Evan adalah seorang pemuda miskin yang membangkitkan kekuatan mata api di dalam dirinya. Mata api ini memiliki kemampuan yang luar biasa, mampu menembus pandang, kekuatan medis legendaris, ahli beladiri tidak tanding.
Kehidupan Evan juga seketika mulai berubah, dari yang sebelumnya begitu di remehkan, kini orang yang paling di idamkan.
Istri yang dia nikahi secara tiba-tiba, secara perlahan juga jatuh hati kepadanya dan bahkan banyak gadis-gadis cantik yang mendekatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agus budianto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 30 DI PATUK ULAR
Kemudian tiba-tiba banyak orang dari dalam restoran mulai keluar secara tiba-tiba. Terdengar suara gaduh dari luar restoran di ikuti dengan suara tangisan.
Lisa dan Tomi yang sedang makan juga penasaran dengan apa yang telah terjadi. Mereka berdua juga beranjak dari tempatnya untuk melihatnya.
Terlihat di luar restoran seorang anak kecil dalam kondisi tidak sadarkan diri dengan wajah yang begitu pucat. Dari tangan sebelah kanannya terlihat dua buah lubang kecil sejajar yang masih mengeluarkan darah.
Sementara seorang pria paruh baya berjongkok memapah anak kecil itu sambil menangis. Pria paruh baya itu adalah orang tua dari bocah tersebut.
"Juan, bertahanlah," ujar pria paruh baya itu terhadap anaknya.
"Tolong... tolong teleponkan ambulance!" sambung pria paruh baya itu dengan panik.
Tampak pria paruh baya itu wajahnya begitu sangat panik sekali dan ketakutan. Air mata telah membasahi wajahnya hingga ke pakaiannya.
Salah seorang di sana juga segera menelepon rumah sakit dan meminta ambulan untuk segera datang.
"Aku sudah menelpon pihak rumah sakit, mereka mengatakan membutuhkan 20 menit untuk sampai di sini," ujar salah seorang di sana.
"Tuan sebenarnya apa yang terjadi kepada anak anda, mengapa kondisinya bisa seperti ini?" ujar orang yang lain bertanya kepada pria paruh baya.
pria paruh baya itu juga mulai menjelaskan bahwa anaknya ingin makan sate, jadi dia masuk ke dalam untuk minta di bungkuskan sate. Anaknya menunggu di luar sambil bermain menendang bola plastik yang baru saja di belinya.
Ketika dirinya keluar dari restoran dia melihat putranya sudah dalam kondisi tidak sadarkan diri seperti ini.
"Membiarkan anak kecil bermain sendiri di luar, bukankah anda sangat ceroboh sekali?" ujar salah seorang di sana terhadap pria paruh baya.
"Orang tua macam apa kamu, kenapa bisa sekali ini?" ujar orang yang lain.
Anak kecil ini usianya baru 4 tahun, yang seharusnya masih membutuhkan perhatian khusus dari orang tuanya.
Pria paruh baya juga merasa bersalah dan sangat menyesal, jika dirinya tahu akan seperti ini, maka dia pasti akan membawa putranya ikut masuk ke dalam.
Namun kemudian tiba-tiba saja anak kecil itu tubuhnya mulai membiru dan kejang untuk sesaat. Bibirnya begitu sangat pucat dan bahkan kaki dan tangannya juga mulai terasa dingin. Sontak saja hal itu membuat pria paruh baya semakin panik dan ketakutan.
"Bertahanlah Juan, jika terjadi sesuatu kepadamu, ayah tidak akan memaafkan diri ayah sendiri," pria paruh baya semakin menjadi-jadi menangisnya.
"Aku seorang dokter, biarkan aku memeriksanya," ujar Tomi.
Tomi juga langsung jongkok dan melakukan pemeriksaan terhadap anak kecil tersebut. Sementara Lisa sendiri juga hanya berdiri di antara kerumunan orang.
"Ternyata ada dokter di sini, kalau begitu segera tolong anak kecil ini," ujar seseorang di sana.
"Dokter, tolong selamatkan anak saya, saya mohon sekali!" ujar pria paruh baya.
Tomi juga langsung melakukan pemeriksaan terhadap tubuh dari anak kecil itu. Melihat dari kondisi tubuh yang membiru serta dua buah bekas lubang kecil di tangannya yang masih mengeluarkan darah, Tomi langsung mengetahui bahwa anak kecil ini baru saja di gigit ular berbisa.
"Anak ini di gigit ular berbisa," ujar Tomi.
Tomi juga dapat mengetahui kondisinya saat ini sudah sangat buruk sekali. Yang di butuhkan olehnya adalah anti bisa, namun jarak dari rumah sakit ke tempatnya ini membutuhkan waktu yang lumayan. Kemungkinan besar anak kecil ini sudah tidak dapat tertolong lagi, pikirnya.
