rumah mertua ku,.. aku melihat bagas yang sedang membujuk Marisa untuk makan.. sementara putri kecil ku masih mengunci mulut nya
"mamaaaah... " teriak nya sambil berlari ke arah ku
aku memeluk nya erat sambil menahan tangis, seketika amarah ku mulai teredam dengan pelukan malaikat kecilku
*kamu nggak boleh menangis Kirana, dia tidak akan peduli padamu... bagas hanya akan semakin menginjakmu* batin ku pedih
Aku lepas kan pelukan Marisa perlahan
"makan dulu ya sayang... "
"mamah yang suapin,.. " rengek nya
Aku melangkah ke arah bagas dan langsung mengambil makanan Marisa dari tangan nya
"makan ya sayang...aaaa.. "
Marisa mengangguk dan mulai membuka mulut nya..
Bagas hanya terdiam kemudian duduk memperhatikan ku yang sibuk menyuapi Marisa
"sudah habis sayang, kamu memang anak pintar.." puji ku setelah makanan nya habis tak tersisa
"sekarang, kamu main dulu ya.. Lego nya di bawa kan..?"
"iya mah.. " jawab nya sambil menoleh penuh kekesalan ke arah ayah nya. bagas hanya terdiam menghadapi sikap putri kecil nya..
"kita bicara.. " kata ku setelah memastikan Marisa sudah masuk kamar nya
"nggak perlu bicara, Marisa akan tinggal di sini.. kamu ikut atau tidak itu terserah kamu.. " tegas bagas
Aku tersenyum smirk..
"siapa yang akan mengurus nya..? "
"ibu ku yang akan mengurus nya.. "
"ibu mu?? bukan nya kata mu ibu mu sering sakit-sakitan, ayah mu sering ke ladang,.. terus Marisa di tinggal sendiri atau harus ikut juga ke ladang!!! " tukas ku menahan amarah yang sejak tadi aku tahan
"Kirana, ada apa dengan kamu... kamu nggak perlu teriak gitu.. "bagas berdiri menatap ku dengan marah
"kenapa? kamu mau tampar aku lagi??? "
Bagas kembali duduk di depan ku
"kita cerai... " ucap bagas sambil menatap ku
Aku tersenyum sinis
"ok.. kita cerai.. tapi Marisa dia harus bersama ku.."jawabku tegas
bagas menatapku tajam dengan senyum sinis.. dia nggak menyangka aku akan dengan mudah menyetujui keinginan nya untuk cerai..
" aku harap nggak ada bantahan mas,.. sudah cukup 10 tahun aku patuh sama kamu... izin kan hari ini,, sekali saja kau menuruti keinginan ku... aku mohon mas.. "pinta ku sambil memohon pada nya
"hentikan Kirana.. jangan seperti ini.. "
"aku rela mas, aku nggak akan menuntut apa-apa.. aku hanya ingin anakku.. jangan kau ambil ansk ku" tangis ku tak bisa lagi di bendung
"Kirana, sebenarnya aku tidak bermaksud cerai dari mu.. tadi aku hanya... "
"nggak mas, kita sudah nggak bisa bersama lagi.. hati ku sudah hancur mas... betul kamu bilang.. dosa ku terlalu banyak sama kamu, sama ibu mu.. aku juga nggak bisa menerima sikap mu tadi malam.. " isak ku
*Aku kecewa padamu, tapi.. aku juga berdosa telah menghianati mu mas..maaf kan aku* batin ku pedih
"kita menikah dengan cara baik, .. berpisah harus dengan cara yang sama... "
"tapi Kirana... "
"aku minta maaf kalau aku sudah mengecewakan mu.. 10 tahun sudah cukup. untuk kita saling mengenal dalam rumah tangga... tapi ternyata kita gagal.. maaf mas.. " aku tertunduk menahan sakit di hati ku.. bagaimana pun dia adalah suami ku yang mungkin pernah menyayangi ku dulu.meski tak sebanding dengan rasa sayang pada ibu nya.
"Kirana.. aku.. "
"ya sudah toh, bagas kalau istri mu ingin cerai ya sudah cerai saja.. "Tiba-tiba ibu mertuaku datang dari belakang ku
Aku terdiam menahan emosi ku
"asal kan Marisa...
"marisa akan bersama ku bu,.. itu sudah keputusan akhir.. " sahut ku sambil berdiri menuju kamar Marisa..tanpa ingin mendengar ucapan nya lagi
"eeeh.. tunggu dulu.. Kirana, Marisa biar ibu yang urus dia sudah besar ,sudah bisa jauh dari ibu nya, harus mandiri jangan di manja terus... nanti dia.. " aku menoleh, dan menatap tajam pada ibu bagas aku berbalik dan menghampiri nya dengan langkah pelan
"nanti dia kenapa?? nanti dia nggak mandiri, nanti dia akan manja dan seumur hidup tidak bisa lepas dari ibu nya...sama seperti ayah nya,..bukan begitu bu? " ucapku penuh dengan kepuasan
"Kirana kamu... bagas itu anak laki-laki ibu ,kewajiban nya mengurus ibu.. selama nya anak laki-laki itu milik ibu nya.. kamu tau agama juga mengajarkan itu...kamu harus paham itu!!! teriak ibu sementara bagas berusaha menenangkan ibu nya
"Alhamdulillah saya sudah paham, bu.. tapi setidak nya saya tidak pernah membawa-bawa agama untuk membenarkan perbuatan saya yang menyakiti orang lain... o, iya.. jika bagas anak laki-laki ibu bagaimana dengan mas reno dan mas Ario.. apa mereka bukan laki-laki "ujar ku sinis
"Kirana cukup..!! hardik bagas
"kamu ingin bercerai, kita bercerai.. kamu boleh bawa Marisa.. tapi jangan kamu menyakiti ibu dengan kata-kata mu lagi.. "
Aku tersenyum pedih..sampai akhir pun kamu terus membela nya mas .. batin ku pedih
"bukan nya tadi kamu yang minta cerai mas, playing victim banget sih... " timpal ku sambil melangkah ke kamar Marisa
Ku lihat putri kecil ku tertidur di antara tumpukan Lego.. pasti dia sangat kelelahan sejak kemarin harus bolak-balik jakarta-puncak dalam satu waktu.. belum lagi kondisi psikisnya semenjak awal kami berangkat ke puncak
Aku mengelus rambut nya pelan, mengecup kening nya.. ada rasa bersalah dalam hatiku karena mau tidak mau dia harus berhenti mengharap kan ayah nya pulang setiap hari..
