Kehilangan Marina dalam hidup Raga membuatnya kesulitan untuk membuka hati pada Miky—gadis culun yang kini menjadi istrinya.
Tak hanya tentang kematian Marina, tapi ada rahasia di balik dinginnya Raga. Rahasia yang membuat Miky tak mampu berkata-kata dan gamang untuk memilih antara bertahan atau tetap berada di sisi Raga dan anak sambungnya.
Ternyata rahasia yang selama ini Raga sembunyikan adalah ....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kacan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mami Jahat
Tok tok tok!
"Maaf, Tuan. Ada yang mencari Tuan, orangnya sudah menunggu di ruang tamu."
Reflek Raga menarik tangannya, wajahnya sempat berubah kaku namun secepat kilat datar kembali.
Pria itu memutar badannya, diikuti oleh Miky yang melihat ke arah pintu kayu yang masih tertutup rapat.
"Bi Yeyen." Miky bergumam pelan, kemudian kepalanya menoleh pada Raga. "Bi Yeyen tau kita di sini?" Ditariknya ujung baju yang dikenakan Raga.
Sontak Raga menatap ke arah Miky, menundukkan kepala untuk melihat wajah wanita di hadapannya.
Dengan sorot mata tajam ia mendelikkan mata. "Jangan banyak bicara!" Ia mendesis penuh ancaman.
Wajah Miky langsung menekuk, bibirnya manyun ke depan. Suaminya sering kali marah, seperti ada dendam kesumat yang belum terselesaikan.
Tok! Tok!
Pintu kembali diketuk beriringan dengan suara bi Yeyen memanggili nama Raga.
"Maaf, Tuan. Apa Tuan ada di dalam?"
Raga mendengus, kemudian melangkah menuju pintu. Miky yang tak ingin ditinggal langsung berlari menyusul suaminya.
Cklek!
Pintu terbuka, menampilkan langit cerah bersamaan dengan bi Yeyen yang berdiri di depan pintu.
"Maaf, Tuan." Bi Yeyen menundukkan kepala, tampak raut sungkan di wajah wanita tua itu.
Raga berdeham pelan sebagai jawaban. Miky yang berdiri di samping sang suami hanya bisa diam.
***
Di ruang tamu, Raga menghampiri seorang pria berwajah tak kalah datar darinya. Pria yang tadinya duduk di sofa langsung berdiri ketika Raga datang.
Pria itu membungkuk hormat pada Raga. Miky yang tak jauh dari sana diam-diam mengamatinya dengan alis mengkerut.
Siapa pria itu? Kenapa wajahnya terlihat begitu serius?
Merasa makin penasaran, Miky mengamati sekitarnya, hingga matanya berhenti di sebuah lemari kayu.
Dengan langkah pelan Miky mengendap-endap menuju belakang lemari. Ia bersembunyi demi menuntaskan rasa penasarannya.
"Sepertinya di sini aman," gumamnya pelan.
Miky bersiap mendengar apa yang akan Raga bicarakan pada pria misterius itu. Kupingnya bahkan sudah ia siapkan secara matang.
Tapi, nasib baik tak berpihak padanya, karena tiba-tiba Fika berlari kecil sambil meneriaki namanya.
"Mimi, Fika lindu."
Seketika tubuh Miky menegang, wajahnya berubah pias. Tamat sudah riwayatnya.
Benar saja, dua orang pria yang berada di ruang tamu langsung menoleh, dalam sekejap dirinya menjadi pusat perhatian.
Miky kian panik saat Raga berjalan ke tempat persembunyiannya.
"Mimi kenapa bedili di cini?" tanya Fika yang kini sudah berdiri di dekat Miky.
Peluh membanjiri dahi Miky, ia menunduk kemudian membawa Fika dalam gendongannya. Saat itu pula Raga sudah berdiri di sampingnya.
"Masuk ke kamar!" Suara tegas Raga menyeru, Miky dengan kondisi rambut berantakan hanya bisa mengangguk tanpa bantahan, apa lagi ada Fika di antara mereka.
Miky mengusap pipi gembul Fika seraya mengulas senyum. "Kita ke kamar ya, Sayang. Mimi mau mandi, di sini serem ada anomali," ujar Miky dengan mata melirik Raga sekilas.
Terlihat pria itu menyorot dirinya dengan tajam. Tapi, Miky pura-pura tak tau.
Mata Fika mengerjap. "Anomali? Tung tung sahul?"
Kepala Miky langsung mengangguk, tanpa pamit ia berlalu pergi sambil menimpali celotehan Fika tanpa memperdulikan Raga yang wajahnya sudah mengetat.
Raga menghela napas kasar, matanya menatap punggung Miky yang semakin menjauh. Ia memalingkan wajah, kembali menghampiri pria yang sudah menunggunya.
"Bagaimana?" Raga duduk di single sofa, ia meletakkan kedua tangannya di sisi sofa dengan punggung tegak, menunjukkan kekuasaannya.
Pria di samping Raga langsung menunjukkan rekap jejak pemilik ponsel yang mengirim Raga pesan beberapa hari lalu.
Raga mengambil lembaran HVS yang diberikan orang suruhannya. Matanya menatap serius tiap titik merah yang ada di kertas itu.
"Sial! Orang ini licik!" Tangan Raga mengepal, merampas kertas dalam genggaman tangannya, membuat kertas itu remuk seketika.
