Jameson, anak Mafia yang hidup di Kanada. Dia terpaksa menculik Luna, seorang barista di Indonesia demi melindunginya dari bahaya.
Ternyata, Luna adalah Istri Jameson yang hilang ingatan selama 5 tahun dan perjalanan dimulai untuk mengembalikan ingatan Luna.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Himawari Daon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 : Perut yang Membesar
Welcome…
...Happy Reading...
.... ...
.... ...
.... ...
Luna terbaring lemas di tempat tidurnya setelah merasakan sakit kepala. Sakit kepala itu menyerang Luna tadi malam sesaat setelah dia meminum Pil Memori Reborn dari Seven. Dia sengaja mengunci pintunya agar tidak ada seorangpun yang mengganggu proses pemulihan ingatan.
Keesokan harinya, Seven mengantarkan sup jamur ke kamar Luna. Dia mengetuk pintu kamar dengan pelan. Namun, Luna tak kunjung menyahut. Hingga tak lama dia mendapatkan telepon dari Luna.
“Maaf, Seven, aku tidak bisa membuka pintunya sekarang.” Suara Luna terdengar seakan menahan sakit.
“Kalau begitu, izinkan aku untuk mendobraknya!” balas Seven dari telepon.
“Hmm,” Setelah menjawab dengan singkat Luna menutup sambungan teleponnya.
Dengan kekuatannya yang besar, Seven menendang pintu kamar Luna dengan sangat keras. Dan hanya membutuhkan satu kali tendangan, pintu itu sudah terbuka sangat lebar.
Buru-buru Seven masuk ke dalam namun saat matanya tertuju pada wanita yang berada di kamar. Seven terdiam.
“Hai, Seven!” sapa Luna mencoba untuk menampilkan sederet giginya.
Seven tak bisa berkata-kata saat melihat perut Luna yang membesar. Dia terlihat seperti wanita yang hamil tapi perutnya lebih besar daripada itu.
Lelaki itu mendekati Luna yang berbaring di tempat tidur. Sebenarnya dia tak kuasa melihat wanita itu yang terlihat tersiksa. Akan tetapi, itu adalah konsekuensi dari minum Pil Reborn Memory.
Saat Seven duduk di tepi tempat tidur, Luna berusaha memposisikan dirinya untuk duduk. Meskipun hanya duduk, ia terlihat kesulitan karena perutnya yang besar. Namun, Seven langsung membantunya.
Saat semuanya terlihat nyaman, Seven bertanya kepada Luna, “Nyonya, apakah aku harus menghubungi Tuan Jameson?”
“Tidak perlu! Dia pasti sangat sibuk sekarang, iya kan?”
Mau tidak mau Seven membenarkan apa yang dikatakan Luna. Saat ini Pria itu memang sedang sangat sibuk mengurus bisnisnya yang terbakar dan juga karena penyerangan dari Kubu Devil Mamba.
Namun, tiba-tiba ponsel Luna berdering memperlihatkan tulisan ‘Jame’ di layar. Sebelum mengangkat video call dari Jameson, Luna memperingatkan Seven untuk diam.
“Halo,” jawab Luna datar yang sebenarnya degup jantungnya kian berpacu.
“Hai, sayang, kamu sedang apa?” tanya Jameson terlihat dari pancaran matanya kalau dia sangat merindukan istrinya.
“Aku mau makan, tadi Seven mengantarkan sup jamur buatku.”
“Sup jamur lagi?” Raut wajahnya heran.
“ Kalau begitu, aku akan transfer uang ke Seven. Nanti kamu bisa pergi belanja sesukamu pakai uang itu ya. Suruh Seven menemanimu.” Jelas Jameson kini terlihat sedih karena dia hanya bisa mengirimkan uang untuk Luna tanpa bisa menemaninya.
“Apa perlu seperti itu? Tidak apa-apa, aku juga bisa makan seadanya.” Luna berusaha menolak.
“Jangan seperti itu, sayang!” nada suara Jameson penuh penekanan tapi masih terdengar lembut.
