NovelToon NovelToon
Terpaksa Jadi Istri Kedua Demi Keturunan

Terpaksa Jadi Istri Kedua Demi Keturunan

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Ibu Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:171k
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah Alfatih

Hana, gadis sederhana anak seorang pembantu, tak pernah menyangka hidupnya akan berubah dalam sekejap. Pulang dari pesantren, ia hanya berniat membantu ibunya bekerja di rumah keluarga Malik, keluarga paling terpandang dan terkaya di kota itu. Namun takdir membawanya pada pertemuan dengan Hansel Malik, pewaris tunggal yang dikenal dingin dan tak tersentuh.

Pernikahan Hansel dengan Laudya, seorang artis papan atas, telah berjalan lima tahun tanpa kehadiran seorang anak. Desakan keluarga untuk memiliki pewaris semakin keras, hingga muncul satu keputusan mengejutkan mencari wanita lain yang bersedia mengandung anak Hansel.

Hana yang polos, suci, dan jauh dari hiruk pikuk dunia glamor, tiba-tiba terjerat dalam rencana besar keluarga itu. Antara cinta, pengorbanan, dan status sosial yang membedakan, Hana harus memilih, menolak dan mengecewakan ibunya, atau menerima pernikahan paksa dengan pria yang hatinya masih terikat pada wanita lain.

Yuk, simak kisahnya di sini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

25. Tuhan, adakah jalan untukku kembali? Meksipun jalan itu tak seindah dulu.

Udara malam yang dingin seolah tertelan oleh kepanikan yang mengguncang halte jalanan itu. Teriakan bercampur isak terdengar saat semua orang bahu membahu membawa Hana yang terkulai dengan wajah pucat pasi. Laudya tak melepaskan genggaman tangannya, meskipun darah membasahi telapak tangannya sendiri.

“Hana … bertahanlah … tolong jangan tinggalkan bayi itu…” suara Laudya parau, penuh isak.

Hansel, dengan wajah tegang, menggendong tubuh Hana sekuat tenaga menuju mobil. “Cepat! Kita harus ke rumah sakit sekarang!”

Rayyan langsung masuk ke mobil lain bersama Jamilah, sementara Hansel dan Laudya duduk di mobil utama membawa Hana. Sepanjang perjalanan, tangisan Laudya bercampur dengan doa yang tak henti-hentinya ia ucapkan. Hansel memacu mobil dengan kecepatan penuh, jantungnya serasa berdetak di luar tubuhnya.

Tiba di depan rumah sakit, Hansel langsung melompat turun, menggendong Hana erat di pelukannya.

“Dokter! Perawat! Tolong!” teriaknya putus asa.

Beberapa perawat berlari panik dengan hospital bed, segera menurunkan Hana dari gendongan Hansel. Laudya masih menggenggam tangan Hana, berjalan terhuyung di sampingnya, matanya tak berkedip menatap wajah pucat perempuan itu.

Setibanya di UGD, suasana makin mencekam. Lampu-lampu terang menyilaukan, suara instrumen medis berbunyi satu per satu. Dokter dengan cepat memeriksa kondisi Hana, lalu menoleh dengan wajah serius.

“Siapkan ruang operasi sekarang! Jangan tunggu lebih lama! Jika tidak … ibu dan bayi tak bisa selamat!”

Semua orang yang menunggu di luar ruangan langsung terpaku. Hansel mematung, wajahnya kehilangan warna.

“Dok … tolong … selamatkan keduanya. Jangan biarkan salah satunya pergi…” suaranya parau, nyaris pecah.

Perawat menyerahkan selembar kertas persetujuan operasi darurat pada Hansel. Tangannya gemetar hebat saat memegang pena, air matanya jatuh membasahi kertas itu. Sebelum ia sempat menandatangani, Jamilah maju.

“Dok … selamatkan anakku, aku mohon! Hana … Hana masih muda. Dia anakku satu-satunya!” suaranya bergetar penuh kecemasan.

Semua orang tersentak. Jamilah bersujud di hadapan dokter, menangis sejadi-jadinya. Namun di tengah hiruk pikuk itu, suara Laudya terdengar, mengejutkan semua yang ada.

“Dokter … aku mohon … selamatkan Hana…” lirik Laudya, semua mata menoleh padanya. Laudya berdiri dengan mata berkaca-kaca, wajahnya penuh rasa sakit.

“Bayi itu memang berarti untukku … tapi Hana lebih berarti sekarang. Tanpa Hana, bayi ini tak akan ada. Aku mohon, selamatkan dia…”

Keheningan yang berat menyelimuti lorong itu. Hansel menatap istrinya dengan mata yang tak percaya, seolah baru mengenal sisi Laudya yang sesungguhnya.

