NovelToon NovelToon
Celine Juga Ingin Bahagia

Celine Juga Ingin Bahagia

Status: sedang berlangsung
Genre:Angst / Trauma masa lalu
Popularitas:641
Nilai: 5
Nama Author: *𝕱𝖚𝖒𝖎𝖐𝖔 𝕾𝖔𝖗𝖆*

Celine si anak yang tampak selalu ceria dan selalu tersenyum pada orang-orang di sekelilingnya, siapa sangka akan menyimpan banyak luka?
apakah dia akan dicintai selayaknya dia mencintai orang lain? atau dia hanya terus sendirian di sana?
selalu di salahkan atas kematian ibunya oleh ayahnya sendiri, membuat hatinya perlahan berubah dan tak bisa menatap orang sekitarnya dengan sama lagi.
ikuti cerita nya yuk, supaya tahu kelanjutan ceritanya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon *𝕱𝖚𝖒𝖎𝖐𝖔 𝕾𝖔𝖗𝖆*, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

akhirnya bibi pulang

"Hai, gadis cantik." Erina duduk di tepi tempat tidur memperhatikan wajah Celine yang pucat dan murung.

Celine yang dipanggil itu pun mendongak sedikit untuk melihat Erina. Air mata menggenang di pelupuk mata anak itu, sedangkan dari jauh Michael masih berdiri di depan pintu memperhatikan mereka berdua.

Celine yang tak kuasa menahan air matanya itupun langsung menangis dengan keras, dia langsung memeluk Erina dengan erat.

Erina pun kembali memeluk gadis kecil itu dengan erat. Mengusap punggungnya untuk menenangkan nya. "Sudah sudah, bibi di sini sekarang." ucapnya dengan lembut dan pelan.

Michael yang melihat itu hanya bisa diam di sana sebelum akhirnya perlahan pergi meninggalkan mereka. Dia merasa tak pantas untuk melihat hal rapuh dari adiknya seperti itu karena dia tak ikut menenangkan nya.

Tapi, tak bisa dipungkiri kesedihan juga terasa di dada Michael. Dia yang selama ini bersikap acuh tak acuh, kini menunjukkan kembali sikap nya yang hangat entah apa yang terjadi.

Sementara itu Celine terus menangis di pangkuan Erina, seperti menangis dengan ibunya. "Ke-kenapa... papa...se-seperti itu?." ujarnya dengan susah payah saat tenggorokan nya kini tercekat. sesak dadanya dibarengi sesenggukan karena menangis.

Erina hanya bisa diam mendengarkan sambil mengelus kepala gadis kecil itu dengan lembut perlahan.

Dia pun menarik Celine lebih dekat dan akhirnya bicara dengan nada yang lembut layaknya seorang ibu yang yang penyayang. "Kalau begitu, coba ceritakan apa saja yang papa lakukan pada Celine?."

Celine pun menarik dirinya sedikit agar bisa menatap Erina dengan jelas. "Papa...papa jahat sama Celine!." dia tampak kesal tapi diikuti tangisan, tangannya memukul kasur, kesal mengingat perbuatan papa nya.

"Ya sudah, kalau begitu ayo ceritakan pada bibi, biar bibi dengarkan nona cerita." ucapnya dengan nada yang lembut dan penuh kesabaran.

"Papa...papa waktu itu, waktu bibi pergi...dia mengurung Celine di gudang belakang. Celine tidak suka! Kalau bukan karena Michael mungkin Celine akan terus terkurung di dalam gudang sana!" jelasnya dengan penuh emosi yang bercampur aduk.

"Bibi pergi saat itu, jadi bibi tidak tahu kan?, Celine kesepian kalau tidak ada bibi..." bibirnya kembali bergetar, tangisan nya mengucur lagi membasahi pipinya.

"Lalu...tadi, tadi juga papa memarahi Celine. Dia masuk ke kamar Celine saat Celine tidur, lalu dia melihat ponsel yang ditinggalkan oleh kakak di atas meja. Papa tahu itu ponsel mama yang hilang dan saat Celine bangun untuk mengambil air dia memarahi Celine dan bertanya, darimana Celine dapat ponselnya mama. Celine kan juga tidak tahu, kenapa papa memarahi Celine seperti itu?." dia menarik nafas kasar, sesenggukan nya belum hilang.

Erina hanya bisa terdiam mendengarkan, tatapan nya seketika tertuju pada dengkul anak itu yang di plester. "Ini kenapa, nona?". Dia menunjuk ke arah luka itu.

"Itu...karena papa dorong Celine saat masuk gudang. Celine jatuh ke lantai gudang dan jadi luka." jelasnya dengan air mata yang masih mau jatuh tapi tak sederas seperti sebelumnya.

