Kehidupan Jansen, seorang pemuda biasa, berubah secara drastis ketika ia secara tak terduga mendapatkan sesuatu yang misterius bernama "System". Sistem ini memberinya kekuatan untuk mengubah takdir hidupnya dan membawanya ke jalan kesuksesan dan kebahagiaan.
Dengan bantuan sistem ini, Jansen berusaha untuk meraih impian dan cinta sejatinya, sambil menghadapi berbagai rintangan yang menguji keteguhan hatinya.
Akankah Jansen mampu mengatasi tantangan-tantangan ini dan mencapai kehidupan yang ia inginkan, ataukah ia akan terjebak dalam keputusasaan karena kekuatan baru yang ia miliki?
Jansen mendapatkan beberapa kemampuan dari sistem tersebut, seperti kemampuan bertarung, peningkatan kecepatan dan kekuatan, serta kemampuan untuk mempelajari teknik baru lebih cepat. Sistem tersebut juga memberikan Hansen akses ke pengetahuan yang luas tentang dunia, sejarah, dan berbagai aspek kehidupan, yang membantu Jansen dalam menghadapi berbagai tantangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jenos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 25
Suaru alarm yang menggema di pagi yang cerah membuat Jansen terjaga dari tidurnya. Dengan mata yang masih terpejam, dia melihat Layar Hologram yang muncul untuk mengecek notifikasi yang baru saja
masuk. Ternyata, ia telah mendapatkan tambahan 20 Poin atas berhasilnya melakukan check-in pagi ini. DING...
Sebuah pesan dari sistem tiba-tiba
muncul di layar Hologram:
Misi harian. Lari 20 Putaran Push
up 100 kali.)
Kesehatan adalah hal utama yang melebihi apapun. Jadi, pertahankan pola sehat untuk menjadi kuat. Jansen tersenyum melihat pesan dari sistem. Ia sadar bahwa menjaga kesehatan adalah hal yang penting
untuk menjalani hidup yang lebih baik.
Dengan semangat yang baru, i bangkit dari kasur empuknya. mengenakan pakaian olahraga, dan keluar dari rumah kontrakannya yang
sederhana.
Pagi itu, langit terlihat begitu. jernih dan udara segar memenuhi paru-parunya. Jansen memulai misi harian dengan berlari di sekitar kompleks perumahan, la melambaikan
tangan kepada tetangga yang juga sedang berolahraga dan menikmati semilir angin pagi yang menyegarkan,
Setelah 20 putaran berlari selesai,
Jansen tidak langsung berhenti, la merasa keringat yang menetes di wajahnya adalah bukti usahanya untuk menjaga kesehatan tubuhnya. Tanpa berpikir panjang, ia langsung mulai
melakukan push up sebanyak 100 kali
di halaman rumah kontrakannya.
Dengan nafas yang terengah-
engah, Jansen berhasil menyelesaikan
misi harian yang diberikan oleh sistem.
DING
Selamat, Anda mendapatkan 1
Poin, kekuatan, kelincahan, dan
semangat
Jansen merasakan detak
jantungnya berdenyut, vitalitas dan
ototnya terasa menguat seketika. Dengan hati berdebar, is melirik Statistik Informasinya. Nama: Jansen Gillard
Poin Utama: 10
Pesona: 50
Kekuatan: 101
Kelincahan: 101
Semangat: 71
Keterampilan: Teknik Tapak Naga
Lv1
Inventory: Tidak Ada
Dana: 999.405.000
Bagus, gumam Jansen dengan
puas, la melangkah masuk ke rumah
kontrakan, sudah siap untuk mandi. Akan tetapi, nasib berkata lain. Air di kran ternyata tidak mau mengalir.
Kegagalan mandi membuat kesabaran
Jansen teruji.
Jansen menghela napas, kemudian
menghubungi Bu Widya. "bu Widya,
air di kran tidak mau keluar, apakah
memang macet?"
Oh, maafkan saya, Jansen. Saya
lapa membuka kuncinya. Nanti kalau
saya pulang, akan saya buka," jawab bu
Widya dengan nada menyesal
Jansen terpaksa menerima
kenyataan bahwa ia tak bisa mandi. Bagai
keringat yang menusuk hidung
menjadi saksi betapa ia membutuhkan
air untuk membersihkan tubuhnya.
Meski kecewa, ia tak kehilangan akal.
Sepertinya aku harus membeli
motor untuk memudahkan.
perjalanan," pikir Jansen sembari
berjalan keluar rumah..
Di suatu pagi yang cerah, Jansen
berjalan-jalan sambil mencoba
menghubungi kembali nomor Ibunya,
Sandara. Namun hasilnya tetap sama,
hanya suara operator yang terdengar di
telinganya. Kesalahan dalam
sambungan atau kesengajaan Jansen
tak tahu pasti.
Jansen akhirnya menemukan
sebuah dealer motor dan memutuskan
untuk singgah sejenak di sana.
Sesampainya di dalam, tak ada
satupun sales yang menghampirinya.
Naman, Jansen tak peduli, ia
melangkah pasti, menelusuri deretan
motor yang ada untuk menentukan
satu yang is inginkan.
Dari kejauhan, seorang manajer
mengamati dengan tajam. "Kan layani
dia. Dia tampaknya ingin membeli.
sapa dengan ramah!" ujar sang manajer
kepada pegawai baru yang ada di sana.
