Ayushita Dewi, gadis berusia dua puluh dua tahun tapi memiliki tubuh yang cukup oversize. 109kg dengan tinggi badan 168cm. Kehidupannya awalnya cuek saja dengan kondisi tubuhnya yang besar itu, tapi dengan pertemuan kliennya membuat jas lengkap bernama Dewangga Aldiansyah yang cerewet itu membuat Ayushita jengah dan memutuskan untuk diet.
"Cewek kok oversize."
"Jangan usik kehidupanku yang nyaman ini, mau oversize atau ngga, bodo amat!"
Tak di sangka perselisihan masalah tubuh Ayushita itu membuat Dewa lebih dekat dan akrab dengan gadis itu. Apalagi dia melihat perselingkuhan tunangan Dewangga tunangannya membuat Ayushita dan laki-laki itu semakin dekat dan menimbulkan benih-benih cinta.
Apakah mereka akan berlanjut dengan cinta? Atau selamanya akan jadi Tom and Jerry?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummi asya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. Spesial Pake Telor
Resmi kini butik Ayushita pindah ke tempat yang cukup strategis dan menjanjikan butiknya akan laris. Ayushita memerintahkan anak buahnya untuk terus memproduksi baju-baju yang lebih modern dan juga yang sedang tren di kalangan anak muda.
Ayushita sangat senang kini butiknya ramai, dia banyak sekali membuat desain baju untuk anak remaja yang sedang ngetren saat ini. Dia cari informasi di berbagai media sosial tentang pakaian remaja yang sedang ngetren.
"Mbak Ayu, semua produksi sudah selesai. Tapi pesanan yang masuk juga banyak, Rani kewalahan menerima gambar-gambar yang sering masuk. Bagaimana kalau kita merekrut karyawan baru untuk membantu Rani?" tanya Dinda.
"Boleh, tapi yang sudah lihai menjahit ya. Aku ngga mau kalau masih belajar, nanti Rani yang repot juga akhirnya," ucap Ayushita.
"Tenang mbak, aku sudah ada calon pegawai baru," kata Dinda.
"Siapa?"
"Temanku mbak dari kampung, dia dulu bekerja di konfeksi. Karena konfeksinya tutup jadi nganggur, akhirnya kutawarkan dulu. Kebetulan di sini lagi kurang pegawai bagian menjahit kan," ucap Dinda.
"Baguslah, secepatnya dia suruh berangkat," katanya.
"Oke."
Dinda kembali keluar dari ruangan bosnya, Ayushita menarik napas panjang. Setelah beberapa lembar desain dia buat dan di serahkan pada Dinda tadi. Dia merasa puas dengan kinerja anak buahnya selama ini, jika untuk menaikkan gaji seharusnya sudah pantas.
Tok tok tok.
Pintu kaca itu di ketuk, Ayushita mengerutkan dahi. Bukankah pintu tidak di kunci, tapi pintu dan dinding kaca itu sengaja dia tutup semua agar dirinya fokus dalam mendesain baju.
Tak lama pintu terbuka, tampak Dewa masuk dengan membawa kotak makan. Di liriknya jam di tangan memang pukul dua belas lebih, waktunya istirahat. Gadis itu berdiri menatap Dewa.
"Pak Dewa, ada apa kemari?" tanya Ayushita.
"Aku bawakan makan siang," jawab Dewa membuat kembali Ayushita mengerut.
"Kenapa anda repot-repot bawa makanan? Saya bisa membeli sendiri di luar," ucap Ayushita.
"Tidak apa, sekalian aku mau melihat bagaimana perkembangan butikmu," ucap Dewa.
Dia meletakkan kotak makan yang di belinya dari restoran. Ayushita ragu untuk menyentuh kotak makan itu, meski memang perutnya tiba-tiba merasa lapar.
"Bukalah, itu makanan untukmu. Kamu laparkan," ucap Dewa yang tahu Ayushita terlihat lapar.
"Tapi..., apa anda berlebihan memberikan ini pada saya?" tanya Ayushita.
"Tidak. Wajar kan?"
"Ya tidak wajar. Saya ini bukan pacar anda, kenapa anda begitu memikirkan hal-hal seperti ini?"
"Memang bukan pacar, kamu teman kerja samaku. Tapi memang tidak boleh aku bawakan makanan? Lagi pula aku sekalian mengecek butik ini sebagai pemegang saham," ucap Dewa sedikit kikuk dengan tatapan Ayushita padanya.
Keduanya merasa aneh dengan sikap masing-masing, entah kenapa Dewa ingin membawakan makanan ke butik itu. Dan Ayushita sendiri merasa heran dengan sikap perhatian laki-laki itu.
"Emm, baiklah. Saya memang lapar, kenapa harus menolaknya," ucap Ayushita akhirnya membuka kotak makan itu.
