Detektif Arthur dihantui oleh kecelakaan mengerikan yang merenggut ingatannya tentang masa lalunya, termasuk sosok seorang gadis yang selalu menghantuinya dalam mimpi. Kini, sebuah kasus baru membawanya pada Reyna, seorang analis forensik yang cerdas dan misterius. Semakin dalam Arthur menyelidiki kasus ini, semakin banyak ia menemukan kesamaan antara Reyna dan gadis dalam mimpinya. Apakah Reyna adalah kunci untuk mengungkap misteri masa lalunya? Atau, apakah masa lalu itu sendiri yang akan membawanya pada kebenaran yang kelam dan tak terduga? Dalam setiap petunjuk forensik, Arthur harus mengurai teka-teki rumit yang menghubungkan masa lalunya dengan kasus yang sedang dihadapinya, di mana kebenaran tersembunyi di balik teka-teki forensik yang mengancam kehidupan mereka keduanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sintasina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mayat Lagi
Para pria itu masih berbisik-bisik, kecemasan dan kemarahan tersirat dalam suara mereka. "Sebenarnya apa yang dilakukan para polisi selama ini? Sampai sekarang tidak bisa menangkap pembunuh berantai itu," gerutu pria berpakaian kantoran, suaranya penuh ketidakpuasan.
"Ya, jangan-jangan mereka hanya bersantai di kantor. Semoga saja para polisi itu yang menjadi korbannya, jangan warga yang tidak bersalah," sahut pria berpakaian seragam petugas kereta, nada suaranya dipenuhi amarah dan keputusasaan. Mereka berdua, seperti banyak orang lainnya, mulai kehilangan kepercayaan pada kemampuan polisi untuk menangani kasus pembunuh berantai The Nightingale. Kekecewaan dan rasa takut yang mendalam terlihat jelas dari percakapan mereka.
Arthur, Reyna, dan Noah saling melirik. Mereka bisa mengerti kenapa warga sampai berkata seperti itu; kekecewaan dan rasa takut yang meluap-luap karena ketidakmampuan polisi dalam menangani kasus tersebut. Namun, memecahkan kasus pembunuhan berantai memang tidak semudah membalik telapak tangan. Mereka hanya diam, terus melanjutkan makan mereka.
Suasana sarapan pagi yang awalnya santai kini terasa berat. Mereka memutuskan untuk menyelesaikan makan dengan cepat. Setelah selesai, ketiga orang itu langsung menuju kasir.
Noah membayar makanannya terlebih dahulu. Kemudian, Reyna hendak membayar makanannya, tapi Arthur langsung menepis tangannya. Arthur mengeluarkan kartu hitamnya, membayar makanannya sendiri dan juga makanan Reyna.
Reyna berkedip beberapa kali, bingung. Kemudian ia mengerutkan kening, menyadari bahwa Arthur meremehkannya. "Aku bisa membayarnya sendiri, tahu!" katanya, suaranya sedikit meninggi.
"Ya, tapi aku takut kau jadi tidak bisa membayar uang sewa apartemenmu jika membayarnya," balas Arthur, dengan nada mengejek. Setelah selesai membayar, ia langsung berbalik dan berjalan keluar tanpa menunggu Reyna dan Noah.
Reyna menggeram kesal. Noah berusaha menenangkannya. "Sudah, sudah… kau bisa mengembalikan uangnya nanti. Ayo," katanya, sambil menggenggam tangan Reyna dan menyeretnya pergi. Ia berharap dapat meredakan amarah Reyna sebelum terjadi pertengkaran lagi.
Ketika ketiganya sudah berada di luar kafe, Arthur tiba-tiba menerima telepon. Ia merogoh sakunya dan mengangkat ponselnya. Ternyata Inspektur Jaxon yang menelepon.
Arthur mengangkat telepon. Suara Inspektur Jaxon terdengar tegang di seberang sana. "Arthur… cepat ke sini, di Jalan Barat Daya Westborough Lane, di jalur utama kereta api ketiga Badlands Bandit. Ada korban yang ditemukan. Bawa yang lain juga."
Mata Arthur sedikit melebar. Ia berbalik ke arah Reyna dan Noah yang berada di belakangnya. Keduanya menatap Arthur dengan tatapan bertanya, seolah mengatakan, "Ada apa?" Wajah Arthur berubah serius, menandakan bahwa situasi ini mendesak.
"Ada mayat yang ditemukan," kata Arthur, suaranya serius. Ia tidak perlu menjelaskan lebih lanjut; ekspresi wajahnya sudah cukup menggambarkan situasi yang mendesak.
Reyna dan Noah terkejut. "Apa?" tanya mereka berdua, serentak. Kemudian, Noah bertanya, "Di mana?"
"Jalur kereta api ketiga," jawab Arthur. Ia berbalik dan berjalan cepat ke arah mobilnya, Reyna dan Noah segera mengikuti menuju kendaraan mereka masing-masing.
"Di Badlands Bandit?" tanya Noah, sambil memasang helmnya. Reyna sudah masuk ke dalam mobilnya, siap berangkat.
Arthur hanya mengangguk. Ketiga kendaraan mereka pun berangkat menuju lokasi kejadian, meninggalkan kafe yang ramai dan mulai melaju di jalanan.
Jalan menuju Badlands Bandit sunyi senyap. Rumah-rumah jarang terlihat, hanya pepohonan lebat yang menjulang tinggi di sisi jalan. Lampu jalan pun tidak ada, meski matahari sudah mulai meninggi, jalan tetap terasa agak gelap dan mencekam. Mobil Reyna berada di belakang motor Noah, dengan mobil Arthur memimpin di depan.
Reyna fokus menyetir, namun perhatiannya tiba-tiba teralihkan. Ia melihat sebuah bayangan samar di balik pohon beringin besar yang berdiri kokoh di tepi jalan. Aura yang menyeramkan langsung menyergapnya. Bayangan itu tampak besar dan tinggi, menyerupai sosok manusia yang sangat tinggi besar. Dan tiba-tiba, Reyna melihat sekelebat lirikan tajam dari balik batang pohon itu. Sebuah tatapan yang dingin, seperti mengancam, dan membuat bulu kuduknya merinding.
Mobil Reyna secara refleks melambat. Namun, ia tersadar ketika melihat motor Noah dan mobil Arthur sudah jauh di depan. Ia segera mempercepat laju mobilnya, mencoba mengusir rasa takut yang tiba-tiba menyerangnya. Mungkin, pikirnya, itu hanya seorang petani atau penduduk setempat. Tapi, rasa dingin dan tidak nyaman tetap membekas di hatinya.