Kehidupan Jansen, seorang pemuda biasa, berubah secara drastis ketika ia secara tak terduga mendapatkan sesuatu yang misterius bernama "System". Sistem ini memberinya kekuatan untuk mengubah takdir hidupnya dan membawanya ke jalan kesuksesan dan kebahagiaan.
Dengan bantuan sistem ini, Jansen berusaha untuk meraih impian dan cinta sejatinya, sambil menghadapi berbagai rintangan yang menguji keteguhan hatinya.
Akankah Jansen mampu mengatasi tantangan-tantangan ini dan mencapai kehidupan yang ia inginkan, ataukah ia akan terjebak dalam keputusasaan karena kekuatan baru yang ia miliki?
Jansen mendapatkan beberapa kemampuan dari sistem tersebut, seperti kemampuan bertarung, peningkatan kecepatan dan kekuatan, serta kemampuan untuk mempelajari teknik baru lebih cepat. Sistem tersebut juga memberikan Hansen akses ke pengetahuan yang luas tentang dunia, sejarah, dan berbagai aspek kehidupan, yang membantu Jansen dalam menghadapi berbagai tantangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jenos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 20
Jansen segera mengeluarkan.
KTP yang ia miliki, lalu
menunjukkan sebuah kunci.
yang in pegang erat.
Security mengambil
keduanya dan memeriksanya
dengan seksama, membawa
masuk kedalam Pos untuk
mencocokkan.
Wajah Jansen tampak
sedikit cemas, sedangkan Abang
Ojek terlihat tenang dan percaya
diri. Setelah beberapa saat,
security itu mengembalikan KTP
dan kunci pada Jansen, lalu
membuka palang penghalang.
"Terima kasih," ucap Jansen
sambil tersenyum lega. Abang
Ojek mengangguk dan keduanya
melanjutkan perjalanan yang
tertunda.
Security tadi dengan cepat la
menghubungi Manajer Sony
melalui walkie-talkie
yang ada di
tangannya. "Manajer Sony,
seseorang telah membawa kunci
kediaman No 1, lapor pria
tersebut dengan suara serius.
"Bagaimana ciri-cirinya?"
tanya Sony dengan nada
waspada.
"Dia masih sangat muda dan
tampak lusuh. Namun, karena
identitas di KTP-nya cocok
dengan yang tercantum dalam
data, saya pun membiarkannya
masuk. Saat ini, orang itu
sedang menuju kediamannya,"
jelas pria berpakaian seragam
itu.
"Aku akan kesana," kata
Sony dengan tegas sebelum
memutuskan sambungan.
Sementara itu, Jansen yang
sedang berada di jalanan tengah
menatap
layar hologram yang
hanya bisa dilihat olehnya
sendiri. Di layar tersebut, in
melihat peta yang menunjukkan
lokasi kediaman No 1.
"Berhenti di sini sajal" ucap
Jansen dengan tegas sambil
menepuk
bahu Abang Ojek yang
mengendarai motornya. Abang
Ojek segera menghentikan.
motornya dan memandang ke
arah yang ditunjuk Jansen
Mereka berhenti tepat di
depan sebuah rumah mewah
yang menjulang
tinggi, jauh
lebih megah daripada rumah-
rumah lain di komplek
perumahan tersebut. Pintu
gerbangnya terbuat dari besi
tempa dengan ornamen yang
indah, dan taman di depannya
terawat dengan rapi.
Namun, dibalik
kekagumannya. Abang Ojek
hanya bisa menduga bahwa
Jansen tinggal di tempat itu
bukan sebagai pemilik.
melainkan sebagai pekerja,
mungkin sebagai tukang kebun
atau sopir.
Jansen sendiri tak hisa
menahan kekagumannya saat
melihat rumah itu.
Semua aspek rumah
tersebut menunjukkan
kemewahan, mulai dari
tingginya pagar yang melingkari
hingga material yang digunakan
untuk membangunnya, la
bahkan mengira bahwa untuk
membuat pagar tersebut saja
Memerlukan biaya ratusan juta.
Sementara itu, Abang Ojek melihat ekspresi wajah Jansen yang tampak terpana. Ia tersenyum simpul, lalu berkata, "Wah, rumahnya bagus banget ya, Mas? Pasti enak kerja di sini."
Jansen tersadar dari lamunannya dan menoleh ke arah Abang Ojek. Ia tersenyum tipis, lalu menjawab, "Iya, memang rumah ini sangat bagus. Tapi, bukan sebagai pekerja, saya tinggal di sini sebagai pemilik rumah."
Jansen mengeluarkan lima lembar uang seratus ribuan berwarna merah dari dompetnya dan menyerahkan pada Abang ojek yang baru saja mengantarkannya. "Terima kasih," ujar Jansen dengan
senyum ramah.
Abang ojek tampak terkejut
dan tidak menyangka akan
diberi uang sebanyak itu. Ia
mengerutkan dahi, ragu apakah
harus menerima uang tersebut
atau tidak. Sojenak, ia melirik ke
sekelilingnya, mencari tanda
tanda kamera tersembunyi yang
mungkin mengawasi situasi ini.
Bila ada, ia berniat untuk
menolak uang tersebut.