Dewa tersenyum kecil, dia memperhatikan Ayushita membuka kotak makan tersebut. Gadis bertubuh besar itu membuka perlahan, dewa memperhatikan penampilan Ayushita yang hanya memakai baju Levis overall dengan paduan kaos putih. Rambut di Cepol dengan jepitan, polesan make up tipis.
Laki-laki itu terus menatap Ayushita dari atas sampai bawah, merasa sangat menarik penampilan Ayushita meski tubuhnya besar. Tampak seperti gadis remaja yang lucu dan menggemaskan di matanya. Apa lagi wajahnya yang bulat dan pipinya yang tembem, sungguh itu sangat lucu bagi Dewa.
Ayushita menoleh pada Dewa yang masih menatapnya, dia heran kenapa Dewa menatapnya seperti itu.
"Pak Dewa." panggil Ayushita membuyarkan lamunan laki-laki itu.
"Eh, kenapa? Apa makanan itu tidak enak?" ucap Dewa sedikit gugup.
"Tidak. Terima kasih makanannya," ucap Ayushita, dia lagi-lagi canggung di tatap laki-laki itu.
Perlahan memakan makanan dalam kotak makan, kecanggungan kembali terjadi beberapa menit.
"Berapa berat tubuhmu?" tanya Dewa mengalihkan suasana itu.
"Kenapa?"
"Apa kamu tidak merasa berat dengan tubuh besar itu?" tanya Dewa lagi.
"Tidak. Aku merasa tubuhku kecil," jawab Ayushita dengan cuek.
Suasana kembali seperti biasa, ucapan dan pertanyaan Dewa yang meledek membuat Ayushita sedikit kesal.
"Pasti ukuran bajumu sangat besar."
"Memang, meski tubuhku di rasa kecil."
"Ck, susah cari ukuran baju seperti tubuhmu," ucap Dewa.
"Aku bisa membuat baju sendiri, tidak usah pusing dengan tubuh besarku," kata Ayushita menyuapkan makanan.
"Tubuh besarmu akan jadi olok-olokan orang, memang kamu senang sekali di hina dengan tubuh besar itu."
"Aku tidak peduli, lagi pula ini hidupku. Aku punya pekerjaan sendiri, cari makan sendiri. Untuk apa aku peduli orang-orang mengolok-olokku? Memangnya mereka memberiku makan? Cih, orang hanya ingin sempurna, tapi tidak peduli dengan sikapnya yang sombong. Seperti anda," ucap Ayushita.
"Aku? Sombong?"
"Memang, anda sombong. Merasa sudah menanam saham di butikku, sekarang mengolok-olok badanku," kata Ayushita membuat Dewa terdiam menatap gadis bertubuh besar itu.
Beberapa saat menatap Ayushita, laki-laki itu menarik napas panjang dan menyunggingkan bibirnya.
"Tapi kamu lucu," ucapnya lirih.
Suaranya kecil, tapi terdengar oleh Ayushita dan seseorang di depan pintu yang terbuka setengah. Dinda, gadis itu tersenyum kecil merasa tersipu sendiri ketika bosnya di puji oleh Dewa.
Suasana kembali canggung, Dinda hendak berbalik dan pergi tapi di cegah oleh Ayushita.
"Mau apa kamu Dinda?" tanya Ayushita.
Dinda berbalik dan tersenyum kecil, melirik pada Dewa yang sejak tadi diam. Laki-laki itu berjalan menuju sofa, duduk di sana dengan santai dan tenang. Ayushita menoleh padanya dan menanyakan urusan Dinda.
"Ada apa kamu kemari?" tanya Dinda.
Dinda tidak langsung menjawab, dia melihat kotak makanan berisi nasi dan juga lauk pauk yang menggugah selera. Gadis itu menelan ludah melihat sangat enaknya makanan dalam kotak itu.
"Dinda?"
"Eh, mbak. Makanannya enak ya?" tanya Dinda.
"Kamu mau?"
"Tadi sih tidak ada makanan ini, apa pak Dewa yang bawa untuk mbak Ayu?" tanya Dinda melirik pada Dewa.
"Hmm, entah apa maksudnya. Tapi untung sih, aku tidak mengeluarkan uang beli makanan. Kalau kamu mau, ambil saja," kata Ayushita.
"Heheh, ngga mbak. itu khusus untuk mbak dari penanam saham di butik ini," ucap Dinda lagi-lagi melirik pada Dewa yang lagi cuek.
"Ish, memangnya spesial?"
"Pake telor mbak, sangat enak dan spesial. Heheh."
"Ish, kamu meledekku?"
"Piis mbak. Mbak Ayu sepesial."
"Dinda!"
_
_
*****