NovelToon NovelToon
Bintang Untuk Angkasa

Bintang Untuk Angkasa

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Hamil di luar nikah / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Seiring Waktu / Balas dendam pengganti
Popularitas:997
Nilai: 5
Nama Author: Intro_12

Malam itu menghancurkan segalanya bagi Talita —keluarga, masa depan, dan harga dirinya. Tragedi kelam itu menumbuhkan bara dendam yang ia simpan rapat-rapat, menunggu waktu untuk membalas lelaki keji yang telah merenggut segalanya.

Namun takdir mempermainkannya. Sebuah kecelakaan hampir merenggut nyawanya dan putranya— Bintang, jika saja Langit tak datang menyelamatkan mereka.

Pertolongan itu membawa Talita pada sebuah pertemuan tak terduga dengan Angkasa, lelaki dari masa lalunya yang menjadi sumber luka terdalamnya.Talita pun menyiapkan jaring balas dendam, namun langkahnya selalu terhenti oleh campur tangan takdir… dan oleh Bintang. Namun siapa sangka, hati Talita telah tertambat pada Langit.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Intro_12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Talita Bertemu Hendra

Talita meremas erat tas di pangkuannya, tubuhnya berguncang seiring laju motor tua yang dipacu bapak ojek di jalanan sore yang ramai. Keringat dingin membasahi pelipisnya. Pikirannya hanya tertuju pada pesan singkat dari El Mariachi:

‘Aku akan temui Angkasa hari ini. Semua akan aku ceritakan.’

Sejak itu, berkali-kali Talita menekan tombol hijau di layar ponselnya. Berkali-kali pula panggilannya langsung dialihkan ke mesin penjawab. El Mariachi memang licik, tapi sekaligus pengecut dan itu membuat Talita semakin panik.

“Jangan sampai… jangan sampai dia bicara dengan Angkasa,” desis Talita, suaranya nyaris bergetar.

^^^^

Di lobi kantor Angkasa.

Bangunan menjulang itu berdiri megah, dengan lantai marmer yang memantulkan cahaya lampu kristal. Para karyawan berjalan cepat, sebagian berbincang serius, sebagian mengetik di ponsel dengan wajah tegang.

Di sudut kantin, Ragiel duduk berhadapan dengan El Mariachi.

El Mariachi menunduk, kedua tangannya gelisah memainkan sendok kecil. “Aku tidak punya pilihan lain, Mas Ragiel. Satu-satunya cara menyelamatkan web-ku adalah dengan kode akses dari Angkasa. Kalau itu tak kubuka, habis sudah. Uang yang sudah menumpuk di sana tidak bisa aku cairkan… itu tabungan masa depanku, mimpiku untuk punya rumah sendiri!”

Matanya berkaca-kaca, penuh ambisi dan ketakutan.

Ragiel menatapnya dengan tatapan datar, meski dalam hati ia geli teringat ulah perempuan ini yang pernah pura-pura jadi pencari pesugihan di makam. Senyum tipis lolos begitu saja dari bibirnya.

“Apa yang lucu?” El Mariachi mendelik.

“Tidak, kau… unik,” Ragiel buru-buru menutupinya.

Akhirnya ia bangkit, menepuk bahu El Mariachi singkat. “Ruangan Pak Angkasa ada di lantai 21. Kalau kau benar-benar yakin, silakan.” Ia lalu pergi, meninggalkan El Mariachi yang kini menegakkan badan, seolah hendak melangkah menuju medan perang.

Dalam hati, El Mariachi bertekad, “Aku akan ungkap semuanya pada Angkasa. Tentang Talita. Tentang rahasia itu. Lalu aku minta balasan, kode akses websitenya. Itu harga yang adil.”

^^^^

Sementara itu, di depan kantor.

Talita baru turun dari motor, langkahnya cepat memasuki gedung. Topi bundar menutupi sebagian wajahnya, kacamata hitam dipasang untuk menyamarkan diri.

Namun baru beberapa meter, suara satpam menghentikan langkahnya.

“Permisi, Nona!Anda ada janji dengan siapa?”

Talita berpaling singkat, jantungnya makin kencang. “Saya… saya harus bertemu seseorang. Ini urusan pribadi, sangat penting!”

Satpam itu mendekat. “Mohon maaf, Nona. Aturannya tidak bisa sembarang orang masuk. Apalagi jam kerja, semua kunjungan harus tercatat.”