Namun Jansen seakan tahu
apa yang dipikirkan abang ojek
dan langsung berkata,
"Ambillah. Ini adalah bonus
untukmu. Namun ingat, jangan
kau habiskan judi slat."
Abang ojek tersenyum pahit,
merasa ditegur dan diingatkan
oleh Jansen. ia lalu menerima
uang tersebut dengan perasaan
bersyukur dan berjanji pada
dirinya sendiri untuk tidak
menghabiskannya untuk hal-hal
yang sia-sia seperti perjudian.
Sebagai gantinya, ia akan
menggunakan uang tersebut.
untuk kebutuhan keluarga dan
memperbaiki kondisi motornya
agar lebih aman dan nyaman
untuk penumpangnya.
Abang Ojek itu melirik ke
arah Jansen, dan sebuah
senyuman hangat merekah di
wajahnya. Sorot matanya yang
cerah menggambarkan betapa
bahagianya dia. Dengan
semangat, dia memutar kembali
motornya dan melaju pergi dari
tempat itu, meninggalkan rasa
bahagia yang menular.
Sementara itu, Jansen
berjalan menuju pagar yang
tidak terkunci. Tangannya sudah
siap untuk menggeser pagar,
namun tiba-tiba sebuah mobil
sedan berhenti tepat di
belakangnya, membuatnya
terkejut dan menghentikan
langkahnya.
Jansen menghentikan
gerakannya untuk mendorong
pagar dan perlahan berbalik
badan, menatap mobil sedan
yang berhenti di belakangnya.
Dia meram penasaran siapa
orang yang ada di dalamnya,
sebab dia tidak terlalu mengenal
seri mobil-mobil yang ada di
jalanan.
Pintu mobil sedan itu
terbuka, dan muncullah satu
sosok yang turun dari kursi
kemmdi. Orang tersebut tampak
tersenyum lebar saat menatap
Jansen, membuatnya semakin
penasaran. Siapa gerangan
orang ini, dan apa yang ingin la
lakukan di sini?
"Salam kenal Tuan, saya
adalah Sony, manajer
Perumahan Residen." Sony
mengulurkan tangan dengan
senyuman ramah pada Jansen.
la melihat pakaian Jansen
sejenak dan benar-benar tidak
mencirikan orang yang memiliki
banyak uang. Pakaian Jansen
tampak lusuh dan berwarna
pudar, seolah sudah lama tak
diganti.
"Sebelumnya saya
mendengar bahwa kediaman
Nomor satu ini sudah dipesan
ketika pembangunan awal dan
selama beberapa tahun ini tetap
kosong. Untungnya saya masih
berkesempatan melihat
pemiliknya. Senang rasanyu.
Semoga Anda betah tinggal
disini," ucap Sony dengan tulus.
Jansen menerima uluran
tangan Sony dengan sikap
sopan. "Terima kasih banyak
sudah menjaganya," ujar Jansen
sambil tersenyum tipis.
Walaupun penampilannya
tidak mencerminkan kekayaan,
namun aura yang ditunjukkan
Jansen membuat Sony merasa
kagum. Jansen memiliki sikap
tenang dan percaya diri, seolah
dia tahu betul apa yang ingin
dicapainya dalam hidup.
Mereka berdua kemudian
berjalan bersama melihat-lihat
isi dalam rumah yang akan
menjadi tempat tinggal baru
bagi Jansen. Sony menjelaskan
berbagai fasilitas yang tersedia
di Rumah tersebut, sementara
Jansen mendengarkan dengan
seksama, sesekali mengangguk
atau mengajukan pertanyaan.
Sony berdiri di depan
rumah mewah Pak Jansen
dengan wajah berseri-seri. In
menyerahkan kartu nama
pribadinya kepada Jansen,
bukan kartu nama kantornya.
"Baiklah Pak Jansen, sekiranya
Anda membutuhkan bantuan
saya, tolong hubungi saja nomor
ini. Ini adalah nomor pribadi
saya! ujar Sony penuh
semangat, la tahu, menjalin
hubungan dengan orang kaya
seperti Jansen bisa membawa
banyak keuntungan bagi dirinya.
Rumah yang berada di
kawasan Residen Nomor 1 ini
memiliki harga fantastis,
mencapai 5 miliar rupiah. Lebih
mengagumkan lagi, dibayar
rumah tersebut secara tunai.
Sony sangat mengetahui betapa.
kaya raya dan berpengaruhnya
orang yang bisa
menggelontorkan uang sebesar
itu, sehingga ia berharap dapat
bekerja sama dengan pria
tersebut di masa depan.
"Baiklah Pak Sony," sahut
Jansen dengan ramah,
menerima kartu nama yang
diberikan. Sony merasa lega,
Jansen nampaknya terbuka
dengan ajakan kerjasama
darinya.
Dengan hati berbunga
bunga, Sony segera
meninggalkan kediaman mewah
Itu. Perasaan senang dan bangga
membayangi dirinya saat
melangkah keluar dari rumah
tersebut.
Jansen menyandarkan
tubuhnya di sofa yang empuk
dan nyaman, merasakan sensasi
yang belum pernah ia rasakan
sebelumnya. Selama hidupnya,
ia hanya mengenal perabotan
sederhana dan tak pernah
bermimpi akan memiliki semua
kemewahan ini
"Sungguh ini sebuah berkah.