Pria yang berdiri di samping Raga hanya bisa melihat kemarahan tuannya.
"Orang itu sudah merencanakan dengan matang, Bos. Titik lokasinya berputar di sekitar mall saja. Nomor itu sudah tidak aktif," jelas orang suruhan Raga.
Kemarahan Raga makin tersulut, ia mendorong kertas tak berbentuk di tangannya ke pada pria itu.
"Kau boleh pergi!" Raga menyenderkan punggungnya dengan mata memejam.
Tanpa suara pria suruhan Raga langsung beranjak pergi.
Sebenarnya siapa orang yang berani bermain-main dengan Raga?
Lagi-lagi Raga mendengus, kepalanya terasa berdenyut nyeri. Sepertinya hari ini ia memilih untuk menghabiskan waktu di rumah.
Sementara itu, di dalam kamar. Miky sudah dalam kondisi segar. Ia memakai pakaian santai berupa kaus pink lengan pendek serta celana panjang bewarna abu-abu. Tak ada agenda kuliah di hari ini membuat Miky santai.
Miky menghampiri Fika yang tengah menggambar di atas tempat tidurnya. Ya, karena sebelum mandi ia memberikan bocah itu buku gambar beserta pensil warna.
"Wih gambar apa tuh, Sayang?" tanya Miky seraya duduk di pinggir ranjang.
Seketika Fika duduk dengan tegak, menatap Miky dengan mata bulatnya. "Gambar cecuatu yang cpecial," jelasnya berseri-seri sambil menunjukkan buku gambarnya pada sang mimi.
Miky menyambutnya dengan antusias, matanya mengamati gambar tersebut sambil mengangguk pelan. "Biar Mimi tebak, ini gambar Afika Sabila anaknya Mimi yang paling syantik."
Pipi Fika berubah menjadi merah jambu. Bocah gembul itu tersipu malu seraya mengangguk.
Kedua sudut bibir Miky terangkat. Astaga! Bocah itu benar-benar membuatnya gemas. Ia kembali mengamati gambar buatan Fika, kemudian jarinya menunjuk di atas salah satu gambar. "Nah kalau ini Papi ganteng," kata Miky.
Fika menggelengkan kepala. "Bukan, Mimi. Nama papinya Fika itu Papi Laga." Dengan aksen cadelnya anak itu menjelaskan.
Miky tertawa, ia sungguh terhibur oleh anak sambungnya.
"Oke oke, lanjut ... ini gambar ...." Alis Miky mengernyit, suaranya menggantung. "Gambar kuburan," sambung Miky dalam hati.
Tatapan mata Miky berubah sendu, ia langsung menarik Fika masuk ke dalam pelukannya.
"Itu gambal mami Fika, tapi Fika belum pelnah lihat wajah mami, jadi Fika gambal aja lumah mami. Fika pelnah loh ke cana cama papi dan oma," ucap Fika panjang lebar di pangkuan Miky.
Miky menunduk, ia mengusap kepala anaknya dengan sayang. "Fika rindu sama mami?"
Fika menggeleng. "Mami tidak pelnah suapin Fika cama temenin Fika tidul. Kata papi, mami pelgi ke culga. Mami jahat tinggalin Fika, jadi Fika tidak lindu."
Miky meraih tangan Fika, membawa tangan itu ke atas dada bocah gembul itu.
"Fika bisa merasakan sesuatu yang bergerak di dalam sini?"
Fika mengerjap, kemudian matanya membulat lebar. "Cepelti diketuk cama ada cualannya, Mi."
Miky tersenyum, kemudian ia mulai menjelaskan.
"Itu jantung Fika. Karena jantung ini Fika bisa makan, minum, lari, ketawa." Miky menunjuk ke dada Fika sambil menarik napas sejenak.
Bocah gembul itu mulai antusias, bahkan kepalanya terus mendongak menatap Miky dengan rasa ingin tau.
"Jadi kalna jantung ini?"
Senyum terbit di bibir Miky, kepalanya mengangguk. "Dan jantung itu berdetak karena mami Fika pernah menjaga Fika di dalam perutnya. Mami Fika sayang banget sama Fika, dia kasih semuanya agar Fika bisa hidup."
Fika tampak termenung. "Jadi ... mami Fika tidak jahat?"
Miky menggeleng lembut. "Mami Fika pergi bukan karena dia tidak sayang. Dia pilih supaya Fika tetap hidup. Itu bukan karena tidak sayang, tapi karena terlalu sayang."
"Mimi sangat berterima kasih sama mami-nya Fika, karena udah beri Mimi kesempatan jadi ibunya Fika, anak cantik yang baik. Mimi sayang banget sama Fika," lanjutnya.
Bocah kecil itu menunduk, lalu memeluk Miky erat-erat.
"Fika juga cayang cama Mimi, cama mami juga."
Tanpa disadari keduanya, Raga mencuri dengar percakapan antara istri dan anaknya. Hatinya terasa remuk, semua ini salahnya, Fika kehilangan Marina karenanya.
Bersambung ....
Memangnya mamas Raga ngelakuin apa sih? Kok merasa bersalah gitu?🤔🤔🤔🤔🤔
tapi lammmaaaaa😭
kangeeennnnnnnn
akoh kira kamoh mau hiatusssssssss lgi
truma gituh akoh
jgn suka tiba² kya jinnie donk cling iLang/Scowl/
kenapa Upnya LAAAMMAAAAAA /Angry//Angry/