"Kondisinya sudah seperti ini, tidak ada yang bisa di lakukan, semuanya sudah terlambat, kemungkinan sebentar lagi dia sudah tidak bisa bertahan," sambung Tomi tampak tidak berdaya.
Mendengar itu, seketika pria paruh baya juga langsung menangis sejadi-jadinya. Juan adalah putra satu-satunya yang dia miliki. Setelah beberapa bulan yang lalu istrinya telah pergi lebih dahulu karena sakit, kini dirinya juga akan kehilangan putranya.
Tomi dengan tidak berdaya juga kembali berdiri dan mundur. Tidak ada yang bisa di lakukan oleh Tomi, bahkan dalam kondisi seperti ini, semua dokter di dunia juga tidak akan bisa berbuat apa-apa.
Bisa itu sudah menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah yang membuat anak kecil itu tidak akan bertahan lebih lama lagi.
"Semua minggir!" ujar seorang pria menerobos kerumunan orang.
"Anak ini masih bisa di selamatkan," sambung pria itu.
Ternyata pria itu adalah Evan yang kebetulan melihat kejadian ini di saat dirinya ingin membeli makan.
Dengan kekuatan mata apinya, Evan dapat mengetahui bahwa anak kecil ini memang dalam kondisi gawat, tapi dirinya masih bisa menyelamatkan nya.
"Evan... apa yang dia lakukan di sini?" ucap Lisa di dalam hati yang terkejut dengan kemunculan Evan.
"Anak muda, apa benar kamu bisa menolong anakku?" tanya pria paruh baya yang wajahnya penuh dengan airmata.
"Tentu saja, aku punya cara," jawab Evan.
Evan juga segera mengeluarkan beberapa jarum perak dari dalam sakunya. Dengan cepat jarum-jarum perak itu Evan tancapkan di sekitar luka gigitan ular di tangan anak kecil itu.
"Pemuda itu menancapkan jarum pada anak kecil itu," ujar salah seorang di sana.
"Apa dia hendak menggunakan akupuntur untuk mengobati gigitan ular," ujar orang yang lain.
"Dokter sebelumnya bahkan tidak bisa berbuat apa-apa, apa mungkin metode kuno seperti itu bisa menyelamatkan nya?" ujar orang yang lain lagi.
Sementara Tomi yang merupakan seorang dokter modern juga sedikit terkejut melihat seorang pria mencoba menggunakan teknik akupuntur untuk mengobatinya.
"Sebenarnya apa yang mau kamu lakukan?" ucap Lisa di dalam hati.
Seketika kedua mata Evan tampak seperti bola api yang membara mengeluarkan kekuatan luar biasanya. Energi spiritual juga langsung masuk ke dalam tangan anak kecil itu melalui setiap jarum yang tertancap.
Energi spiritual langsung mendorong racun ular yang telah tersebar di dalam tubuh anak kecil itu dan mengumpulkannya menjadi satu.
Setelah beberapa saat kemudian, Evan juga mulai mencabut jarum peraknya dan menyimpannya kembali.
Akhirnya sesuatu yang luar biasa pun terjadi, anak kecil itu yang di kira sudah akan mati, juga mulai tersadar.
"Uwek..." anak kecil itu langsung muntah.
Keluar dari dalam mulut anak kecil itu seteguk darah segar yang bercampur bisa ular dengan bau yang menyengat.
Sontak saja semua orang juga langsung terkejut melihatnya. Pria paruh baya juga langsung memeluk anak kecil itu dengan sangat erat sambil menangis.
"Pemuda itu benar-benar telah berhasil menyelamatkan anak kecil itu, ini luar biasa," ujar salah seorang di sana.
"Teknik akupuntur nya ternyata sangat hebat sekali," ujar orang yang lain.
"Dibandingkan dengan dokter sebelumnya yang tidak melakukan apapun, metode kuno akupuntur ternyata masih lebih baik dari pengobatan medis modern," ujar orang yang lain lagi membandingkan Evan dengan Tomi.
Tomi sendiri seolah tidak percaya pemuda di hadapannya ini ternyata berhasil menyelamatkan anak kecil itu. Seharusnya anak kecil itu sudah tidak bisa bertahan lagi, apa mungkin akupuntur akan sehebat itu, pikirnya.
"Aku tidak menyangka kamu ternyata memiliki kemampuan seperti ini," ucap Lisa di dalam hati.
"Ayah, aku mau makan sate," ujar anak kecil kepada pria paruh baya.
"Huhu... baik, ayah akan membawamu makan sate," balas pria paruh baya.
Kemudian pria paruh baya mengusap air matanya dan menghampiri evan. Pria paruh baya itu langsung membungkuk mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas pertolongannya.
Orang-orang juga mulai membubarkan diri dari sana satu persatu. Kini di tempat itu juga hanya menyisakan Evan, Lisa dan Tomi.
"Lisa," ujar Evan.
Setelah semua orang pergi, Evan baru menyadari bahwa ternyata di sana juga ada Lisa istrinya.