"Baik, Pak" sahut. Mahendra
semangat.
Dengan langkah mantap,
Mahendra mendekati Jansen, "Selamat
pagi, Pak. Ada yang bisa saya buntu?"
tanyanya ramah, la menatap punggung
Jansen yang saat itu tengah
memperhatikan beberapa motor di
depannya.
Aku ingin membeli motor, sahut
Jansen sambil berbalik badan.
Ketika pandangan mereka
bertemu, mata mereka melebar tak
percaya. Wajah Jansen terkejut
dengan senyuman seketika, sementara
itu Mahendra terbelalak, Bagai hujan di
slang bolong.
"Mahendra?"
Jansen?
keduanya
bersamaan menyebut nama.
"Kamu bekerja di sini?" tanya
Jansen terbata, mencoba
menyembunyikan kejutan yang masih
tercatat jelas dalam suaranya.
Ya, aku bekerja di sini. Ngomong
ngomong, kapan kamu ke Jakarta
Mahendra menjulurkan tangan,
mengantarkan senyum ramah
kehangatan.
Meskipun mereka tak terlihat akrab
di masa lalu, tapi mereka dulu sering
duduk bersebelahan di kelas. Tentu
saja, satu sama lain tahu sedikit banyak
tentang karakter masing-masing.
"Aku baru kemarin sanipsi di sini.
Siapa sangka di tempat yang tak asing
ini aku malah bisa bertemu dengan
kawan lamat gumam Jansen,
tersenyum bahagia.
Mahendra tertawa ringan,
menatap tajam, "Wah, Jansen, kamu
sudah banyak berubah, yal Dulu kamu
tampak culun dengan kacamata tebal
yang jadi ciri khasmu. Sekarang aku
bahkan hampir tidak mengenalimu.
Tapi untung saja, aku masih mengenali
tanda lahir di telinga kanan itu."
Jansen mengangguk, Setiap
orang pasti mengalami perubahan,
begitu pula dirimu. Dulu kamu sangat
gendut, tapi sekarang atletis. Kita
sama-sama berubah, yal
Mahendra tersenyum, lalu cepat
mengubah topik "Jadi, motor apa yang
kanu mau belit Tanyanya, tak ingin
banyak bertele-tele di tempat kerja.
"Ah, aku melupakannya. Yang ini
sajal sahut Jansen, sembari menunjuk
salah satu motor di depannya. "Berapa
harganya?"
31 juta untuk Cash. Tapi kamu
juga bisa mengajukan Kredit dengan
beberapa persyaratan.
"Aku bayar Cash sajal Kata
Jansen.
Setelah selesai menandatangani
seluruh berkas, Jansen dan Mahendra
pun saling bertukar kontak.
"Bagaimana kalau malam ini kita.
ngumpul usul Mahendra sembari
Tersenyum ramah.
"Aku tidak familiar dengan daerah
sini. Jika kamu bisa menjemput, aku
pasti akan ikut jawab Jansen dengan
antusias,
Baiklah, nanti malam aku akan
datang ke kontrakanku," sahut
Mahendra, setuju dengan rencana
tersebut la lantas menghidupkan
motornya,
siap menghadapi jalanan jakarta.
Sementara itu, Hansen baru saja
membeli motor Aeros yang,
menurutnya, cocok untuk
penggunaannya. Sebenarnya, dengan
uaang yang ia miliki dari Kartu Hitam
nya, ia bisa saja membeli motor gede
(moge) yang jauh lebih mewah. Namun,
Jansen tidak ingin hidup hanya untuk
gengsi. Baginya, fungsi lebih penting
daripada tampilan
Jansen pun mulai melajukan
motornya, menjelajahi jalanan Jakarta.
yang terkenal kompleks ini, ia sadar
betul jika salah ambil jalan, ia bisa
tersesat dan jauh dari rumah. Namun,
rasa petualangan dan ke ingintahuan
menggiring lebih jauh ke dalam
labirin kota yung penuh dengan
kehidupan.
Jansen menghentikan
kendaraannya
di perempatan lampu
merah. Matanya menangkap
pemandangan seorang anak kecil yang
tengah bermain bersama ibunya di
taman dekat jalan. Tampak anak itu
begitu ceria, tertawa lepas, dan ibunya
yang mengikuti keceriaan si kecil
dengan penuh cinta. Melihat hal itu,
perasaan Jansen langsung teriris,
mengingatkan dirinya pada kenangan
bersama ibunya yang kini entah di
mana keberadaannya.
Bu, di mana kamu berada!"
gumam Jansen pelan, sambil menahan
air mata yang hendak menetes.
Hatinya merasa kosong dan rindu seakan
kehangatan ibunya.
Sementara itu, jauh dari tempat
itu, seorang wanita tengah duduk
termenung sambil memandangi langit
yang biru
dan megap-megap. Wajahnya
tampak teduh, namun matanya
memancarkan kepedihan. Di dalam
hatinya, wanita itu juga tengah
mengingat kenangan bersama putra
tercinta, Jansen.
Putraku, Jansen. Semoga kamu
bisa hidup dengan nyaman!" ujar
wanita itu dengan suara lieth. "Thudi
sini baik-baik saja. Maafkan ibu yang
masih belum bisa menemuimu dan
memberikan kasih sayang seorang ihu
sepenuhnya."