Talita menggertakkan giginya. Dari kejauhan, ia melihat sosok El Mariachi berjalan santai masuk gedung kantor. Panik menyergap.

Ia buru-buru mengeluarkan ponselnya, memperlihatkan foto dirinya dengan Angkasa di pantai, foto hasil rekayasa sederhana dari liburan pura-pura mereka dulu. “Lihat ini. Saya… pasangan Pak Angkasa. Tolong, ini penting. Kalau saya tidak masuk, hubungan kami bisa hancur. Saya janji tidak akan bikin keributan.”

Tatapan Pak satpam berubah, antara kaget dan ragu. Hubungan asmara bos mereka selalu jadi misteri kantor, tak ada yang benar-benar tahu.

“Pasangan… Pak Angkasa?” satpam itu berbisik lirih, setengah tidak percaya.

Talita menatap lurus, matanya bersinar penuh tekad. “Ya. Dan percayalah, ini soal besar. Kalau saya telat satu menit saja, akibatnya bisa kacau. Izinkan saya masuk.”

Keheningan sejenak. Lalu, mungkin karena rasa takut pada nama besar Angkasa, satpam akhirnya menghela napas dan mengangguk pelan. “Baiklah, Nona. Silakan.”

Tanpa menunggu lebih lama, Talita segera berlari kecil melewati lobi megah itu. Jantungnya berdegup semakin keras. Lorong-lorong kantor terbentang di depannya, dan sosok El Mariachi kini jadi buruannya.

Talita berlari di lorong kantor yang dingin ber-AC, tumit sepatunya beradu dengan lantai marmer, memantul sampai ke ujung ruangan. Nafasnya tersengal, wajahnya merah, topinya hampir terlepas.

“El Mariachi!” teriaknya sambil menyambar pandangan ke kiri-kanan.

Beberapa karyawan yang lewat langsung menunduk, berpura-pura sibuk dengan map di tangan. Ada juga yang bisik-bisik, mengira Talita selingkuhan bos muda mereka yang terkenal tempramen itu.

El Mariachi yang sudah tahu dirinya diburu, melangkah cepat ke arah tangga darurat. Ia menoleh sebentar, dan hampir jantungnya copot melihat Talita sudah menembus pintu kaca lobi dengan tatapan seperti macan lapar.

“Duh, gawat! Kalau sampai ketahuan, tamat aku!” desis El Mariachi sambil mempercepat langkah, menunduk agar tidak terlalu mencolok.

Talita makin mempercepat langkah. Tapi El Mariachi licin seperti belut. Ia sempat pura-pura menelepon sambil menyelinap ke ruang arsip, lalu keluar lewat pintu samping. Talita yang masuk beberapa detik kemudian hanya mendapati rak-rak penuh map berdebu.

“Dasar licik!” Talita mendengus sambil mengepalkan tangan.

Suasana jadi seperti kejar-kejaran dalam film komedi murahan. Talita lari ke lorong kiri, El Mariachi justru sudah sembunyi di balik dispenser di lorong kanan. Talita sempat hampir menabrak office boy yang membawa kopi, membuat cangkirnya tumpah.

“Maaf, Mas!” Talita buru-buru, tapi matanya tetap awas.

El Mariachi menahan napas, berjongkok di balik mesin fotokopi. Ia bahkan sampai menutup mulut dengan sapu tangan lusuh supaya suara desahannya tidak terdengar.

Talita lewat hanya beberapa langkah dari tempat persembunyiannya.

Talita menghentikan langkahnya di ujung lorong, matanya melotot ke segala arah. “Aku tahu kamu di sini, El! Jangan kira bisa kabur! Kalau aku dapat kamu, habis kau!”

El Mariachi merinding mendengarnya. Ia menelan ludah. Bukan cuma takut, tapi juga bingung, antara harus menemui Angkasa sekarang atau terus main petak umpet dengan Talita.

Tapi langkah Talita semakin menjauh darinya, hingga Talita benar-benar hilang. El Mariachi dapat bernafas lega.

El Mariachi dengan sedikit tenang namun tetap waspada memasuki lift dan naik ke lantai 21 untuk menemui Angkasa.