“Kamu harus makan yang banyak dan makan makanan yang sehat. Kamu juga harus merawat dirimu sendiri, sayang. Nanti kamu bisa pakai uangku untuk belanja pakaian sesukamu.” Tambahnya penuh perhatian.
Luna terdiam sejenak menatap Jameson yang sangat peduli sekali padanya. Rasanya dia ingin menangis namun ia berusaha membendung air matanya agar tidak menetes.
“Kamu pulang kapan?” Alih-alih membalas pembicaraan Jameson, Luna langsung menanyakan kepulangan pria itu.
Seketika raut wajah Jameson sedih, “Maaf sayang, aku masih belum bisa pulang beberapa hari ini. Kemungkinan aku di sini selama satu mingguan.”
“Satu minggu ya?” Luna memperlihatkan wajah kecewa, namun dari lubuk hatinya yang paling dalam dia merasa bersyukur karena Jameson tidak akan menyaksikan dirinya tersiksa.
“Maaf sayang, tapi aku janji deh. Setiap hari aku akan menghubungimu,” Jameson menunjukkan jari kelingkingnya.
Tiba-tiba Luna membulatkan matanya saat rasa sakit di perutnya menyerang. Dan ekspresi Luna tertangkap oleh Jameson.
“Kenapa sayang?” tanya Jameson khawatir.
Luna menggenggam sprei tempat tidurnya untuk mengurangi rasa sakit.
“Tidak apa-apa, kalau pulang jangan lupa bawa oleh-oleh!” Luna berusaha menarik kedua sudut bibirnya.
Dari sana Jameson tersenyum, “Pasti, aku akan membawa oleh-oleh untukmu. Jadi tunggu aku di rumah ya sayang.”
“Hmm,” Luna semakin tak tahan menahan sakit yang dia rasa.
“Kalau begitu, aku lanjut kerja dulu ya. Jangan lupa makan sayang, see you.”
Tuut.
Saat sambungan telepon tertutup, Luna gak kuasa berteriak kesakitan. Seven disana hanya bisa memegang tubuh Luna yang terasa berat.
“Jameson kirim uang berapa banyak?” tanya Luna yang terpaksa menanyakan hal itu di tengah sakit yang dia rasakan.
Salah satu tangan Seven mengecek ponselnya, “Tuan mengirim uang sebanyak 1 milyar, Nyonya.”
Luna menoleh menatap Seven tak percaya. Namun, setelah Seven memperlihatkan layar ponselnya baru wanita itu percaya.
“Kalau begitu, tolong panggilkan seorang perawat atau dokter perempuan untuk merawat aku selama keadaanku seperti ini!” Suruh Luna kepada Seven.
“Tapi, Nyonya. Ada aku di sini, aku bisa merawat Nyonya dengan baik.” Seven berkomentar.
Luna menonjok dada Seven sedikit keras membuat lelaki itu meringis kesakitan.
“Kau tidak mungkin membantuku untuk membersihkan dirikan?!” Luna sedikit tertawa mengejek.
“Baiklah, aku akan segera mencarinya.”
“Terkadang aku bingung dengan Jameson, mengapa dia tidak mempekerjakan seorang Asisten Rumah Tangga untuk sekedar membersihkan rumah ini,” gumam Luna.
“Mungkin karena Tuan Jameson tidak suka, dia takut kalau mempekerjakan seseorang akan mengubah letak benda di dalam rumah ini.”
“Kenapa?” Luna mengerutkan keningnya, sedikit rasa sakitnya mulai menghilang.
“Selama ini, Nyonya yang mengurus rumah ini. Nyonya tidak suka orang lain ikut campur dalam rumah tangga Nyonya dan Tuan.”
“Lalu bagaimana dengan Nine?” Luna tak percaya.
“Nine? Dia orang yang dikirim oleh Tuan Johny untuk membantu Tuan Jameson.”
“Mungkinkah dia–” Luna menggantung ucapannya.
Seven mengangguk, “Bisa jadi.”
To be continued