Tak lama, dokter kembali keluar dengan tim medis.

“Kami harus segera membawanya ke ruang operasi.”

Hospital bed bergerak cepat, perawat mendorongnya melewati koridor menuju ruang operasi. Hansel buru-buru mendekat, menggenggam tangan Hana yang lemah, menunduk hingga wajahnya hanya sejengkal dari wajah perempuan itu.

“Hana … bertahanlah. Aku ada di sini ... tolong jangan tinggalkan aku…”

Hana membuka mata samar-samar, menatap Hansel dengan pandangan kabur. Bibirnya bergerak, seolah ingin mengatakan sesuatu, tapi hanya suara lirih yang keluar. Hansel menggenggam erat tangan itu, seakan tak ingin melepaskannya selamanya. Namun perlahan, tangan Hana dilepaskan paksa saat tubuhnya didorong melewati pintu ruang operasi. Hansel menatap pintu itu menutup, perasaannya seperti terbelah.

Di belakang, Laudya jatuh terduduk, menutup wajahnya dengan kedua tangan, menangis sejadi-jadinya. Jamilah bersandar pada Rayyan yang menahan tubuh ibunya agar tak jatuh. Lorong rumah sakit dipenuhi suara tangis, doa, dan kecemasan yang menyesakkan.

Ruang operasi dipenuhi bunyi mesin monitor yang bersahut-sahutan. Tim medis bergerak cepat, darah memenuhi sarung tangan mereka, sementara keringat bercucuran meski ruangan itu dingin.

“Bayi sudah keluar! Kondisi stabil … detak jantung normal!” seru salah satu dokter anak dengan suara lega. Tangisan bayi pecah memecah keheningan yang mencekam. Suara itu seharusnya membawa kebahagiaan, namun detik berikutnya ketegangan kembali menghantui. Monitor detak jantung Hana mulai berbunyi tak stabil, grafiknya naik-turun dengan cepat.

“Detak jantung ibu melemah! Cepat, siapkan adrenalin!”

“Tekanan darah turun drastis, dok!”

Tim medis panik, berusaha mempertahankan nyawa Hana. Napas Hana makin berat, wajahnya pucat pasi. Dalam sekejap, tangisan bayi itu seolah tenggelam oleh nada tegang para dokter.

Di luar ruang operasi, Hansel dan Laudya berdiri berseberangan, wajah keduanya sama-sama pucat. Jamilah duduk di kursi lorong, tangannya yang bergetar kian terasa dingin. Rayyan berdiri gelisah, berjalan mondar-mandir, matanya tajam mengawasi pintu operasi yang tertutup rapat.

Beberapa menit terasa seperti berjam-jam hingga akhirnya pintu terbuka. Seorang dokter keluar, wajahnya muram, maskernya diturunkan perlahan.

Hansel langsung menyongsong dengan langkah lebar.

“Bagaimana kondisi Hana, Dok?” suaranya parau, nyaris pecah.

Dokter menatap semua orang di sana sebelum membuka suara.

“Bayinya berhasil diselamatkan. Kondisinya cukup sehat, lahir dengan berat dan panjang normal.”

Air mata tumpah dari mata Hansel seketika. Bahunya bergetar, lega bercampur haru membanjiri dirinya. Jamilah menangis tersedu-sedu, kedua tangannya menutup wajah, sementara Rayyan hanya menunduk, matanya berair.

Tak lama kemudian, seorang perawat keluar dengan mendorong inkubator. Di dalamnya, bayi mungil laki-laki tampak bergerak pelan, wajahnya merah, tangannya mengepal kecil. Tangisan kecil terdengar lagi, membuat Hansel mendekat dengan air mata tak terbendung.

“Anakku … anakku …” suaranya pecah, tangannya meraih kaca inkubator, ingin sekali menyentuh bayi itu.

Jamilah ikut mendekat, matanya basah. “Allahu Akbar … cucuku…”

Namun kebahagiaan itu seketika sirna ketika Laudya, yang sejak tadi terdiam, melangkah mendekati dokter dengan wajah penuh tanya.

“Bagaimana dengan Hana, Dok? Tolong katakan … bagaimana keadaannya?”

Dokter menarik napas berat, menundukkan kepala.

“Nyonya Hana mengalami syok hebat akibat pendarahan. Saat ini … beliau koma.”

Semua orang membeku. Hansel terdiam, tubuhnya seolah disambar petir. Inkubator dengan bayinya mendadak terasa jauh tak berarti dibanding kabar itu.

“Koma…?” suara Rayyan lirih, seakan tak percaya.

“Dokter, lakukan sesuatu! Tolong jangan biarkan dia begitu saja!” Laudya mendekat, suaranya bergetar, air mata jatuh tanpa bisa ditahan.