Tapi belum sempat El Mariachi masuk ruang Angkasa, Talita berhasil menarik kerah jas lusuh El Mariachi tepat di depan pintu ruang kerja Angkasa. Si wartawan gosip itu meronta, tapi Talita lebih cepat. Ia menyeretnya masuk kembali dalam lift yang sepi. Begitu pintu tertutup, Talita menekan tombol darurat agar lift berhenti sejenak di lantai tengah.

El Mariachi terbelalak. “Hei… apa-apaan ini? Kau mau culik aku, ya?!”

Talita melepas kaca mata hitamnya dan menatapnya tajam, napasnya masih terengah karena kejar-kejaran tadi. “Dengar baik-baik, El. Berapa pun uang yang kau mau, aku bisa kasih. Tapi mulutmu… harus diam.”

El Mariachi mengangkat alis. “Mulutku ini… harganya lebih mahal daripada yang kau kira. Angkasa mungkin bisa kasih aku kode web itu. Di sana… tabunganku masih ratusan juta menggantung.”

Talita mengangkat dagunya, suaranya dingin. “Kalau begitu, aku bayar kau dua miliar rupiah.”

Hening. Lift seakan membeku. El Mariachi melongo, bibirnya terbuka seperti ikan mas kehabisan oksigen.

“Du-dua… miliar?” ia tergagap, matanya membesar. “Kau pikir aku bodoh, Talita? Dari mana seorang ART seperti kau bisa dapat uang segitu? Jangan ngibul sama aku!”

Talita tak bergeming. Ia merogoh tasnya, mengeluarkan ponsel, lalu memperlihatkan scan KK dan KTP di layar. “Aku bukan sekadar ART. Aku Talita… keluarga Diamond Corp.”

Untuk sesaat, El Mariachi menatap layar itu dengan wajah datar. Lalu… ia meledak tertawa. “Hahaha! Astaga, kau ini kreatif juga ya bikin editan? Pasti pakai aplikasi kan? Nih, wajahmu ditempel ke KTP orang kaya. Aduuuh, kocak!”

Talita mendekat, matanya berkilat. “Ini bukan editan, El. Aku serius. Kalau aku bilang dua miliar, itu artinya aku bisa menepati.”

Gelak tawa El Mariachi mendadak tercekat. Nafasnya terputus-putus, wajahnya memucat. Ia menatap Talita dengan ekspresi kaget bercampur bingung. “Jadi… jadi kau benar-benar—”

Talita menatap balik, suaranya turun pelan namun menusuk. “Kau cukup diam dan patuhi aku. Setelah semua beres, uang itu jadi milikmu.”

El Mariachi gemetar. Bukan karena takut Talita, tapi karena ia tiba-tiba sadar, apa sebenarnya yang sedang dimainkan wanita ini? Dan… apa hubungannya dengan Angkasa?

Sebelum ia bisa bertanya, lift berdenting. Pintu terbuka.

Masuklah rombongan pria berjas hitam. Aura mereka berat, seperti rombongan pejabat negara. Di tengah, seorang pria duduk di kursi roda, wajahnya tegas meski tubuhnya terlihat lemah.

El Mariachi hampir tersedak melihatnya. “Ya Tuhan…” gumamnya. Jurnalis gosip sepertinya langsung mengenali. Hendra Wiguna Baskara, Founder sekaligus CEO Diamond Corp. Sosok legendaris yang jarang muncul ke publik.

El Mariachi tercekat, otaknya berputar cepat. Dan Talita anak Hendra… mereka satu lift, tapi kenapa....

El Mariachi menatap Talita, Talita yang tadi begitu garang, kini justru menunduk, menarik topinya hingga menutupi wajah. Dan merapatkan kaca mata hitamnya. Ia berdiri di pojok lift, seakan ingin lenyap dari pandangan.

Pelan-pelan, El Mariachi memanggil Talita, “Talita …”

Suara itu lirih, tapi cukup jelas untuk membuat Hendra yang duduk di kursi roda itu menoleh.

Mata tua itu langsung menatap ke arah pojokan lift. Langsung pada Talita. "Talita." Gumam Hendra.

1
Asih S Yekti
lanjut , cerotanya bagus aku suka
Asih S Yekti
penulis baru tp bagus kok g banyak tipo penyusunan bahasanya juga bagus
Intro: Trimakasiih.. /Smile/
total 1 replies
Ceyra Heelshire
kasian banget /Whimper/
Intro
Hai, ini karya pertama ku..
makasih sudah mampir
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!