Wajah Erina melunak, ikut merasakan rasa sakitnya anak itu. Bagaimana sikap Damian yang begitu kasar benar-benar membuatnya tidak habis pikir.

"Jadi, ini nona obati sendiri?." tanya nya dengan lembut.

Celine hanya mengangguk pelan sambil mengusap wajahnya yang penuh air mata dengan lengan baju nya.

"Jadi, sekarang nona senang tidak bibi ada di sini bersama nona?." tanya nya dengan nada main-main.

"Iya, Celine senang akhirnya bibi kembali dengan cepat." dia pun akhirnya kembali tersenyum meskipun wajahnya masih tampak sembab karena menangis.

"Jangan sedih lagi, oke? Biarkan saja papa Damian seperti itu." tangannya dengan lembut menyisipkan rambut gadis itu di belakang telinga nya.

"Bibi akan ambil air minum dan makanan, nona tunggu di sini supaya setelah itu nona minum obat, oke?." Erina pun beranjak dari tempat tidur dan berjalan keluar.

Celine hanya menatapnya sebelum Erina akhirnya benar-benar pergi meninggalkan dirinya sendirian di kamarnya.

Menunggu dengan cukup lama, sekitar lima belas menit kemudian Erina kembali dari dapur dengan membawa nampan berisi makanan dan juga air putih.

"Bibi tidak lama kan?" tanya nya pada gadis kecil itu saat dia meletakkan nampan diatas meja di samping kasur.

"Bibi tidak lama kok." jawab gadis kecil itu saat dia mendekat, melihat apa yang dibawakan oleh Erina.

Dan itu ternyata makanan kesukaannya, ayam asam manis pedas juga udang goreng tepung yang sudah lama dia tidak makan.

"Bibi bawakan ini untuk Celine?." dia mencomot salah satu udang yang ada diatas piring.

"Tentu saja, kan bibi sudah kirim pesan pada nona bibi akan bawakan oleh-oleh. Bibi bawakan ini, karena juga kakak nona beritahu nona di sini sedang sakit." tangannya mengulurkan sendok yang berisi makanan, menyuapi anak itu dengan perlahan.

"Kak Felix beritahu bibi?" tanya nya lagi dengan nada penasaran.

Erina mengangguk "Benar sekali, bibi kira kalau nona tidak akan selera makan, jadi bibi bawakan ini untuk nona."

Celine pun tersenyum riang mendengar nya "Terimakasih ya, bibi." ucapnya dengan mulut yang penuh dengan makanan.

Erina hanya mengangguk, tersenyum lembut padanya dan menunggu sampai dia menelan makanan itu.

"Tapi kan bi... sebelum nya papa bersikap baik juga pada Celine." celetuknya dengan wajah yang...tidak bisa dijelaskan.

"Oh ya? Tuan bersikap seperti apa pada nona?." tanya nya sedikit penasaran dan kembali menyuapi nya.

"Papa...saat tahu Celine sakit dia belikan Celine makanan, lalu membawa Celine ke dokter." jelasnya yang kini menatap Erina dengan begitu jelas.

Erina menghela nafas ringan dan menganggukkan kepalanya pelan. "Mungkin saja papa nona bersikap baik seperti itu hanya karena nona sakit kan?" jawabnya asal

"Bibi benar, seharusnya memang seperti itu." dia mengiyakan yang membuat Erina terkejut tapi dia langsung tertawa mendengarnya.

"Nona benar-benar ya, padahal bibi tadinya hanya bercanda menjawab itu."

"Tapi kan benar bi, papa hanya bersikap baik saat tahu Celine sakit. Kalau Celine sehat, mana mau papa lihat Celine." ucapnya dengan wajah sedikit cemberut.

"Ya sudah ya sudah, lupakan saja itu. Sekarang nona makan, lalu minum obat dan istirahat, oke? Supaya bisa masuk sekolah lagi."

"Baik bi." jawab Celine yang dengan cepat mengunyah makanan di dalam mulutnya.

Beberapa saat kemudian dia pun akhirnya menyelesaikan makannya, dia meminum obat yang tadi dia bawa dari rumah sakit dan sekarang berbaring di ranjang nya dengan nyaman.

"Terimakasih bibi, karena bibi mau menjaga Celine selalu." ucap gadis kecil itu sebelum akhirnya dia memejamkan matanya mencoba untuk tertidur dengan nyenyak.

Erina yang melihat itu hanya bisa memberikan senyuman lembut padanya, mengelus kepala anak itu pelan. Dia pun akhirnya keluar dari kamar Celine saat memastikan dia benar-benar tertidur dengan nyenyak.

1
Musri
baru awal aja dh suka,mudah2n alur ceritanya bagus GK berbelat Belit...semangat Thur💪🫰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!