“Saya mohon … selamatkan Hana. Lakukan apa pun, apa pun demi dia! Jangan biarkan dia pergi…”

Suaranya pecah, tangisnya membuat semua orang tertegun. Untuk pertama kalinya, Laudya tak melirik sedikit pun pada bayi yang baru lahir itu. Matanya hanya tertuju pada dokter, penuh rasa takut kehilangan Hana.

Hansel memegang dinding, tubuhnya goyah, dadanya sesak luar biasa. Tangannya mengepal, tak mampu menahan air mata yang terus mengalir. Jamilah jatuh bersujud di lantai lorong, meratap menyebut nama anaknya. Rayyan berdiri kaku, matanya merah menahan tangis.

Dokter menunduk, memberi hormat singkat. “Kami akan berusaha semampu kami ... Mohon doanya.”

Kemudian ia kembali masuk ke ruang operasi, meninggalkan keluarga yang terpuruk dalam duka dan cemas. Lorong rumah sakit itu dipenuhi tangisan dan doa yang tak henti terucap, sementara di balik pintu besi ruang operasi, nyawa Hana masih tergantung di antara hidup dan mati.

'Kembalilah, Hana. Aku berjanji akan membawamu pergi ... memberimu kebahagian yang sesungguhnya,' batin Rayyan, melafaz semua janji dia untuk Hana yang sedang berjuang di dalam sana.

1
Ddek Aish
alasan klise menjaga nama baik keluarga
Fitria Syafei
Kk cantik kereeen 🥰🥰 terimakasih 😘
Sunaryati
Yang menggunggat cerai itu Laudya, seharusnya tidak meminta harta gono- gini, apalagi tak punya anak, dan kesalahan adalah pada Laudya, kenapa tidak gugat balik perzinahan Ryan dan Laudya bisa masuk penjara. Laudya minta gono- gini karena sudah miskin. 🤣🤣🤣
Ani Basiati: lanjut thor
total 1 replies
Sunaryati
Furqan apapun kesalahan papa Hanzel kau harus menghormati, bagaimana mulanya toh papa Hanzel lantaran kau hadir di dunia. Panggil sebutan papa. Dengan menghormati siapapun merupakan menghargai diri- sendiri. Tunjukkan baktimu padanya dengan membantu memulihkan perusahaan, buat Mama Hanna bangga padamu, tunjukkan bahwa kamu mampu Nak Furqan. Jika bisa bantu papamu menyelesaikan masalahnya baik rumah tangga maupun perusahaan
Ani Basiati
lanjut thor
nayla tsaqif
Thorr,, penyebutan nama hansel saat bicara sama furqan seharusnya pake kata "papa" lbh enk di baca,, bukan "aku",, berasa bicara sama orang lain,, bukan anak sama ayah🙏
ken darsihk: Setuju
Baru aja aq mo buat koment seperti ini
Setuju ya thor penyebutan aku nya di buang , kalau Hansel sedang berbicara dengan anak nya Furqan
total 1 replies
Yati Jenal
Furqon mending plng jgn ngurusin yg gk jls
Silvia
Hansel nya plin plan 😔😔
Mundri Astuti
Hansel sama aja kaya emaknya, gila hormat
Rahma
Tah ini baru bab yg memuaskan Krn kebahagiaan melimpahi kehidupan Hana mudh2n g ada yg ganggu lg
Silvia
semoga tidak ada masalah lagi
enungdedy
knp jdi seolah laudya yg tersakiti? dia sndiri yg gk mau hamil..dia sndri yg minta hansel hamilin perempuan lain...skg seolah jdi korban
Ir
ini tinggal nunggu dia Anomali Rohana Laudya tobat
ken darsihk
Nanti mampir thor sdh lounching belum , aq nya blm dpt notif 🤭
Aisyah Alfatih: udah mungkin masih riview ...😁
total 1 replies
Dila Dilabeladila
masya allah thor karya mu banyak bgt.sehat sehat ya thor lancar selalu
juwita: certa baru nya g bisa di buka Thor.
total 2 replies
enungdedy
lah kan elu sendiri yg gk mau hamil kan lidya gmn sih mlh nyalahin hana😄
ken darsihk
Heeiii Laudya tau diri sedikit situ nggak punya harga diri yak , jelas jelas kesalahan bersumber dari diri mu sendiri , koq melampiaskan ke Hana dasar lo Laudya perempuan sun**l nggak punya akhlak 😠😠😠
A.M.G
lidi harus diaapain sih biar tobat
A.M.G
saatnya ketwaa 📢📢📢📢📢
A.M.G
tuh mulut lemes bener kek kunti
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!