Aku menghela napas berat dan kembali ke ruang tamu.. ku lihat bagas duduk melamun di sana.
Sebenarnya dia adalah suami yang baik, bertanggung jawab.. namun entah siapa yang salah di sini.. inti nya 10 tahun ini sudah cukup untuk ku menahan semua kekecewaan ku pada nya..
"aku akan membawa Marisa pulang besok, aku ijin menginap di sini semalam bersama nya, aku takut Marisa kelelahan di jalan.. biarkan dia tidur dulu di sini"
Bagas mengangguk pelan
"Kirana maafkan aku... apa masih sakit? " tangan nya bergerak ke arah pipi ku
aku segera memalingkan wajah ku..
"hati ku lebih sakit mas.. " ujar ku sambil kembali ke kamar Marisa...
...****************...
Alarm di handphone ku menyala.. sudah jam 04.40 pagi, aku bergegas untuk sholat subuh ..
Aku memang bukan muslim yang taat, aku sadar..aku banyak berbuat dosa tapi setidak nya aku berusaha untuk tidak melewatkan kewajiban ku.. karena aku tidak tau di sujud, dan rakaat yang mana Tuhan akan mengampuni dosaku..
...****************...
"mah, aya nggak sekolah hari ini? " tanya putri ku saat aku merapihkan mainan nya
"nggak sayang, tadi mamah sudah menelepon bu Wina "
Marisa tersenyum, memelukku
"kita pulang mah? "
Aku mengangguk pelan..
"Kirana... bisa bicara sebentar? "
Aku menoleh ke belakang, tampak bagas di depan pintu dengan lingkaran hitam di mata nya.. mungkin semalaman dia tidak tidur.. ah, entah lah aku sudah malas berpikir tentang nya..
"kamu nggak kerja mas? " tanyaku saat kami mulai duduk agak berjauhan di ruang tamu
Bagas menggeleng pelan
"Kirana, sebenarnya aku nggak mau semua berakhir seperti ini.. semalam aku hanya emosi saat aku memutuskan untuk cerai dengan mu, aku nggak nyangka kamu langsung setuju begitu saja... apa berumah tangga dengan ku, begitu sulit untuk mu.. "
Aku menatap mata nya, ada kehampaan di sana.. tapi, itu bukan urusan ku lagi.. hati ku terlanjur sakit, kesabaran ku sudah di ambang batas, aku nggak mau selama nya jadi istri atau menantu yang durhaka karena tidak bisa mengikuti kemauan mereka
"sudah lah mas, kita sudah memutuskan nya.. "
bagas menghela napas nya panjang
"ok.. aku antar kalian pulang.. " tukas nya sambil beranjak pergi...
aku dan Marisa telah selesai berkemas saat bagas kembali ke kamar Marisa
"ayoo,.. kita berangkat.. "
Marisa tersenyum..
"ayah mau ikut pulang.. ? " ujar nya dengan mata berbinar..
Bagas menunduk dan memeluk Marisa
"ayah hanya akan antar kalian pulang, nanti kalo ayah ada waktu ,ayah akan ajak kamu bermain yaa.. " jelas bagas menahan air mata nya di jawab dengan anggukan kecil marisa
"ya sudah ayoo kita pulang.. " ajakku sambil menuntun Marisa ke luar
Aku nggak mau melihat air mata bagas yang mungkin saja akan membuat hati ku kembali luluh
"ibu mana? " selidik ku ,karena sejak pagi tadi aku sama sekali tidak melihat nya
"ibu sedang ada urusan.. kita langsung berangkat saja.. "
Aku mengangguk
Mengikuti langkah bagas menuju mobil
"ayah aku duduk di depan yaa.. "rengek Marisa manja
Bagas tersenyum sambil menggendong Marisa duduk di kursi depan bersama nya..
"mamah, duduk di sini juga.. "
"nggak sayang, mamah di belakang aja.. kursinya sempit.. kamu kan udah gede,.. "jelas ku dambil tersenyum
Bibir Marisa mengkerucut.. kemudian dia tersenyum, menoleh ke arah ku yang sudah duduk di kursi belakang
"ok.. " ujar nya ceria..
Ada kesedihan yang tidak bisa aku lukis kan.. saat melihat ayah dan anak di depan ku saling tertawa bercanda.. sesekali mereka tertawa ke arah ku.
Aku hanya membalas nya dengan senyuman yang terasa hampa. kenapa momen ini tercipta di saat -saat terakhir kita harus berpisah mas.. batin ku lirih